Stella pulang ke mansion milik keluarga Zaleo, karena tadi sempat di beritahu oleh Mommy Raisa untuk datang kesana. Lian mencari katanya.
Alhasil Stella pulang tepat saat waktu isya datang. Tanpa berpamitan pada Leon pun, dia langsung pergi. Pulang dengan taksi yang selalu ada di depan perusahaan.
"MOMMYYYYY!!!" Lian berteriak dengan hebohnya disana sembari berdiri diatas sofa dan meloncat-loncat. Lian bersama dengan Dikta dan Raisa telah menunggu Stella di ruang keluarga.
"Awas, nanti jatuh," peringat Stella sambil berjalan mendekat. Menyalimi Dikta dan Raisa lalu duduk disebelah Lian, kemudian membawa Lian ke pangkuannya.
Anak kecil itu yang sudah mengenakan piyama tidur langsung mengalungkan tangannya di leher Stella, dan tak lupa memberikan kecupan di kedua pipi milik perempuan itu.
"Kangen Mommy," ujarnya. Dia mengusakkan pipi-nya di pipi milik Stella.
"Kangen Lian jugaaa," balas Stella riang, memberi kecupan di pelipis dan kedua pipi putra kecilnya.
Dikta dan Raisa yang melihat itu tersenyum, senyum misterius.
"Stella, dimana Leon?" tanya Dikta yang tak melihat keberadaan putranya.
"Masih dikantor Dad, Ela juga nggak tau lagi ngapain. Abisnya tadi dia ngambek, terus sekarang aku tinggal." Stella cengengesan.
Dikta menggeleng heran, sedangkan Raisa terkekeh. "Ngambekan ya kalo sama kamu, Nak!"
Stella mengangguk, "Dari dulu Mom."
"Mommy! Lian mau Mommy tidul sama Lian!" Stella langsung mengangguk mengiyakan.
"Udah makan kan?"
"Udah!"
"Gosok gigi?"
"Udah!"
"Cuci tangan sama kaki?"
"Udah!"
"Wudhu?"
"Udah Mommyyyyy!"
"Sholat isya?"
"Ish! Udahh Mommyyyyyy!" Lian menggembungkan kedua pipinya karena kesal, bibirnya pun mengerucut sebal.
Stella, Dikta, dan Raisa terkekeh. Melihat Lian kesal membuat mereka senang, karena wajah Lian yang menggemaskan.
"Iya sayang, ayo kita tidurr!!!"
Stella menggendong Lian, dan berjalan sedikit berlari.
"Say good night to grandpa and grandma together!"
"Good night Opa, Oma!!!" teriak mereka berdua bersamaan dari atas tangga.
"Good night too, dears!!!"
•••
Sayup-sayup Stella mendengar suara mobil diluar sana. Perlahan Stella membuka mata dan bangkit dari tidurnya. Dia mengucek matanya pelan, dan mengalihkan pandangannya ke sebelahnya. Putra kecilnya masih tidur dengan nyenyak sembari memeluk guling. Lalu menatap jam di atas nakas.
Menunjukkan pukul tiga pagi, dan Stella pun bergegas untuk turun ke bawah. Namun, entah kenapa Stella langsung mengira jika itu Leon. Tapi ... kenapa Leon pulang di pagi buta seperti ini?
Baru mau menuruni tangga, Stella sudah melihat Leon berjalan dengan gontai di tangga pertama dari bawah sana.
"Leon," panggil Stella pelan.
Karena memang suasana tengah sunyi dan diam, atau telinga Leon yang terlalu peka. Pria itu mendongak menatap Stella dengan wajah sayunya.
"Astagfirullah," gumam Stella pelan.
Dia langsung bergegas menuruni tangga, sampai tepat di samping Leon. "Kamu gapapa, Mas?" tanya Stella.
Tapi Leon masih tetap terdiam. Stella pun langsung menuntun Leon untuk menaiki tangga dan menuju kamarnya.
Sampai di kamar Stella membantu Leon melepaskan jas, kemeja, dan sepatunya. Lalu tanpa sepatah kata apapun, Leon berjalan ke kamar mandi.
"Masih ngambek kali ya," lirih Stella pada dirinya sendiri. Perempuan itu mengangkat bahunya acuh, lalu memilih untuk menyiapkan pakaian Leon.
Sepuluh menit kemudian, Stella kembali memasuki kamar Leon dengan membawa semangkuk mie telur yang baru saja ia masak. Dia mendapati Leon tengah duduk bersandar di kepala ranjang dengan mata sayunya.
"Aku bikin mie, kamu mau Mas?" tanya Stella sembari duduk di sebelah Leon.
Gelengan pelan Stella dapatkan, "Kenapa baru pulang sih?" tanyanya.
"Gapapa," jawabnya singkat.
Stella menyentuh tengkuk dan leher Leon, kemudian menyentuh dahi Leon. Memang masih panas.
"Mas, pusing nggak?" tanya Stella khawatir.
"Sedikit."
"Mual nggak?"
"Sedikit."
Stella menghembuskan nafas panjang, "Jangan ngambek lagi dong."
"Enggak."
Stella malah terkekeh, "Kayak anak kecil tau nggak. Udah ah, jangan ngambek gitu."
"Hm."
Perempuan itu beranjak untuk duduk di sofa pojok sana, lalu menghabiskan semangkuk mie telur itu dengan cepat.
"Enak banget loh Mas, kamu beneran nggak mau minta?" tanya Stella."Enggak."
"Yaudah deh," balas Stella.
Setelah mie telur itu habis, Stella mencuci mulutnya dan tangannya. Lalu duduk di sebelah Leon kembali, di tempat yang masih kosong.
"Yuk tidur, mata kamu tuh, ngantuk banget."
Leon menurut, memperhatikan Stella yang tengah menata bantal dan guling. Lalu Leon merebahkan tubuhnya.
Cup!
Stella mengecup kening Leon, "Tidur yaa?"
Dia mengelus pelan kening milik pria itu. Matanya tak lepas dari wajah pria itu juga.
"Aku sayang banget sama kamu ... Mas."
Tapi Leon sudah tidur, jadi Leon tak mendengar ungkapan dari Stella itu.Memang, panggilan Stella berubah menjadi "Mas" karena kemauan pria itu.
Stella sudah menolak, namun kuasa dari pria itu tidak bisa dikalahkan. Alhasil Stella menurutinya.Namun, sampai sekarang Stella menikmatinya dengan terus memanggil pria itu "Mas" dan tentunya hal itu membuat Leon senang.
Tbc.
Aku mohon tolong, kalo semisal kalian nggak suka sama part/cerita ini, tolong komen dan kasih tau kekurangannya, biar aku tau alasan kalian nggak vote itu karena apa.
498 vote ✓
111 komen ✓
Seperti biasa, untuk vote melebihi itu, dan untuk komen tidak diharuskan.Kalian tau kenapa aku pasang target? Supaya kalian mau menghargai cerita orang. Karena kebanyakan dari kalian selalu menikmati tanpa mau membayar.
Dan untuk yang selalu vote dan komen, Sarangheoo 💕💕 aku cinta kalian!
Terimakasih untuk 126k nyaa🤗
Walaupun vote nya beda jauh, setidaknya masih ada yang suka dengan cerita ini, gomawo hyung!🤗17/04/21.
#maafsedikit
#maafjelek
#semogalancaruntukyangberpuasa
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Random"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...