AFK | 12 BULAN 7 HARI

5K 114 7
                                        


1

tahun kemudian...

Seorang laki-laki berjas hitam berjalan masuk ke dalam markas yang sudah diberi nama ‘M‘ Black M ‘

”Wuih, presdir datang coy, lap kursinya.” Sorak Dewa memerintah Bromo dan Langit yang langsung dipatuhi kedua cowok itu.

“Ck! Dia kemana?” tanya cowok itu.

“Biasa, lagi berkunjung ke rumah istrinya.”

Cowok itu menghela pelan, “Kondisinya baik-baik aja, kan?” tanyanya lagi.

Restu dan Dewa menggerakkan bahu mereka, “Masih sama, sering ngelamun dan suka emosian terus.”

“Kayaknya kehilangan itu masih belum bisa dia ikhlaskan.” Sahut Bromo ikut sedih.

“Emang siapa yang bisa baik-baik aja ditinggal wanita yang dia cintai? Gue kalau jadi dia pasti bakal sama.” Jawab Restu.

Sebenarnya bukan hanya laki-laki itu saja yang bersedih hingga sekarang, mereka juga masih sama. Kesedihan yang menimpanya juga begitu terasa didalam diri mereka, karena memang sejak dulu mereka selalu seperti itu, jika satu terluka semuanya akan merasakan sakitnya.

“Gue harap, kedepannya dia bisa lebih menerima dan mengikhlaskan kepergiannya, karena mau nggak mau hidup dia akan terus berlanjut, siap gak siap dia akan menjalankan kehidupan tanpa sosok istrinya.”

“Gue harap juga begitu.”

Beberapa menit lalu, orang di rumah sakit menelpon laki-laki yang tengah berlari di lorong rumah sakit, rasa panik dan gelisah bercampur aduk.

Sesampainya di depan ruangan yang bertulis ‘R. Lyly’ pria itu mengatur deru nafasnya sejenak, aura tubuhnya seketika panas dingin, ia meraih ganggang pintu itu dan masuk kedalam, ternyata sudah ada dokter dan satu orang suster yang kini tengah menatapnya dengan tatapan tidak bisa ia uraikan.

“Dok?” lirihnya, seakan suaranya tercekat.

“Afkar..” gumam dokter Kafana tidak berekspresi apapun.

“Bagaimana?” tanya laki-laki itu lagi, yang ternyata adalah Afkar.

Belangsung 3 detik, 4 detik dan... Kemudian kedua wanita itu tersenyum ringan, dokter Kafana yang menutupi bagian kepala seorang wanita yang tengah berbaring disampingnya.

Deg!

Jantung Afkar berdebar hebat saat itu juga, deru nafasnya seketika terasa berat. Seolah pandangannya saat ini tengah goyah akibat sesuatu yang ia liat, serasa tidak percaya. Apakah ini hanya mimpi lagi? Tanya laki-laki itu pada dirinya.

“Sayang?” desis Afkar bergetar, ia mulai melangkah dengan ragu mendekati wanita yang kini tengah tersenyum kearahnya.

“Apakah saya bermimpi, Dok?” tanya Afkar kepada dokter Kafana.

Dokter itu tersenyum lembut, “Coba buktikan, ini mimpi atau bukan?” jawabnya.

Afkar kembali menatap gadis itu, “Aku bermimpi, sayang?”

“Aku berhasil kembali, Kak.” Ucapnya. Bendungan kristal bening memenuhi pelupuk matanya yang sudah lama tertutup.

“Shaa? Kamu beneran udah sadar? Ini bukan mimpi lagi? Kami beneran bicara dan menatap aku sekarang?” cowok itu mengusap lembut pipi gadis itu.

Shaheen Huda. Gadis itu mengangguk, detik itu juga, tubuh lemahnya direngkuh kepelukan cowok yang saat ini sudah menangis. Lirihan kalimat syukur terus keluar dari mulutnya.

AFKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang