42. LAHIRAN

8.1K 421 13
                                    

Tolong komen jika ada bagian yang terdapat typo
.
.
.

Happy reading!!!

_______________________

Keluarga Jareda sedang berkumpul di ruang tengah, menunggu kelahiran bayi Langit dan Zahra. Ya, Zahra memutuskan untuk melahirkan di rumah saja agar tidak repot. Bunda hanya menghubungi dokter beserta bidan agar ke rumah tak lupa dengan perlengkapan bersalinnya.

Zahra sedang di tangani oleh mereka. Langit berada di samping istrinya, menggengam kuat tangan Zahra.

Langit sudah ketar ketir bukan main saat melihat wajah kesakitan istrinya. "Kamu masih kuat kan?"

Zahra yang sedang fokus mengeluarkan bayi mereka di buat kesal dengan pertanyaan suaminya yang entah sudah berapa kali di ulang terus menerus.

"Dok, suruh dia keluar aja." Ucap Zahra menujuk Langit.

Langit melotot, matanya sudah berkaca kaca, "Gak! Gak mau. Huwahhh..."

Kan kan, sudah di bilang. Tangisan Langit pecah membuat kepala Zahra pusing mendengarnya.

"DIEM! Diem Langit! Kalo kamu gak bisa diem, aku beneran bakal suruh mereka ngusir kamu."

Langit menghentikan paksa tangisnya, kedua tangannya kini sudah membekap mulutnya sendiri. Dia terisak pelan. Dokter, bidan, dan perawat yang ada di sana gemas sendiri dengan tingkah Langit.

Dokter membuka suara, "Dek Langit jangan di ganggu ya istrinya, nanti bayi kalian lama keluarnya."

Langit mengangguk patuh.

Usaha Zahra mengeluarkan anak mereka membuahkan hasil. Akhirnya suara tangisan bayi terdengar juga di sana.

Mata Langit berbinar saat melihat bayi miliknya yang sedang di bersihkan oleh bidan. Ah imut sekali, pikirnya.

"Anaknya cewek, cantik sekali. Silahkan di adzani terlebih dahulu Pak." Ucap Bidan, dia memberikan bayi itu ke gendongan Langit.

Tubuh Langit kaku sekarang. Dia takut menjatuhkan anaknya. Bahkan Langit tidak berani bergerak sedikitpun.

"Santai saja Pak, rileks. Supaya bayinya juga nyaman di gendongan Bapak." Jelas Bidan.

Langit mengangguk, perlahan badannya melemas. Dia mulai melantunkan adzan di telinga anaknya.

Setelah selesai, bayi mereka pun di beri asi oleh Zahra. Tentu dengan bantuan Bidan. Apa tugas perawat yang berada di sana? Kedua perawat itu membereskan alat alat yang telah di pakai bersalin dan ikut membereskan kamar Zahra yang kotor akibat persalinannya.

Ohiya, Zahra bersalin di kamar yang dulu ia tempati saat tinggal di sini. Kini Zahra sudah di pindahkan ke kamar Langit, lebih tepatnya kamar mereka.

Zahra berbaring di kasur dengan bayi yang tertidur di sampingnya. "Keturutan deh, punya anak cewek juga akhirnya." Ucapnya tersenyum menatap sang bayi yang terlelap dengan selimut yang membungkus tubuh mungilnya. Tentunya selimut khusus bayi, ya.

"Cantik banget Ra. Mirip aku." Kata Langit tersenyum lebar.

"Buta lo mata lo? Jelas jelas dia cewek, masa mirip kamu!" Sewot Zahra.

Perjodohan Berjamaah [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang