Aku uppp!!
♣️
"Anak Leon hilang!"
"Anak Pak Leon?" beo Stella. Tenyata Bos manja itu sudah punya anak. Tapi kok ... hatinya nyut-nyutan gini ya?
Seperti ada yang patah tapi bukan kayu. Seperti ada yang retak tapi bukan kaca. Seperti ada yang pecah tapi bukan gelas.
Kretek-kretek.Lalu Stella menoleh pada Leon dan menatapnya dalam, "Sejak kapan anda punya anak?" tanyanya datar.
"Itu bu—,"
"POKOKNYA MOMMY NGGAK MAU TAHU!! KAMU HARUS TEMUIN CUCU MOMMY. KALO SAMPE TIGA HARI KAMU NGGAK NEMUIN, MOMMY POTONG BUWUNG KAMU!!!" teriak Raisa.
Brak!
Nyonya Raisa ini namanya kalem banget, tapi kok ternyata suka teriak-teriak. Nggak takut darah tinggi Tan?
Sepeninggal Nyonya Raisa dari sini, hanya ada keheningan yang melanda Stella dan Leon.
Leon yang tengah berfikir bagaimana menemukan putranya itu, jika tidak, buwungnya pasti habis dipotong. Pikirannya ngilu sembar memegang buwung nya. "Ntar gue nggak bisa punya anak banyak dong." gumamnya aneh.
Stella yang memang mengamati Leon sedari tadi dibuat kesal, mengelus dadanya sendiri mencoba sabar. Lalu tanpa aba-aba melempar selembar handuk tepat di muka Leon.
Memang, Stella ini ciri-ciri orang tam takut sama atasan. Kayaknya atasan yang takut sama dia.
"Iya sayang iya. Ini Mas mau mandi!" kata Leon nge-gas.
Stella dibuat cengo sendiri. Mas? Sayang? Apaan tuh? Bahasa dari mana? Begitu pikirnya.
"Dah gila kali ya," ujar Stella dan berlalu pergi dari sana tanpa mau susah memikirkan kalimat aneh dari mulut Bos nya tadi.
Padahal, Leon lagi ngode Stella. Salah satu impian Leon adalah hidup bahagia sama istri tercinta—Stella—dan punya anak empat biar rame. Tapi dasarnya Stella saja yang batu tidak paham yang namanya kode-kodean.
"Sekretaris perusahaan gede kok dikode bego banget. Apa gue yang kurang gentle?"
"Ah mbuh mumet!"
♣️
"Assalamu'alaikum?" ucap seseorang yang baru masuk ke ruangan Stella.
Jadi, ruangan Stella itu didepan ruangan milik Bos Besar. Antara ruangan Stella dan Bos Besar di batas dengan jendela kaca. Dan untuk ruangan Stella juga berlapis kaca, tapi tidak tembus pandang.
"Waalaikumsalam. Masuk!" jawab Stella.
Barulah masuk seseorang tadi dengan pakaian kemeja yang masih rapi, namun jas nya sudah ditenteng dan lengannya digulung sampe siku. Sumpah sih ini, ganteng banget!
Mau tau dia siapa?
Perkenalkan, dia Brian Erondra. Manager di perusahaan ini, orangnya masih muda, badannya tegap, dan kulitnya putih agak hitam, serta rambutnya yang hitam legam.
"Eh, Pak Brian. Ada apa Pak?"
Saat ditanya seperti itu, Brian terlihat salah tingkah. Seperti ABG cewek muda aja malu-malu badak.
"Em ... anu ... itu ...," katanya ragu dan malu.
Stella terkekeh, dalam batinnya berucap, kenapa dia kalo ketemu gue pas malu-malu koceng. Gemesin sih, tapi lebih ngemesin Leon waktu tidur. "Ada apa kesini?" tanya Stella mengulang.
"Anu ... mau ngajakin Stell makan malam diluar, sekalian pulang. Stell mau?" ajaknya dengan muka memelas.
Jangan tanya kenapa dia memanggil Stella dengan seperti itu. Karena aslinya Stella lebih tua dari pada Brian.
Brian berumur 19 tahun. Dulu dia cuma anak magang, tapi kinerjanya bagus. Dan langsung dijadiin karyawan tetap, bahkan langsung manager karena kebetulan manager sebelumnya udah resign.
Emang, rezeki nggak akan kemana."Hm, gimana ya?" Stella berpikir sembari menatap mejanya. Banyak berkas yang berserakan, tentunya belum selesai pekerjaannya.
"Gimana Kak?" tanya Brian.
"Tugas aku belum selesai nih, masih banyak. Gimana dong?"
Brian mengangguk, "Yaudah deh, Brian bantuin."
Lalu mereka berdua sibuk bekerja kembali, sesekali mereka bercanda dan tertawa bersama tanpa tahu bahsa seseorang sedari tadi memperhatikannya.
Dia Leon, duduk menggigit remot pintu karena saking gemasnya dan nggak mau Manager itu sampe jadian sama miliknya. Ya, Stella adalah miliknya. Akan terus begitu dan tidak boleh ada yang menganggu gugat.
"Bodoamat. Besok gue lamaran bawa emas segunung! sungutnya kesal
Tbc.
Nggak tau mau gimana lagi. Percaya nggak percaya, aku nulis duduk, terus mata ngantuk berat banget sampe ketiduran bentaran.
Kalo kalian nggak voment, awas aja hmmm😢aku ngmbek.
20/02/21
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Random"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...