39. NYETAK GOL?

9.5K 413 1
                                    

Tolong komen jika ada bagian yang terdapat typo
.
.
.

Happy reading!!!

_______________________

Pagi buta ini semua anggota keluarga Jareda di hebohkan oleh Langit. Bayangkan saja, di pagi buta seperti ini, anak itu berteriak membangunkan semua orang.

Orang rumah benar benar geram akan tingkah lelaki itu.

"Tolong! Tolongin istri Langit! AYAH! BUNDA! BANG KASA! BANG ELANG!" Teriak Langit di depan kamar orangtuanya.

Kebetulan kamar orangtuanya bersebelahan dengan kamar kedua abangnya.

Pintu kamar terbuka kasar menampilkan wajah marah Ayahnya. "Kamu kerasukan setan apa! Masih pagi sudah membuat ulah seperti ini. Bagaimana jika kedua keponakan kamu kaget! Bahaya kalo mereka yang kaget Ngit." Omel Ayah.

Tak lama Bunda pun nongol di belakang Ayah. "Kamu apa apaan hah! Gak sadar waktu atau bagaimana?" Omel Bunda.

Bugh!

Lemparan bantal mendarat di kepala Langit. Lemparan itu berasal dari Elang yang menampilkan wajah bangun tidurnya. Sedangkan Angkasa menatap adiknya malas.

Langit membuka suara dengan wajah panik, "Zahra Bun, Yah!"

Ayah, Bunda, Angkasa, dan Elang ikut panik.

"Menantu Bunda kenapa?" Tanya Bunda menampilkan wajah paniknya.

"Ayo ikut Langit."

Langit berjalan menuju kamarnya di ikuti Ayah, Bunda, dan kedua Abangnya. Saat memasuki kamar, Zahra berbaring lemas dengan wajah pucat.

Bunda bergegas menghampiri menantunya, "Kamu kenapa sayang?" Tanya Bunda sambil mengelus lembut surai rambut Zahra.

Zahra menggeleng lemas, "Gak pap-... huwek!" Dia kembali mual dan berlari ke dalam kamar mandi.

Mereka yang ada di sana tersenyum. Paham akan situasi kecuali Langit yang semakin khawatir.

"Istri Langit kenapa ya Bun?" Tanya Langit pada Bundanya.

"Kamu tenang dulu ya, gak papa kok." Ucap Bunda menenangkan.

Elang dan Angkasa merangkul adiknya. Kini Langit berada di antara kedua abangnya.

"Santai bro," Ucap Elang.

"Rileks aja Ngit. Semuanya bakal baik baik aja" Itu merupakan kata penenang dari Angkasa.

Langit mendelik kesal, "Istri gue lagi sakit, mana bisa gue tenang."

Zahra akhirnya keluar dari kamar mandi berjalan gontai, tidak memiliki semangat sama sekali.

"Langit bilang kamu sakit, memang kamu sakit apa nak?" Tanya Ayah.

"Langit bego. Mohon maaf Yah, bun, udah ngatain anak bungsu kesayangan kalian bego. Tapi dia ngeselin! Bukannya bantuin aku ke kamar mandi karna mual, dia malah lari keluar kamar kayak orang setres sambil teriak lagi." Kesal Zahra.

"Gak papa sayang, Langit memang bego." Ucap Ayah dan Bunda serempak.

Langit memandang kedua orangtuanya dengan tatapan tersakiti. Kedua abangnya berusaha sebisa mungkin untuk menahan tawanya.

"Aku kayaknya lagi isi deh Bun. Soalnya bulan lalu, aku gak menstruasi." Jawab Zahra. Senyuman terbit di wajah kedua orangtua dan kedua abang Langit.

Berbeda dengan Langit yang malah memandang bingung istrinya, "Isi apa yang? Isi pulsa atau isi galon?"

Wajah Zahra memerah karna menahan marah akibat pertanyaan bodoh yang di lontarkan sang suami, orang di sana yang tau akan situasi saat ini memilih untuk meninggalkan pasutri itu.

"Eh kok pada keluar? Ini istri gue gimana woy, Bang!" Teriak Langit.

"Ganteng doang tapi otak gak di gunain." Kata Elang sebelum menutup pintu kamar adiknya.

Langit menghampiri sang istri, "Kamu sakit apa Ra. Kok gak pernah bilang sih kalo kamu punya riwayat penyak-..."

Plak

Zahra menampar pelan bibir suaminya. Omongan adalah do'a guys. Jangan ngadi ngadi.

"Yang bilang aku sakit siapa sayang?" Tanya Zahra gemas.

"Terus mual mual kayak tadi kenapa?" Tanya Langit memandang polos ke arah istrinya.

"Kamu teh meni bego pisan euy." Ucap Zahra.

Langit mempoutkan bibirnya kesal, "Aku nanya loh yang bukannya di jawab malah di katain."

"Kelakuanmu itu minta di katain yang." Jawab Zahra.

"Serius ih kamu sakit apa?" Rengek Langit.

"Aku gak sakit sayang. Kamu bakal jadi Ayah, sama kayak Bang Kasa dan Bang Elang" Ucap Zahra.

Wait, otak Langit ngebug. Jadi Ayah? Berarti Zahra sedang... oh tidak dia sangat senang sekarang.

"Sayang lagi hamil?" Tanya Langit antusias.

Zahra mengangguk,

Langit segera menciumi perut istrinya, "Halo anak Papi. Sehat sehat ya di dalam sana. Papi di sini nunggu kamu sayang."

Zahra mengelus surai rambut suaminya. "Aku mau lanjut tidur Ngit."

"Yaudah yuk, Lanjut bobok." Ajak Langit. Dia membantu istrinya merebahkan diri di kasur. Keduanya kembali terlelap.

🐣🐣🐣

Saat terbangun di pagi hari, Langit dan Zahra bergegas turun menuju meja makan. Sudah di pastikan semua orang telah menunggu mereka untuk sarapan.

Wajah Langit sumringah, senyum calon Ayah itu tidak pernah luntur.

"Bahagia banget nih si calon bapak." Sindir Alya. Mereka yang ada di meja makan sudah sangat kelaparan menunggu pasutri ini.

"Iya dong, kan bentar lagi punya baby kayak kalian." Jawab Langit sombong sambil menarik kursi agar Zahra bisa duduk di sana.

"Jadi ceritanya udah nyetak gol nih?" Goda Andini.

"Yoi dong,"

Elang ikut menimpali, "Gak sia sia loh kita nyomblangin mereka. Tau tau hasilnya udah jadi bayi aja."

"Gue emang udah yakin kalo mereka itu jodoh" Balas Angkasa.

"Bener woy yang paling yakin tuh Bang Kasa loh dulu. Bahkan di saat hubungan Zahra dan Gilang masih baik baik aja." Ucap Andini membenarkan.

"Insting Bang Kasa emang kuat dek, tebakannya jarang meleset." Kata Elang.

Ayah membuka suara, "Ya sudah sekarang kita makan dulu ya. Ngobrolnya bisa di lanjut nanti."

Semua yang ada di sana mematuhi saja ucapan kepala keluarga. Toh mereka juga sudah kelaparan.

Sarapan pagi mereka kali ini berjalan lancar. Tanpa adanya keributan antara Langit dan Elang ataupun Alya dan Zahra.

.
.
.

Jangan lupa vote dan komen:)

Perjodohan Berjamaah [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang