Shaheen menatap gedung tinggi pencakar langit yang bertuliskan Adelard Hill, ia terdiam cukup lama apa dia akan memasuki apartemen ini atau tidak? Bukankah sekarang dia sudah tidak menjadi kekasih dari Afkar lagi? Lalu untuk apa dia mendatangi apartemennya?
Ia berjalan dengan langkah gontai memasuki apartemen tepatnya jalan menuju kamar Afkar. Satu jam yang lalu Rindu mengabarinya agar datang ke sana, dia segera bergegas menuju apartemen itu dengan perasaan bingung, bingung kenapa gadis itu menyuruhnya kesana? Belum lagi tadi dia tiba-tiba sudah berada di tempat yang sama sekali tidak ia tahu, mengapa dia ada di sana? .
“Kenapa akhir-akhir ini gue sering lupa sama apa yang gue alamin?” ulas gadis itu dengan tubuh terasa lemas.
Sesampainya di depan kamar Afkar pintu langsung terbuka menampilkan tiga orang cewek tengah berdiri disana, mereka menyambut kedatangan Shaheen dengan wajah tersenyum, membuat cewek itu menaikkan satu alisnya, bingung.
“Kenapa?” tanyanya.
“Gapapa, ayok.” Rindu meraih tangan cewek itu masuk kedalam.
“Taraaaa!!” sorak mereka melihat seisi ruangan itu sudah di penuhi dengan bunga dan kerlap-kerlip lampu.
“Kalian ngapain? Siapa yang ulang tahun?” Shaheen menatap aneh seluruh ruangan itu.
“Gak ada yang ultah, malahan malam ini kita bakal party berlima.” Ujar Rindu semringah.
“Party?”
“Iya Shaheen, kita akhir-akhir ini selalu di desak oleh tugas-tugas dan itu malah bikin kita stress, nah sekarang waktunya kita refresing, biar otak kita gak mumet.” Jawab Parveen.
Mereka memulai pesta kecil-kecilan itu dengan bernyanyi secara berurutan kecuali Shaheen, gadis itu hanya mau menikmati saja tanpa ikut melakukan setiap acara yang mereka adakan. Tiga jam berlangsung hingga mereka merasa lelah dan memilih istirahat. Shaheen memilih ke balkon untuk melihat pemandangan luar.
Sedangkan ketiga cewek itu tengah mengamatinya dari dalam secara diam-diam. “Kasian banget gue liat kondisi Shaheen.” Imbuh Anne.
“Sama, pokoknya kita harus bikin dia happy terus biar dia gak terus memikirkan depresinya.” Jawab Parveen.
“Sha, tidur yuk udah jam 12 malam, besok kita kan masih sekolah.” Ajak Rindu menghampiri Shaheen, gadis itu tersenyum kearah Rindu membuat Rindu ikut tersenyum, akhirnya mereka berhasil menyenangkan hati Shaheen, pikir Rindu legah.
“Lo duluan aja Rin, gue mau nunggu Kak Salju dulu.” Lirihnya langsung membuat senyum Rindu pudar seketika.
“Sal-ju?” cicit Rindu tiba-tiba merinding mendengar kalimat Shaheen begitupun ketiga gadis yang berada di dalam.
“Salju lagi?” tanya Anne menatap Parveen.
“Iya Rin, gue kan udah sering bilang sama lo, kalau gue sering ketemu Salju, bentar lagi dia datang, lo mau ikut nungguin juga?” tawar Shaheen membuat Rindu sontak menggeleng kuat.
“Nggak, gu-gue nunggu di dalam aja, gue tidur duluan ya, cepat masuk.” Rindu bergegas pergi dari sana.
“Gimana?” tanya Parveen dan Anne setibanya Rindu di dekat mereka.
Rindu menggeleng, “Kita liat dari sini aja.” Ujar Rindu. Mereka memantau Shaheen dari balik tirai kamar itu, Shaheen masih terlihat santai menghirup udara malam hingga ia mulai tersenyum merekah dan mengulurkan tangannya ke samping kanan.
“Halo Kak, lo kok lama banget sih? Lo baik-baik aja kan?” tanyanya saat Salju datang.
Gak kok, kakak baik-baik aja. Balas Salju menyambut uluran tangan Shaheen.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFKAR
Teen FictionTerbit! TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA! PASSWORD : FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TERIMAKASIH. -Untuk senyuman yang menjadi duniaku- Tentang sebuah persembunyian geng motor yang tak terkalahkan, dinobatkan sebagai raja jalanan, membuat posisi itu banyak...