38. PASANGAN BUCIN

11.9K 433 1
                                    

Tolong komen jika ada bagian yang terdapat typo
.
.
.

Happy reading!!!

_______________________


Setelah pulang dari korea, Zahra dan Langit kembali ke rumah orangtuanya. Sebenarnya Langit ingin membeli rumah sendiri, namun di tentang keras oleh sang Bunda.

Angkasa dan Elang saja yang lebih tua daripada Langit tidak di biarkan untuk pindah rumah apalagi Langit si anak bungsu.

Bunda mengatakan tidak ingin rumahnya sepi. Kalo ketiga menantunya nyaman nyaman saja tinggal bersama dia, kenapa jadi sang anak yang merengek ingin pindah rumah. Kadang Bunda berfikir ingin meng-giveaway kan ketiga putra tampannya itu.

"Oleh oleh buat gue mana Ra?" Tanya Alya.

"Gue juga dong mana!" Ucap Andini tidak santai.

Zahra menjawab acuh, "Apa sih sok asik banget."

"Jangan sok mantep lo Ra." Sinis Alya.

"Lah emang gue mantep," Jawab Zahra, "Iya gak Ngit?" Tanya-nya meminta persetujuan dari sang suami.

"Istri gue emang paling mantep!" Jawab Langit cepat.

"Najis bucin." Cibir Andini.

"Kamu jangan solimi. Eh anak kalian mana? Pangeran dan Raja yuhuuu... onty kambek." Ucap Zahra bernada. Dia beranjak ingin menghampiri keponakan lucunya yang terlihat baru selesai mandi berada di pangkuan baby sister masing masing.

Andini dan Alya dengan cepat menghalanginya.

"Eitsss, gak boleh nyentuk anak gue kalo gak ada oleh oleh." Ucap Andini.

Mendengar ucapan Andini membuat Zahra menatapnya sinis.

"Makanya jangan pelit jancok. Lo bisa main sama anak gue dan anak Andini asalkan ada sogokan gitu. Minimal cincin yang pake logo EXO lah ya, gimana Din?" Ucap Alya sambil meminta persetujuan dari Andini.

Andini mengangguk cepat, "Saya setuju dengan anda."

Zahra menghela nafas, "Ambil lah di kamar gue, ada di bagian laci nakas. Kedua dari bawah sebelah kiri."

Alya dan Andini segera berlari ke arah kamar Zahra dan Langit. Para mama muda itu benar benar tidak sadar umur. Mereka sering kali bertingkah layaknya anak kecil seperti sekarang ini.

Langit mencibir, "Dasar bocah."

Angkasa dan Elang menatap tajam sang adik. Berani beraninya Langit mengatai istri mereka.

"Lo juga bocah, bodoh!" Maki Elang.

"Bocah apaan tolol. Jelas jelas gue lebih tua dari pada bini lo." Jawab Langit tak terima di katai 'bodoh'

"Bocah sableng. Ngaca makanya biar sadar diri gak ngatain orang lain terus." Ucap Angkasa.

"Heh lo pada, ngapain ngata ngatain suami gue?!" Tanya Zahra tidak selow.

"Males banget sama pasangan bucin." Ledek Elang.

Angkasa berdecih, "Cih bucin."

"Bodoh banget, bodoh!. Lo berdua juga bucin! Heh ngaca dong ngaca, kalo gak bucin terus apa namanya? Kalian ngebela istri pas di katain sama orang tuh BUCIN namanya!" Sewot Zahra menekan kata 'bucin'

"Itu bukan bucin! Itu normal karna gak terima orang yang di sayang itu tersakiti." Elak Elang.

"Normal lah, nanti kalo istri gue sakit hati di katain bocah gimana?" Tanya Angkasa.

"Goblok sia teh, bucin mah bucin aja. Gak usah banyak ngeles." Kata Langit membela istrinya.

Elang yang geram dengan tingkah sang adik, segera mengapit leher Langit membuat adiknya kesulitan bernafas.

Bugh!

Zahra menendang tulang kering Elang. Dia juga ikut kesal dengan tingkah Kakak iparnya yang tidak ingin mengalah.

Elang menjerit kesakitan dan melepaskan apitannya pada leher Langit. Dia mengelus tulang keringnya yang sakit akibat tendangan adik ipar.

"Laknat weh, sakit tau Ra. Aduh nyut nyutan." Ringis Elang.

"Muka Abang ngeselin sih." Jawab Zahra.

Tak lama Alya dan Andini turun dengan senyum sumringah. Keduanya memamerkan cincin yang melingkar indah pada jari manisnya berlogo EXO. Entah di mana cincin pernikahan mereka.

Kepala Angkasa dan Elang mendadak pusing. Astaghfirullah hal adzim. Ampun banget ampun. Ini cincin pernikahan mereka di lepas karna cincin yang di hadiah dari Zahra?. Hey yang benar saja.

"Cincin pernikahan kita mana dek?" Tanya Angkasa.

"Ada kok di kamar" Jawab Alya.

"Pakai sekarang juga! Aku gak mau tau ya Al." Ucap Angkasa.

Alya mendengus kesal, "Nanti di pakai lagi kok mas. Ini cuma di coba aja, taunya bagus."

Elang mencibir, "Di coba di coba, nanti keterusan." Dia masih mengelus kaki nya yang sakit akibat tendangan Zahra.

Andini menyerit memandang suaminya. "Kaki Kakak kenapa?" Tanya-nya.

"Ini di tendang sama temen kamu, si Zahra." Adu Elang.

Zahra memandang malas Kakak iparnya. "Tukang ngadu." Cibir nya.

"Heh! Lo kenapa nendang kaki laki gue ha!" Sewot Andini.

"Dih gile lo. Laki lo yang ngeselin." Ucap Zahra.

Alya ikut menimpali, "Lo juga ngeselin Ra."

"Apasih lo gak usah sok asik deh." Sinis Zahra.

"Yang sopan sama Kakak ipar!" Ucap Angkasa membela istrinya.

Langit ikut membuka suara, "Apaan sih Bang, gak usah ikut campur masalah cewek."

"Lo juga gak usah banyak omong Ngit." Ucap Alya.

"Dih sibuk lo. Orang mulut, mulut dia." Cibir Zahra.

"Apa sih kalian bacot banget. Bucin!" Pekik Elang.

"Lo juga bucin BEGO!" Ucap Alya, Angkasa, Langit, dan Zahra serempak sambil menekan kata 'Bego'

"Gak usah pake urat nyet ngomong sama suami gue!" Bela Andini.

Dan percaya saja perdebatan ketiga pasangan itu berlangsung secara alot. Tidak ada yang ingin mengalah. Mereka selalu membela pasangan masing masing. Tapi ketiganya juga tidak terima di katai bucin.

Sebenarnya mereka semua itu bucin, hanya saja ketiganya memang tidak sadar diri.

Inilah pentingnya berkaca setiap hari:)

.
.
.

Jangan lupa vote dan komen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote dan komen.



Perjodohan Berjamaah [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang