Pukul empat pagi Stella terbangun karena mendengar dering telepon yang sedari tadi tak bisa diam.
Sembari menghela nafas berat, Stella mencoba meraih ponselnya tanpa menimbulkan gerakan berlebih. Leon masih tertidur di pelukannya, dan jika Stella gerak sedikit saja Leon akan terbangun dan terus merengek.
Dan jangan lupakan juga jika Stella baru tidur satu setengah jam, dikarenakan Leon yang terus merengek ini itu semalam.
"Iya, hallo?"
"Stella, kamu dimana? Ini Lian nangis terus nyariin kamu!"
Stella membelalakkan matanya, "Gimana bisa Mom?" tanyanya panik sampai lupa jika Leon tertidur di pelukannya.
Leon sedikit menggeliat dan merengek karena terganggu, namun kembali pulas karena Stella mengusap kepalanya.
"Kamu lupa semalem janji sama dia? Dia semalem juga nangis, tapi kecapekan akhirnya tidur. Eh ini dia kebangun pagi nyariin kamu. Ini kamu kemana sih?" Raisa mengomel diseberang sana, sedangkan Stella sayup-sayup mendengar tangisan putra kecilnya yang terus memanggilnya. Stella tak tega, tapi Leon juga sedang sakit.
"Maaf Mom, aku semalem emang rencana pulang. Tapi Leon nya sakit, dia mual dan aku nggak tega. Apalagi di jalan macet, jadinya aku mutusin buat tidur di rumahku dulu yang deket." Stella menjelaskan sambil menatap wajah Leon yang tampak damai di tidurnya.
Terdengar helaan nafas dari seberang, "Mommy nggak nyalahin kamu, kamu juga lagi ngurus Leon sakit. Mommy cuma mau bilang kalo Lian nyariin kamu. Sebaiknya kamu pulang, bawa Leon sekalian. Mommy kasian liat Lian nangis kejer gitu."
Stella tersenyum samar, "Iya Mom, aku pulang pagi ini sama Leon. Tolong sampaikan pada Lian, jika aku menyayangi nya dan sebentar lagi pulang."
"Iya sayang, hati-hati ya."
"Iya Mom, terimakasih."
Panggilan terputus, Stella langsung mengelus pipi Leon. "Mas," panggilnya pelan.
Sebenarnya tidak tega juga, tapi kasian Lian.Leon masih tertidur, dan Stella semakin tidak enak untuk membangunkannya.
"Mas, bangun." bisik Stella lembut.Pria itu menggeliat, dan menggerang pelan. Lalu mendusel mencari kenyamanannya. "Ngantuk yang," lirihnya.
"Pulang yuk, Lian nangis nyariin aku."
Leon berdecak kesal, "Aku ngantuk!"
"Tapi anak kamu nyariin aku," jawab Stella sabar.
Leon menghela nafas gusar, dia membuka matanya dan terlihatlah matanya yang merah. "Bisa nggak sih? Jangan dulu mikirin Lian. Kamu liat gak? Aku lagi sakit!" rajuknya.
Stella mengecup kening Leon lama, dan mengelus punggungnya menenangkan. "Kita pulang ya? Lian masih kecil, aku juga sayang sama dia. Kasian dia nangis terus, Mas." bujuk Stella.
Leon segera bangkit dengan wajah kesalnya, bahkan dia langsung nyelonong ke bawah tanpa mencuci muka ataupun menggosok giginya.
Stella yang masih sadar diri kalo dirinya jelek sehabis bangun tidurpun memilih mencuci wajah dan menggosok giginya, barulah setelah itu dia menyusul Leon yang sudah duduk manis didalam mobil.Bedanya, Leon duduk di depan, sebelah kemudi. Sedangkan Stella yang tahu bahwa Leon masih kesal pun membiarkannya.
Mobil berjalan meninggalkan rumah Stella, tadi juga Stella sempat pamit pada Mbok Jul.
**
Stella berlari menghampiri Lian yang masih menangis di gendongan Dikta. Sesampainya di depan bocah itu, Stella langsung membawa Lian ke kamarnya untuk di tenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Casuale"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...