10 - (I)

104 29 7
                                    

KALAU KAU PIKIR memberi tahu rahasia besar dunia pada bocah maniak seperti Ned adalah perkara mudah-maaf saja, Kawan, tapi kau salah besar.

Tentu saja, aku tidak benci pada Ned sampai tanpa ragu-ragu membohonginya. Dia sobatku, dan sudah jadi kewajibanku untuk berterus terang padanya. Tapi dibanding itu semua, aku khawatir bagaimana Ned akan menyikapi segala hal tentang monster ajaib dan lima planet berkehidupan. Aku tak yakin apakah dia bisa menjaga rahasia ini—atau tak menimbulkan histeria massa. Semua orang tahu dia kutu buku berat fiksi ilmiah. Mungkin dia bakal bertingkah layaknya memenangkan lotre; berteriak histeris, terpekik-pekik tanpa henti, memamerkannya pada semua orang, dan pingsan di tengah jalan.

Jadi?” tuntut Ned. “Kenapa kalian diam saja?”

Aku tak tahu harus memulai dari mana. Aku akui, gagasan soal Ned menimbulkan histeria massa kedengaran berlebihan—tak ada seorang pun orang waras yang bakal percaya kisah alien dan makhluk mahakuasa ajaib. Namun tetap saja, akhirnya memberitahu segalanya yang terjadi pada seseorang-apalagi Ned, adalah hal yang sulit. Menyembunyikan kejadian-kejadian supranatural adalah persoalan yang biasa buatku. Aku tak mengakui pernah dihajar anjing mematikan yang nyaris menggorok leherku, bertemu gadis alien aneh berkekuatan super, dan nyaris diremukkan oleh troll setinggi tujuh meter. Kau tahulah, seolah hal itu sama remehnya dengan main pingpong bareng sepupumu.

“Ned.” Aku mendesah. “Ini akan sangat panjang dan ... rumit. Aku tak ingin berbohong padamu, jadi kalau kau ingin benar-benar tahu—aku harap kau merahasiakannya.”

Ned mengangkat alisnya. “Ada apa? Kupikir kita semua menghadapi pemrotes.” Dia menebar pandangan ke kiri kanannya. “Omong-omong, tempat apa ini?”

“Nggak—maksudku, aku mengalami masalah yang, eh, lumayan spesial,” kataku, berusaha keras menyusun kata-kata. Aku memandang Vooir, tapi kupikir bukan ide bagus untuk menyebut nama aliennya. “Pokoknya, jangan bilang pada siapa-siapa kecuali ayahku—em, cewek ini, dan aku. Oke?”

Ned mengangkat alis, terlihat berpikir. “Oke deh,” katanya. Mungkin Ned mengerti menuruti permintaan anehku adalah satu-satunya cara mendapat penjelasan. “Apa pun itu, awas saja kalau nggak menarik.”

Saat aku mendengar pernyataan itu, aku ingin meneriakki telinganya keras-keras; Aku jamin, Nak, sekalinya kau dengar, kau bakal jadi gila. Tapi kupikir membuat Ned tuli bukan ide yang bagus.

“Kalian berdua, cepatlah,” kata Vooir, mengintip gelang kuningannya. Aku bisa melihat ayahku masih bercakap-cakap dengan ayah Ned di depan. “Kita tak punya banyak waktu.”

Kau,” gumam Ned. “Maksudku, tetangganya Leon. Apa yang kau lakukan di sini?”

“Ned,” keluhku, berusaha keras mengalihkan perhatiannya. “Kita bisa simpan itu untuk nanti—ayo!”

Ned tampaknya tiba-tiba menjadi tuli. Dia berbalik menghadap Vooir dan mengulurkan tangannya.

“Aku Ned. Ned Pattinson,” katanya. “Apa kau berasal dari Alaska atau semacamnya? Maksudku, aku bukannya bermaksud apa-apa-tapi, wah, aku belum pernah melihat orang sepertimu!”

Aku jamin Ned bakal kaget saat tahu Vooir berasal jutaan kali lipat lebih jauh dari Alaska. Tapi ini bukan saat yang bagus buat main tebak-tebakan fakta menarik benua Amerika. Namun tepat sebelum aku menyeret Ned kembali, Vooir menjabat tangannya dengan kikuk.

“Aku Vooir Elledoire,” katanya. Aku setengah berharap Vooir bakal menggunakan nama palsu. “Maaf, tapi aku bukan berasal dari Alaska.”

“Voo—eh, apa?”

Fate of the Five Realms: Valor of ErdeosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang