AFK | DIA QUEEN

4.1K 101 11
                                    


U

ntuk senyuman yang menjadi duniaku-

....

Perkelahian masih berlangsung, kondisi mereka bisa dikatakan sudah sangat berantakan, ceceran darah di mana-mana, tanpa menghambat aksi baku hantam itu. Agarish yang terlihat kewalahan menghadapi Afkar.

Tak lama suara sirine polisi terdengar menghentikan bogeman mereka.

“Shit!” Agarish langsung hengkang bersama anggotanya saat itu juga.

“Ingat, rival privat itu harus terjadi kalau kalian tidak mau kehilangan orang-orang yang kalian sayang! Terutama lo, Afkar!” ancam Agarish sebelum pergi.

Afkar tidak menjawab apa-apa, detik kemudian laki-laki itu mengamati tempat yang sudah dibasahi oleh darah mereka. Tak lama Sachio datang, ia menghentikan suara sirine itu yang berasal dari handphonenya yang terhubung ke pengeras suara, ya itu hanya akal-akalan Sachio dan Bromo untuk menghentikan pertempuran itu.

“Lo gapapa?” tanya Sachio hanya di jawab anggukan oleh Afkar, setelah itu Afkar beranjak ke arah Alam, membantunya untuk berdiri.

“Kita, gapapa!” balas Alam.

“Gigi gue goyah, Bos! Gimana ini?” sorak Dewa memegangi pipi sebelah kanannya.

“Tinggal copot aja repot!” dengus Restu sembari menyeka darah dari sudut bibirnya.

“Masa iya gue ompong di usia muda? Yang bener aja lu!” dampratnya.

“Gigi kambing banyak, tinggal ambil satu!”

“Ogah!”

Afkar terkekeh pelan melihat tingkah kedua sahabatnya, ia kemudian menoleh kearah pasukan Devilsclub yang saat itu masih berada disana. Tadi mereka juga sempat membantu Afkar dan teman-temannya melawan serangan Hugo.

“Btw, thanks kalian udah bantu!”

“Gue nggak bantu lo,” sembur Alastar beraut jutek.

“Okey!” Afkar mengangguk ringan.

“Kalian bukannya musuh kita ya? Kenapa milih bantuin?” sambung Restu bingung.

“Bilang makasih dulu kali, Wa!” lirih Alam.

“Gue diem aja, Lam!” sungut Dewa memegangi gerahamnya.

“Maksud gue, Restu!” ulang Alam cengir.

“Santai mah, kalo sama kita, ya gak guys!” colos Akhasa merangkul Dewa.

“Gue bukan teman lo, gak usah sok akrab!” ketusnya membuat Akhasa menurunkan tangannya.

“Sok banget jadi orang!” damprat Akhasa balik.

“Apapun alasan lo, yang jelas kami berterimakasih sekarang!” Alam menepuk pelan bahu Alastar.

Kemudian dering ponsel Afkar membuat obrolan mereka terhenti.

“Ya, An!” jawab Afkar mengangkat panggilan dari Anne.

Dia bukan Shaheen, tapi Queen..

“Gue kesana!”

Afkar segera berlari dari sana tanpa menunggu pertanyaan dari teman-temannya. Kemudian mereka ikut berlari mengikuti langkah pria itu. Setibanya disana, Afkar langsung di hampiri oleh Anne yang tengah panik.

“Gimana?” tanya Afkar saat menghampiri Anne.

“AYOK QUEEN, KITA PERGI DARI SINI!” sentak Cordelia menarik kasar tangan Queen.

“LEPAS SIALAN!” Afkar mendorong tubuh Cordelia menjauhi Queen.

“Sakit Lia...” ringis Queen kesakitan. Ia memegang tangannya yang terasa perih.
“Sayang, kamu gapapa ?” Afkar mengapit wajah Queen, kedua mata gadis itu terlihat sayu dan kantung matanya bewarna hitam, jelas jika saat ini gadis itu begitu kelelahan.

Queen menggeleng lemah, ia melepaskan tangan Afkar, “Aku bukan pacar kamu, aku Queen bukan Shaheen.” Lirihnya membuat Afkar dan beberapa cowok disana ternganga.

“Mau kamu Queen ataupun Shaheen, kamu tetap pacar Aku, ayo kita pulang.”

“Gak bisa, dia harus pulang sama gue, dia gak kenal sama kalian.” Serobot Cordelia kembali meraih tangan Queen.

“Maaf aku harus pergi,”Queen memilih menuruti Cordelia, ia takut jika akan merusak semuanya jika masih bertahan lama disini.

“Sha, kamu mau kemana? Dia Cordelia, dia bukan teman kamu sayang.” Afkar berusaha mencegah Queen.

“Aku Queen, dan temanku cuma Cordelia.”  Ujarnya melepaskan tangan Afkar di lengannya.

“Dengarkan?” ulas Cordelia lalu pergi dari sana.

Semuanya masih membeku, mencoba mencerna kejadian itu.

“Bos? Gue mimpikan?” sahut Dewa menepuk-nepuk pipinya.

“Kok bisa Shaheen tiba-tiba ganti nama?” tanya Bromo ikut bingung.

“Kak, gimana kalau Cordelia ngapa-ngapain Shaheen?” ringis Rindu masih menangis.
“Lo tenang aja Rin, gue akan mengatasi semuanya.” Balas Afkar, konyol jika dia tidak ikut khawatir saat ini.

“Shaheen kenapa Rin?” tanya Restu membuat semuanya ikut menatap kearah Rindu. Seolah pertanyaan Restu sudah mewakili mereka semua. Disclaimer, Alastar juga berada di sana dengan perasaan bingung yang tak kalah besar dari mereka.

***

Jangan lupa vomment nya butterfly🦋

AFKAR Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang