-Untuk senyuman yang menjadi duniaku-
...
"Bang!" seru Bromo setibanya di ruangan OSIS, dengan nafas ngos-ngosan.
Sachio yang berada di mejanya menghampiri cowok itu, "Kenapa Mo?"
Vano dan Marseno ikut menghampiri. "Alex masih belum kembali, barusan orang tuanya datang ke sekolah mereka nangis-nangis dan minta pertanggungjawaban sekolah. Alex dinyatakan hilang." Pungkasnya membuat ketiga laki-laki itu menegang.
"Gawat gawat inimah ketos! Habis sudah masa muda kita, kita kena masalah." Rintih Vano terhenyak ke kursi.
"Ini real kah?"Marseno menepuk-nepuk pipinya memastikan bahwa dia tidak bermimpi,"Jangan-jangan Alex udah di tangkap geng Black Moon?" ucap Marseno syok.
"Kalau gitu kita harus kembali mencari Alex, jika dia masih belum kembali berarti kemungkinan besar dia masih berada di sekitar sekolah ini."tekan Sachio mulai panik.
Memang sejak mereka melakukan pemburuan ruangan misterius kemaren, Alex tidak berhasil mereka temukan, mereka pikir laki-laki itu telah pulang lebih dulu karena takut sudah terpisah dengan mereka, tapi sudah dua hari setelah kejadian ternyata laki-laki itu benar-benar menghilang.
"Terus kita harus gimana Bang?" tanya Bromo.
"Kita temui Afkar sama yang lain dulu." Sachio segera pergi dari sana.
•°•°•
"SHAHEEN!" sergah seseorang saat Shaheen hendak memasuki kelas.
"Ya?" sahut Shaheen dengan wajah bingung.
"Maksudnya apa, ha?" wanita itu memaparkan layar handphone-nya tepat diwajah Shaheen.
Rindu ikut mengintip tampak foto Shaheen dan Afkar yang tengah makan kue.
"Widih udah seribuan aja yang nge-like, Kak?" sorak Shaheen tak peduli dengan amarah perempuan itu.
"Wauw, lo viral lagi bareng idola gue, Sha!" oceh Rindu ikut heboh.
"Cocok juga ya gue, jadi pacar Kak hero bisa kali!" kekeh Shaheen menaik-naikkan kedua alisnya.
"HEH! PACAR PACAR LO PIKIR LO PANTES BUAT JADI PACAR KAK AFKAR?!" sergah cewek itu membuat Shaheen dan Rindu terpelonjat.
"IYA, DISINI TUH BUKAN CUMA ELO YANG MAU JADI PACAR DIA, JADI JANGAN KEPEDEAN LO!" serang salah satunya.
Shaheen dan Rindu tercengang melihat sekeliling, mereka sudah dikerubungi oleh para siswi yang melemparkan tatapan ganas kearah mereka.
"Buset Sha, lo kena masalah!" cicit Rindu ketakutan.
"Minggir lo, biar gue yang lawan." Shaheen menyisingkan lengan bajunya keatas. Gadis itu berjalan ketengah sambil berkacak pinggang.
"Sha, jangan ngadi-ngadi lo!" Rindu menahan tangan Shaheen namun gadis itu tak mendengarkan.
"KENAPA, HA? CEMBURU KALIAN? KALAU BERANI AYO BERSAING SECARA SEHAT! BERANINYA KEROYOKAN, KALIAN PIKIR GUE TAKUT? HADAPIN GUE SATU-SATU!" Shaheen sudah siap dengan kuda-kudanya menanti serangan manusia yang saat ini hendak merundungnya.
"Boleh juga mental lo Sha!" Rindu meringis ditempat.
"Menarik!" suara dari belakang kerumunan mengalihkan atensi mereka.
Terlihat Parveen and the gang berjalan kearah mereka, sontak kerumunan itu terbelah menciptakan jalan untuk Parveen dan kawan-kawan. Raut Shaheen berubah saat itu juga, wajahnya yang tadinya santai kini terlihat datar bersamaan dua kepalan erat terbentuk di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFKAR
JugendliteraturTerbit! TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA! PASSWORD : FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TERIMAKASIH. -Untuk senyuman yang menjadi duniaku- Tentang sebuah persembunyian geng motor yang tak terkalahkan, dinobatkan sebagai raja jalanan, membuat posisi itu banyak...