AFK | BACKSTREET

3.3K 136 12
                                    

-Untuk senyuman yang menjadi duniaku-

..

Sudah lima belas menit berlalu, namun senyum merekah diwajah wanita yang tengah berbaring dikasur tidak pudar. Dengan memeluk satu guling sebagai pangkuannya sesekali menjadi alat untuk memukul-mukul kecil melampiaskan bagaimana bahagianya dia sekarang.

Seakan jutaan kupu-kupu telah berterbangan didalam perutnya, wajahnya masih terasa panas. Berulang kali ia menatap benda pipih yang berada diatas nakas disamping ranjang itu.

Bimbang antara menghubungi atau tidak, “Apa iya gue jadian sama cowok idaman gue? Omg, Shaheen! Lo benar-benar daebak!” cerocohnya tiada henti seraya memegangi dadanya yang terasa sesak.

Gadis itu tertawa kecil, ia meraih benda pipih itu, “Kak hero udah tidur belum, ya?” gumamnya menatap nomor laki-laki yang sekarang sudah berganti nama menjadi, ‘Cowok Shaheen’

“Enggak-nggak! Nanti dia marah!”

Shaheen kemudian mengetuk icon galery dan mencari fotonya dengan Afkar saat pertama kali kenalan, dipinggir jalan. Senyumnya kembali mengambang melihat potret dirinya dengan sang kekasih, momennya terjadi begitu aneh namun mampu membuat Shaheen tak bisa moveon.

Sedangkan diruangan lain, seorang cowok juga tengah tersenyum tanpa ia sadari ketika menatap fotonya dengan perempuan yang kini sudah resmi menjadi pacarnya. Sekelibat ucapan Shaheen tadi terngiang dikepalanya.

Maulah, gue kan sayang sama lo!

Afkar terkekeh lagi, disaat semua perempuan dengan sengaja bersikap baik dan sangat menjaga image, berpakaian semenarik mungkin hanya untuk menarik perhatiannya, tapi gadis itu hanya dengan segala kesederhanaan, dan tingkah yang apa adanya, meski terkesan bar-bar tapi dia menampakkan jati diri dengan jujur terhadap Afkar.

Bahkan cewek itu juga mewujudkan keinginan tersembunyi Afkar selama ini. Dulu ia berfikir tidak akan pernah bisa merasakan enaknya kue lapis buatan Mamanya lagi, tapi karena Shaheen, dia bisa melepaskan kerinduannya dengan kue lapis yang rasanya persis seperti kue buatan Mamanya.

Mungkin ini terbilang terlalu cepat dan tak terduga, jika Afkar akan merasakan perasaan seperti ini lagi setelah sekian lama, namun ternyata rasa ini bahkan lebih besar dari apa yang ia rasakan sebelumnya.

“Shaa, terimakasih sudah membentuk tujuanku!” ucapnya kemudian hanyut dalam dunia mimpi.

•°•°•

“Cie udah kayak istri aja nih, nak Shaheen.” Cibir Bik Iyen melihat Shaheen menata masakannya diatas meja makan.

Shaheen tersenyum malu, “Iih Bibik, jangan gitu dong, Shaheen jadi malu.” Cicitnya dengan wajah terasa memanas.

Bik Iyen terkekeh dan mendekati Shaheen, “Gak usah malu sama Bibik, ntar juga kalau kalian udah nikah nak Shaheen juga bakal bareng Bibik masakin nak Afkar.” Kekeh Bik Iyen merangkul bahu Shaheen.

Shaheen semakin salah tingkah mendengar tutur Bik Iyen yang sudah terlalu jauh terhadap dirinya dan Afkar, padahal hubungan mereka baru berjalan satu malam masa iya pembahasannya udah nikah aja? Ulas Shaheen dalam hati.

Tak lama suara telapak kaki terdengar dari tangga membuat Shaheen semakin gugup. Rasanya sangat berbeda dari biasanya, yang awalnya Shaheen hanya gugup didalam hati, namun tetap bisa bersikap biasa diluar, tapi kali ini didalam maupun diluar hati, kegugupan sama sekali tidak bisa teratasi.

AFKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang