Siang menjelang sore, kediaman Pakde Karto sangat ramai. Saudara-saudara Stella datang semua untuk menyaksikan lamaran itu.
Acara akan dilaksanakan pukul setengah empat setelah salat ashar. Kenapa acara pada sore hari? Karena suasana nya lebih sejuk dan tenang.
Pagi menjelang siang tadi, Lian datang bersama Bian. Alasannya karena kangen Stella, jadinya diantarkan lebih awal oleh supir.
Dua anak Stella itu pun langsung berkenalan dengan anak-anak saudara Stella yang lainnya, dan mereka langsung akrab lalu bermain bersama.
"Nduk, kok durung siap-siap to." Bulek Sana duduk disebelah Stella bersama Budhe Yanti.
[Nak, kok belum siap-siap sih]
"Masih siang kok Bulek," jawab Stella. Ia meletakkan ponselnya diatas meja. Baru saja ia bertukar pesan dengan Mommy yang menanyakan tentang Lian dan Bian nakal atau tidak.
"Masih siang gimana, wong ini udah jam setengah tiga. Kamu kan butuh waktu buat dandan." Budhe berujar. Beliau menatap keponakannya dengan lembut.
"Nanti aja Budhe, Stella masih mau bersantai."
"Santai terus, kamu kan butuh waktu buat dandan, Dek." Mas Rasqi datang dan langsung duduk diantara Stella dan Budhe. Laki-laki itu datang diikuti dengan Lian yang berjalan bergandengan bersama Genta.
"Tuh, diikutin ponakannya!" Stella mengalihkan pembicaraan.
Semua keluarga Stella menerima Lian dengan senang hati. Selain Lian anaknya lucu, bagi mereka kebahagian Stella lebih penting.
"Yeee," Mas Rasqi menarik hidung Stella kencang.
"Nakal banget sih tangannya," ketus Stella.
Mas Rasqi cengengesan. Lalu senyum lebar ia tunjukkan pada Budhe, alias Ibunya. "Umi! Rasqi kapan dinikahin kayak Adek!" ujarnya.
Bulek Sana dan Stella kompak menatap Mas Rasqi dengan tajam. Budhe juga sudah siap mengangkat tangannya untuk menggeplak salah satu bagian tubuh Rasqi. "Jangan aneh-aneh kamu, Ras!" seru Budhe.
Mas Rasqi menatap wajah ibunya dengan memohon, "Rasqi pengen nikah Mi! Masa Mas kalah sama Adek?!"
Plak!
Budhe menabok lengan Rasqi dengan kencang, sampai laki-laki itu meringis ngilu.
Bian dan Lian tertawa bersama menistakan Mas Rasqi. Stella malah ikut mencubit lengan Mas Rasqi. "Masih kecil aja sok-sokan. Inget ya Mas, kamu itu dipanggil Mas karena anaknya Pakde sama Budhe. Kalo enggak juga mana mau Stella panggil Mas!" omel Stella."Tapi Mommy seling panggil Daddy pake 'Mas'!" teriak Lian yang mengundang tatapan semua keluarga Stella yang tersebar.
Stella nyengir, sangat malu.
Dia menarik Lian agar duduk dipangkuannya, lalu membisikkan sesuatu. "Jangan teriak-teriak kalo bahas Daddy, sayang."
Lian cengengesan dan tertawa girang, membuat siapa saja akan ikut tertawa melihat tingkahnya.▪️♣️▪️
"Mom! Si duda itu kemana sih?" tanya Dikta jengkel.Pasalnya sedari tadi orang yang dicari Dikta tidak juga kelihatan. Entah bersembunyi dimana, padahal ini adalah hari spesialnya. Benar-benar menjengkelkan!
"Nggak tau Opa, coba tanya bodyguard atau siapa gitu," sahut Raisa sembari menata riasan diwajahnya.
Mendengar jawaban itu membuat Dikta semakin ditambah jengkel sekaligus kesal. Dia bertanya dengan panggilan 'Mom' malah dijawab dengan 'Opa'. Padahal kalo dipikir-pikir walaupun udah jadi Opa-Opa, ia tetap tampan dan berwibawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Random"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...