-Untuk senyuman yang menjadi duniaku-
...
Jam istirahat baru saja di mulai, Sachio dan Bromo langsung menuju ke kelas Afkar, sesampainya di depan kelas itu mereka tak mendapati mereka di sana alhasil kedua laki-laki itu harus mencari hingga menemukan mereka di warung delima, disana tidak hanya mereka melainkan beberapa anak siswa dari sekolah lain.
“Eh Kar, ternyata lo disini.” Lirih Sachio langsung duduk di sebelah Afkar.
“Wih berasa jadi orang penting banget dah gue dicariin ketua OSIS mulu perasaan.” Decak Dewa bangga.
“Kita nyariin Afkar Alam dan..itu aja.” Bromo menghentikan kalimatnya saat melihat Restu hendak tersenyum lebar berharap namanya akan di sebut.
“Bangsat lo gunung Bromo!” sungut cowok itu menatap tajam Bromo sedangkan Bromo hanya terkekeh renyah.
“Dia siapa?” tanya Sachio melihat cowok di samping Alam.
“Kenalin, gue Langit bang. Temennya mereka juga cuman beda sekolah aja.” Ujar laki-laki itu mengulurkan tangan.
“Sachio,”
“Bromo.” Ujar Bromo juga berkenalan.
“Salam kenal.” Lirih Sachio tersenyum.
“Dia adik bang Bumi Chio.” Imbuh Alam merangkul Langit.
“Hah? Jadi lo adik bang Bumi?” kaget Sachio.
Pria bernama Langit itu hanya tersenyum, “Pantesin ganteng kayak bang Bumi.”
“Ah lo terlalu jujur bang, makasih.” Langit terkekeh malu. Mereka semua ikut tertawa namun beberapa detik kemudian Reygan bersama Agarish juga tiba disana.
“Anjir bibir lo memar banget Gar.” Ujar Reygan melihat Agarish mengusap sudut bibirnya yang luka oleh aksinya semalam.
Agarish tak menjawab ia malah menatap Reygan dengan lekat, kenapa pria itu juga mempunyai luka di bagian pipinya?
Ya meskipun Reygan bilang jika itu kebentur tapi tetap saja Agarish kurang yakin, apa sosok semalam itu... Reygan? Ah! Tidak mungkin, elak Agarish mentah-mentah.
“Santai aja.” Ujar cowok itu tak peduli.
“Yaudah kalau gitu gue pesen dulu.” Reygan berjalan ke warung sesampainya di sana ia menoleh ke sekelompok cowok yang tengah tertawa heboh di sebelah kirinya.
“Mang Cece kopi dua gorengnya sekalian.” setelah itu Reygan beralih menghampiri para pria itu.
“Hai, seru amat kayaknya boleh gabung nggak?” ujarnya menghentikan tawa mereka.
“Eh Reygan? Boleh sini gabung.” jawab Sachio.
Reygan menatap Langit, beralih ke Restu, Alam, Dewa dan Afkar, kemudian ia melirik Bromo.
“Pipi lo kenapa Mo? Kok memar gitu?” ujar Reygan yang memang sudah kenal dengan Bromo.
“Biasa cowok.” Bromo meraba pipi kanannya yang membiru.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFKAR
Teen FictionTerbit! TYPO BERTEBARAN DIMANA MANA! PASSWORD : FOLLOW DULU SEBELUM BACA, TERIMAKASIH. -Untuk senyuman yang menjadi duniaku- Tentang sebuah persembunyian geng motor yang tak terkalahkan, dinobatkan sebagai raja jalanan, membuat posisi itu banyak...