Dua bulan berlalu, selama dua bulan itu, Leon kembali menunggu. Walaupun seminggu sekali Stella rutin menanyakan kabarnya dan memberi kabar, tapi wanita itu sama sekali tidak mau memberikan lokasinya saat ini.
Bahkan Leon sudah menyuruh orang mencari lokasi Stella lewat nomor ponselnya, tapi tidak ada hasil. Entah karena orang suruhannya yang tak mampu atau ada yang melindungi Stella?
Selama empat bulan ini tanpa Stella dan Lian, Raisa dan Dikta masih berada di rumah Leon untuk menemaninya. Ya yang pasti membuatkan dan mengingatkan Leon untuk makan.
Tok tok tok
Pintu ruangan Leon di ketuk."Masuk!" Suara Leon yang tegas membuat ketukan itu berhenti dan pintu terbuka.
Munculnya Adi, sekertaris baru dari Leon yang sudah dua bulan ini bekerja dengannya. Dengan tanpa adanya Stella, pekerjaan Leon pun keteteran. Sementara Fana, dia masih magang, tapi jika bekerja sendiri, anak itu belum terlalu mahir.
"Permisi Tuan, maaf menganggu waktunya, saya membawa beberapa laporan yang harus Tuan cek dan tanda tangani," ujar Adi dengan sopan.
Leon mengangguk, "Taruh disitu," jawab Leon yang langsung di laksanakan okeh Adi.
"Apa Tuan masih ada yang dibutuhkan?"
"Tidak."
"Baik Tuan, izin kembali ke tempat."
Leon hanya berdehem sebagai jawaban akhir. Tangannya sibuk bergerak lincah diatas papan keyboard.
Menyudahinya, Leon meraih beberapa berkas yang dibawa oleh Adi tadi. Ia mulai membaca, memahami, dan sesekali menggerakkan pena di tangannya diatas laporan itu.
Tak terasa hari sudah mulai malam, Leon menata mejanya dan melangkah menuju pintu untuk pulang ke rumah. Tubuhnya sudah sangat lelah.
Di perjalanan, ia melajukan mobilnya dengan pelan, menikmati perjalannya sembari memikirkan istrinya. Dia sangat rindu.
"Elaa," lirihnya.
Kemudian ia menghela nafas panjang, entah sudah berapa kali dalam hari ini ia menghela nafas panjang. Tubuh lelah dan rasa rindu membuatnya sedikit kesal.
Leon memarkirkan mobilnya di garasi rumah mewahnya. Ia turun dari mobil dengan menenteng jas dan tas kerjanya. Tampilannya sangat berantakan. Ia bahkan melewati orang tuanya yang sedang menikmati waktu berdua di ruang keluarga sambil menonton televisi.
"Udah makan, nak?" tanya Raisa.
"Belum," singkat Leon dan berlalu.
Belum sampai menginjakkan kaki di tangga, bunyi bel rumah terdengar nyaring. Leon berhenti sekejap, "Mom, ada tamu," katanya.
"Bukain dong, Mommy capek," kata Raisa.
Leon menghela nafas panjang, "Leon juga capek Mom, Daddy aja."
Dikta mendelik ke arah Leon, "Enak aja! Sana cepetan bukain!"
Leon membalas dengan lirikan kesal, ia menarik jas dan tas kerjanya begitu saja di lantai, dan kembali ke pintu utama.
Sedikit kesal juga karena tamunya tidak sabaran, memencet bel dengan terus-menerus.
"IYA!" teriaknya. Lalu pintunya ia buka.
Sedetik kemudian ia mematung. Menatap lurus ke arah tamu yang membuatnya kesal itu.
"E-Ela...?" lirihnya.
Bruk!
"HUAAAAAAA SAYANGG! KAMU KEMANA AJAAAA HIKS HUAAAAAAAA!"
"Aw-ashh aduh-duh-duh, pelan-pelan dong, kasian anaknya kegencet."
Dengan tiba-tiba Leon memeluk tamu itu dengan sangat erat disertai tangannya yang menurut Dikta sangat lebay.
Hm ya, tamu itu adalah Stella, yang berdiri di depan pintu dengan senyum tipis, juga koper di tangannya.
"Kenapa baru balik hiks ... hiks?"
"Kenapa yang?"
"Kenapa lamaaa?"
"Kamu kemana aja?"
"Enggak kangen aku?"
"Kamu tega!"
Dan segala racauan lainnya. Leon menangis di lekukan leher Stella. Sementara wanita itu mengelus punggung suaminya dengan pelan.
"Maaf, hehe," kekeh Stella.
"Udah yuk, masuk, di luar dingin," ajak Stella. Leon masih diam di tempat.
Lian? Anak itu, setelah pintu dibuka langsung nyelonong masuk dan menemui Raisa juga Dikta. Membiarkan Daddy nya temu kangen dengan Mommy nya.
"Iy ... hiks ... iyaa,"
Stella berjalan lebih dulu sembari menggeret koper. Tangannya yang sebelah menyangga perutnya yang terlihat buncit.
Leon menutup pintu, dan berjalan pelan di belakang Stella dengan langkah pelan. Ia menatap lekat punggung istrinya itu.
Istrinya nampak berbeda."SAYANG!" teriak Raisa heboh. Ia berdiri dan memeluk menantu kesayangannya itu.
Sementara Leon kembali mematung karena terkejut melihat perut Stella yang buncit seperti wanita ... hamil?
"ELAA! KAMU KOK BISA HAMIL HUAAAAAAAA!" teriakan Leon sungguh memekakkan telinga di ruangan itu.
Pria yang sudah berbuntut satu itu dengan tak tahu malunya duduk menangis dan meraung di atas lantai dingin.
Dikta dan Lian menganga melihat tingkah Leon, sedangkan Raisa menatap malas anak satu-satunya itu.
"ITU ANAK HIKS ANAK SIAPA?!"
"KAMU SELINGKUH SAMA SIAPA?!"
"HUAAAA! ELAA JAHATT!"
"SAYANGGGGGGG! HIKS!"
Stella langsung mendekati suaminya dan menarik lengannya untuk berdiri.
"Hey, bangun! Jangan di lantai, kotor! Jangan kayak anak kecil," tegur Stella pelan. Tapi Leon malah semakin menangis kejer.
"Hey, bangun, sayang!"
Leon benar-benar tidak mendengarkan perkataan Stella. Ia menepis pelan tangan Stella dan berdiri, kemudian berlari ke atas menuju kamarnya.
Brak!
Itu suara dari pintu yang ditutup dengan kencang oleh Leon.
Dikta beringsut mendekati istrinya, "By, anak kamu ... benar-benar luar biasa," katanya yang masih menganga menatap kepergian Leon.
"Daddy crazy," ujar Lian.
Stella menggeleng pelan melihat tingkah suaminya itu.
"Daddy, Mommy, Stella ke kamar dulu ya, bujukin bayi gede. Stella minta tolong untuk mandiin Lian sama temenin Lian ya, hehe," Stella nyengir.
"Iya sayang, gih sana, bujukin tuh laki bayi. Udah tua, punya anak mau dua, masih aja kayak bayi." Raisa julid.
Stella menyuruh Lian untuk mendekat, "Sayang, sama Oma dan Opa dulu ya. Mommy mau mandi," ucapnya.
"Ocay Mommy!"
Stella mengusap puncuk kepala putranya dan tersenyum pada kedua mertuanya.
Saat menaiki tangga, Stella berhenti sebentar, menarik nafas dan menghembuskan dengan pelan.
"Fighting!"
Tbc.
Heyyoooo what's up gaisss!
Aku datanggg~
Ingatkan aku untuk up di hari Sabtu, jadi malam Minggu hehe.
Tolong vote komen nya yaww!
Luvv you💞💞💞
[10/03/22]
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Diversos"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...