32. ILY

8.1K 453 0
                                    

Tolong komen jika ada bagian yang terdapat typo:)

.
.
.
Happy reading!!!
.
.
.

Jangan dipaksa terus,
Yang lebih bisa menghargaimu
Lebih layak memilikimu.
🍃🍃🍃

_______________________


Hari ini Alya dan Andini sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit.

Keduanya bersama sang suami sedang membereskan barang barang, setelah itu bergegas pulang.

Sesampai di rumah, Zahra dan Langit menyambut kedua pasangan itu antusias. Lebih tepatnya bayi mereka. Para orangtua sudah kembali ke aktivitas seperti sebelumnya, apalagi jika bukan kerja.

Zahra mengambil alih bayi yang ada di gendongan Angkasa, mendekapnya. Langit pun melakukan hal demikian pada bayi yang ada di gendongan Elang.

Zahra dengan gemas menciumi pipi bayi yang masih merah itu, "Ih lucu banget."

Alya meradang melihat jagoannya di nodai sejak dini oleh temannya, "Anak gue anjir jangan di ciumin kayak gitu. Kuman woy!"

Zahra mendelik kesal, "Apasih. Sok asik banget."

Setelah berucap demikian, Zahra berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Angkasa dan Alya. Langit menyusul di belakangnya.

Alya berdecak, "Ck. Gue yang ngelahirin, dia yang nguasain."

Angkasa mengelus lengan istrinya, "Gak papa, kan bagus banyak yang sayang sama anak kita."

Elang terus memperhatikan Langit sampai akhirnya dia berteriak, "Woy! itu anak gue di bawa ke kamar gue, bukan ke kamar Angkasa!"

Langit tidak mengindahkan teriakan abangnya. Dia tetap memasuki kamar Angkasa menyusul Zahra yang sudah membaringkan anak Abangnya di kasur.

Langit ikut membaringkan tubuh bayi di gendongannya pada kasur. Sepasang kekasih itu menatap bayi di hadapan mereka dengan binar bahagia.

"Pengen gue karungin rasanya." Gumam Langit.

Zahra menoleh, "Kita adopsi aja kali ya Ngit anak mereka."

Langit mengangguk setuju, "Boleh. Nanti biar mereka kita suruh bikin yang baru."

Zahra berucap alay, "Kok gumush bingit anaknya Mami."

"Lo mau di panggil Mami?" Tanya Langit.

Zahra mengiyakan, "Iya, kan gue manggil bonyok Mami sama Papi."

"Yaudah berarti gue di panggil Papi aja sama mereka." Ucap Langit.

"Mami, Papi." Ucap Zahra dengan gerakan menunjuk dirinya dan Langit.

Langit tersenyum, "Nikah yuk Ra."

"Dih, enak aja lo main ngajak nikah." Jawab Zahra ketus.

"Biar kita punya bayi sendiri tau." Ucap Langit.

Zahra menunjuk kedua bayi yang ada di depannya, "Ini kan kita udah punya bayi."

Andini, Angkasa, Alya, dan Elang sedari tadi sudah berdiri melihat interaksi sepasang kekasih itu. Mereka berempat berdecak kesal mendengar ucapan Zahra yang mengakui kepemilikannya pada bayi mereka.

Alya memasuki kamar miliknya, "Enak aja lo! Bikin sendiri lah. Ini kan anak gue."

"Pelit banget sih lo." Jawab Zahra.

Perjodohan Berjamaah [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang