Chapter 41

50.2K 4.9K 222
                                    

Kini, mereka baru saja turun dari jet, dan sedang berjalan menuju tempat penjemputan. Dimana sudah ada dua mobil yang akan mengantar mereka sampai hotel.

"Daddy sama Mommy, semobil sama Brian dan Bian ya? Biar Stella, Leon, sama Lian satu mobil." Raisa berucap sambil menatap keluarganya itu.

Stella menoleh kecil, "Maaf Mom. Kalo Bian sama aku bisa nggak?" tanya Stella. Di gendongannya sudah ada Bian yang tertidur pulas. Stella tak tega untuk membangunkannya, atau menyerahkannya pada Brian.

Raisa mengangguk, "Bisa kok. Biar Brian sama kita aja," ujar nya. Tangan Raisa mengelus kepala Brian dan memeluknya dari samping.

Brian memang sudah dianggap sebagai anak oleh Dikta dan Raisa, begitu juga dengan Bian. Sejujurnya, Dikta dan Raisa juga berniat untuk mengangkat Brian menjadi anaknya, namun Brian sendiri belum memberikan jawabannya.

"Kalo begitu, kita duluan ya!" Raisa melambaikan tangan pada calon menantu dan anaknya, yang dibalas dengan senyum tipis.

Memang, hari sudah mulai malam. Sekarang adalah pukul setengah tujuh, dimana langit sudah mulai sedikit gelap.

Stella menatap wajah Leon, terlihat lelah, apalagi pria itu tengah menggendong Lian yang juga tertidur pulas.

"Ayo Mas, kita ke hotel. Biar kamu bisa cepet istirahat."

Leon mengangguk dan mengikuti langkah Stella menuju mobil yang sudah terparkir bersama sang sopir.

"Jalan Pak!"

Mobil mulai berjalan, meninggalkan bandara internasional Yogyakarta. Maaf, lupa namanya yang baru itu(.

Baru saja mobil berjalan, Leon sudah meletakkan kepalanya di bahu Stella. Kemudian mulai memejamkan matanya.
Stella yang melihat itu hanya menghela nafas panjang, mereka sama capeknya, sama juga sedang memangku anak mereka, malah Leon juga menyandar padanya.

Stella mengangkat sebelah tangannya, lalu ia lingkarkan di bahu Leon. Setelahnya ia mengelus kepala Leon sayang, "Tidur aja gapapa. Nanti aku bangunin kalo udah nyampe." ucap Stella diakhiri dengan kecupan di keningnya.

Setelahnya hening, hanya dengkuran halus yang terdengar di dalam mobil itu.
Setengah jam kemudian, mereka sudah masuk hampir sampai, tinggal beberapa meter saja.

"Njenengan asli Jogja, Mbak?" tanya sopir itu.

[Njenengan = Kamu]

"Inggih Pak, Ayah asli mriki."

[Inggih = Iya]
[Mriki = Sini]

Sopir itu mengangguk. "Kalo saya asli Bogor, cuma udah lama disini jadi keseringan pake bahasa Jawa."

Tau gitu dari tadi kek pake bahasa Indonesia, batin Stella.

"Oh begitu, disini sama keluarga ya Pak?"

"Iya, saya punya usaha di sini. Ya lumayan lah." Sopir itu bercerita.

Stella sedikit mengangguk, "Kalau punya usaha kenapa harus jadi sopir?"

"Iya, usaha saya itu penyedia driver dan rental mobil gitu." jawab Sopir itu.

"Wah! Rame kayaknya buka usaha kayak gitu disini. Udah punya anak Pak?" tanya Stella.

"Udah, ada juga yang udah kerja. Di perusahaan cabang, Alhamdulillah jadi manager di perusahaan Zaleo's Group."

Stella tersedak air liurnya sendiri, itu adalah perusahaan tempat dirinya bekerja. Dan bosnya adalah Leon, calon suaminya. Bolehkah Stella berbangga hati sedikit?

SOMETHING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang