29. 7 BULANAN

9.2K 436 4
                                    

Tolong komen pada bagian yang terdapat typo:)
.
.
.
Happy reading!!!
.
.
.


Rumah Angkasa dan saudaranya tengah ramai di isi oleh para keluarga besar. Hari ini akan di adakan acara 7 bulanan untuk kehamilan Andini dan Alya.

3 bulan yang lalu Zahra sempat mengecek apakah dia hamil anak Langit atau tidak. Jawabannya negatif. Jadi lah Zahra tidak perlu repot repot menikah dengan Langit.

Alya dan Andini sendiri tengah di sibukkan oleh para keluarga besar yang mengajak mereka mengobrol. Ingin rasanya mereka kabur, apalagi Alya. Anak itu sangat tidak suka di tanya tanya dengan orang baru. Andini sih fine fine saja. Namun lama kelamaan dia juga bosan dan capek meladeni para tamu yang hadir.

Sebentar, kita beralih pada Langit dulu. Lelaki itu sedang berada di tempat para om nya berkumpul.

"Jadi kamu kapan ingin menyusul kedua abang mu?" Tanya Om nya yang berasal dari keluarga Bunda.

Langit tersenyum kikuk, "Calonnya belum siap buat nikah Om."

"Ambil jalan pintas aja kali Ngit. Hamilin." Saran om nya yang bernama Andre. Adik bungsu dari Ayahnya, Jareda.

"Om mah suka ngadi ngadi, nanti kalo Ayah denger bisa di gepengin badan Om yang kekar itu." Ucap Langit membalas perkataan Om nya.

"Halah bapakmu aja dulu ngambil jalur yang cepet kok. Soalnya Bundamu dulu ingin di jodohkan. Hahaha." Om Andre terbahak setelah mengatakan itu. Dia senang karna berhasil membongkar aib sang abang.

Bugh!

Bantal sofa berhasil mendarat mulus pada wajah mulus sang dokter. Lemparan itu berasal dari abangnya.

Jareda menatap sinis adiknya yang tengil itu, "Perhatikan bicaramu Andre"

Andre membalas tatapan Abangnya dengan ekspresi meledek, "Apaan sih bang, orang gue bener kok. Apa yang Abang lakuin dulu ke kakak ipar adalah suatu percobaan yang mantap."

"Mulut lo gak pernah di sekolahin ya!" Hardik Jareda, Ayah Langit.

"Gak pernah. Tubuh gue yang di sekolahin. Kalo cuma mulut gimana bisa. Emang mulut bisa jalan sendiri buat ke sekolah?" Ucap Andre.

Jareda saat menghadapi Andre, adiknya memang harus mengumpulkan tenaga terlebih dahulu. Tensi darahnya seperti di prank karna adiknya. Kadang naik dan turun dalam kurung waktu yang cepat.

Bunda mengelus lengan suaminya, menenangkan. "Andre jangan pancing kemarahan Abangmu. Tensinya lagi naik."

Andre nyengir tanpa dosa. Dokter tengil itu memang sangat menyebalkan. "Hehehe maaf kak, bercanda doang kok. Abang aja yang baperan kayak anak ABG."

"Huh, kamu ini udah tua masih aja bikin orang kesel." Ucap Bunda.

"Ap-..." Ucapan Andre terpotong karna perkataan seseorang yang menyela ucapannya.

"Bunda di panggil sama mom nya Andini." Ucap orang itu.

"Eh ini siapa? Geulis pisan euy." Ucap Andre memberikan tatapan menggoda.

Bunda tidak menghiraukan pertanyaan adik iparnya. Sedangkan Langit memberikan tatapan peringatan pada om nya.

"Oh iya nak, mommy Andini sekarang ada di mana? Tanya Bunda.

"Ada di kamar Zahra bun, mereka lagi ngumpul di sana" Jawab Zahra.

Andre memanggil Zahra, "Cantik, sini kenalan sama om."

Perjodohan Berjamaah [PROSES REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang