17. BAIKAN ✓

8.1K 450 0
                                    

Note: bagi pembaca baru silahkan vote dan komen untuk menghargai karyaku

...

Gilang masih berada di rumah Angkasa dan saudaranya. Sedari tadi, ia sudah mengajak Zahra untuk pulang tapi di tolak mentah-mentah oleh gadis itu. Terpaksa Gilang harus menetap lebih lama di rumah orang yang bahkan tidak di kenalinya.

Zahra asik bercanda dengan Langit tanpa menghiraukan keberadaan Gilang, membuat lelaki itu menatapnya nyalang penuh peringatan.

Gilang yang sudah tidak tahan lagi, Ia menyentak tangan Zahra membuat gadis itu terkejut. Bukan hanya Zahra yang kaget atas tindakan Gilang, namun Alya, Angkasa, dan Langit ikut terkejut. Elang dan Andini tidak ada di sana karna Andini mengantuk dan memaksa Elang untuk menemaninya.

"Apaan sih Lang, kok kasar banget!" Sentak Zahra.

"Kamu yang apa apaan ha! aku tanya, kamu nganggep aku apa? dari tadi di diemin! Aku abis pulang kerja Ra, belum istirahat sama sekali. Tapi kamu malah buat aku tambah pusing." Protes Gilang.

"Kan aku udah nyuruh kamu pulang, tapi kamu sendiri yang gak mau balik." Jawab Zahra.

"Aku gak akan pulang kalo kamu gak ikut sama aku." Ujar Gilang.

Zahra mendelik kesal ke arah kekasihnya, "Terserah."

Angkasa yang tidak ingin melihat drama pertengkaran sepasang kekasih itu, menarik Alya untuk ikut dengannya. Sedangkan Langit masih betah memandangi Zahra dan kekasihnya yang sedang bersitegang.

Langit menyadari bahwa Abang dan calon kakak iparnya sudah tidak ada segera memberi tatapan sinis pada Gilang. "Kalo dia gak mau, ya jangan di paksa." Ketus Langit.

"Udah Ngit jangan ladenin dia, mending lo cerita deh tentang hubungan lo sama Rembulan." Yaps, Zahra telah berkenalan dengan pacar Langit. Ternyata Rembulan anaknya asik, pikir Zahra.

"Ya gitu gitu aja gak ada yang menarik." Jawab Langit, "Lo aja deh yang cerita tentang pacar pacar halu lo itu"

Zahra tak terima, "Enak aja pacar halu! gak halu itu boss."

Langit berbahak melihat ekspresi wajah gadis disampingnya, "Komuk lo anjrit kek orang kebelet boker."

"Sialan lo nyet." Umpat Zahra.

Gilang yang mendengar umpatan Zahra, segera menegur kekasihnya, "Mulutmu Ra, di jaga."

Hal itu membuat Zahra mencibir tak terima di tegur di depan Langit yang notabenya musuh sekaligus temannya.

Langit tersenyum senang, "Marahin aja, cewek lo itu kebiasaan maki orang sembarang."

Zahra melotot tak terima dengan fitnah kejam yang di lontarkan Langit, "Tampang lo itu anjrit banget! tukang bohong!”

"Timping li iti injrit bingit, tiking bihing." Langit membalas dengan menye-menye.

Zahra melemparkan bantal sofa ke muka menyebalkan Langit, "Anak setan!"

"Gue aduin bunda gue lo, ngatain gue anak setan sama aja ngatain orang tua gue setan."

"Lo yang anak setan bukan orang tua lo!"

"Iya kalo gue anak setan berarti mak bapak gue dong setannya"

Zahra yang memang terkadang lemot di buat kebingungan, "Apaan sih lo, gak nyambung!"

Langit kesal sendiri oleh tingkah gadis itu, "Nyambung bodoh, lo nya aja yang yang gak jelas."

"Apa hubungannya anak setan sama mak bapak lo?" Tanya Zahra.

Perjodohan Berjamaah [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang