-Untuk senyuman yang menjadi duniaku-
...
“Selamat bergabung di SMA Gundala, semoga kalian bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat selama belajar di sini.” Sachio selaku ketua OSIS memberi sambutan kepada dua anak baru.“Thanks, kami senang bisa menjadi bagian dari SMA Gundala.” Lirih laki-laki itu menjabat tangan Sachio.
“Kenalin gue Sachio, ketua OSIS dan ini wakil ketua OSIS.” Ujar Sachio menunjuk Bromo di sampingnya.
“Reygan Dewangga, bisa di panggil Reygan.” Laki-laki bernama Reygan itu tersenyum smirk saat ia berjabat tangan dengan Bromo.
“Bromo.” Balas wakil ketua OSIS itu terdengar dingin, tatapan mereka beradu dengan sorotan begitu tajam.
Setelah berkenalan dengan Reygan kini kedua laki-laki itu beralih menatap laki-laki di samping Reygan yang sejak tadi hanya diam.
“Gue Sachio Alatarick.” Ucap Sachio sembari mengulurkan tangannya dan langsung di balas, namun ia tak berucap apapun.
Hingga saatnya giliran Bromo yang mengulurkan tangan. “Gue Bromo.”
Hening beberapa detik, tatapan laki-laki itu tertuju lurus ke wajah Bromo hingga Bromo ikut menatap karena tangannya tak kunjung di jabat. Hendak memundurkan tangannya kembali namun segera di raih oleh cowok itu.
“Agarish. Agarish Baskara.” Lirihnya seakan menekankan kalimatnya. Bromo menatap lekat kalung yang bertengger di leher laki-laki itu.
Kalung Redtiger? Batin Bromo tersentak.
Agarish tau jika pandangan wakasis itu tertuju ke arah dadanya, hal itu berhasil menerbitkan senyuman tipis di wajah tampannya.
“Di sekolah ini, tidak di perbolehkan memakai aksesoris selain ketentuan sekolah, jadi tolong amankan kalung lo atau kami yang akan mengamankan.” Bromo berucap dengan nada sedikit tinggi membuat Sachio dan dua orang laki-laki di depannya terkejut.
“Mo, jangan bicara dengan nada sekeras itu maklum mereka masih baru, bisa memberitahukan dengan baik-baik dulu.” Peringat Sachio.
“Maaf ketua, gue kelepasan.” Ia merutuki kebodohannya saat itu juga.
Sachio tersenyum kikuk kepada Reygan dan Agarish, “Maaf Bromo orangnya emang keras masalah peraturan, jadi mohon di maklumi nanti kalian juga terbiasa kok.”
“I-iya sorry.” Cicit Bromo memaksakan senyum.
“Tapi emang benar, lo bisa simpan kalung lo dulu nanti kalau mau pake setelah pulang sekolah bisa.”
“Okay, gak masalah, sebagai anak baru yang baik gue bakal mematuhi peraturan yang tertera, tapi lain kali kami ragu.” Agarish menatap nyeleneh ke arah Bromo.
“Ada baiknya kalian mematuhi peraturan supaya kegiatan belajar kalian tidak terganggu.”
“Ok, permisi.” Pamit mereka segera pergi dari sana.
“Sial,” decak Bromo berkacak pinggang.
“Sabar, lo gak boleh hipertensi mulu Mo,” kekeh Sachio menggeleng heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFKAR
Teen FictionTerbit! TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA! PASSWORD : FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TERIMAKASIH. -Untuk senyuman yang menjadi duniaku- Tentang sebuah persembunyian geng motor yang tak terkalahkan, dinobatkan sebagai raja jalanan, membuat posisi itu banyak...