Chapter 39

50.4K 5.2K 139
                                    

Masih dengan pakaian kantornya, Leon dan Stella menghadiri acara resepsi pernikahan temannya. Tanpa pulang ataupun berganti pakaian dulu, karena Stella sedikit malas. Jika sudah dirumah ia akan malas sekali untuk keluar.

Mereka berdua berjalan dengan tangan saling menggenggam satu sama lain dengan erat. Bahkan mereka menulikan pendengaran dari bisik-bisik tak jelas di ruangan megah ini.

Tanpa kemana-mana pula, Leon dan Stella langsung menemui teman Leon yang berdiri dengan gagahnya diatas panggung yang sudah di dekor dengan indah  bersama istri sahnya.

Leon memeluknya ala laki-laki, "Selamat bro. Akhirnya lepas juga status lajang lo, gue doain yang terbaik buat kalian berdua."

"Hahaha, yoi bro. Makasih ya udah nyempetin dateng, padahal gue tau lo sibuk banget." Vian menepuk lengan Leon pelan.

"Gak masalah, buat lo kan sekali seumur hidup nih." Leon terkekeh pelan.

Sedangkan Stella tengah menyalimi pengantin wanitanya, "Selamat ya, semoga sakinah mawadah warahmah dan cepet dikasih momongan."

Pengantin wanita yang bernama Wina itu tertawa kecil, "Aamiin, doakan saja ya semoga cepet dikasih momongan. Kamu juga cepet nyusul ya."

Stella tertawa, "Pasti!"

"Eh halo! Selamat ya, semoga cepet diberi momongan." Stella menyalami Vian, dan Leon yang menyalimi Wina.

"Iya makasih ya. Lo calonnya Leon ya?" tanya Vian.

"Bukan, saya sekretaris nya."

"Waw! Gua kira lo calonnya. Kasian tuh si Leon, kelamaan tidur sendiri. Apalagi selalu sendiri nggak ada yang melayani," sindir Vian pada Leon yang tengah menatapnya dengan tajam.

Mereka bertiga tertawa puas, sedangkan Leon merubah wajahnya menjadi datar. "Kalo gitu kami pamit dulu ya, kapan-kapan kita ketemu lagi!" ujar Stella sembari melangkah pergi bersama Leon.

"Siap!"

Leon dan Stella berjalan menjauh dari panggung pengantin, mereka berkeliling dan sesekali menyapa jika bertemu orang yang dikenalnya.

"Kamu mau makan nggak, Mas?" tanya Stella saat mereka duduk di salah satu kursi yang sudah disediakan.
Leon menggeleng pelan, "Pengen makan soto."

"Tapi disini kayaknya nggak ada soto, apa mau pulang terus kita cari makan di luar?"

"Iya yang." Leon pasrah ketika ia ditarik oleh Stella keluar dari gedung ini. Mereka berdiri di samping mobil yang ditumpanginya kesini tadi.

"Aku aja yang nyetir Mas. Kamu capek nggak?" Stella mengelus bahu Leon pelan.

"Iya, aku capek sama sedikit ngantuk aja." Leon langsung masuk ke dalam mobil begitu pintu mobil dibukakan oleh Stella.
Gadis itu berjalan memutari mobil dan masuk ke kursi pengemudi dan mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan rendah. "Jadi makan soto nya?" tanya Stella.

Leon mengangguk kecil, punggung dan kepalanya ia sandarkan di sandaran kursi. Ia memejamkan matanya, berharap bisa mengusir sedikit rasa capeknya.

Dan Leon kembali membuka matanya saat ia merasa kepalanya di usap dengan pelan. Ia menoleh pada Stella yang juga tengah menatapnya. "Kamu tidur dulu nggak papa, sedikit macet soalnya. Makan sotonya di deket apart aja ya? Atau mau di deket mansion?" tanya Stella.

Ah, tentang Lian. Anak itu akan bersama Opa dan Oma nya ketika Stella dan Leon sama-sama bekerja. Lagipun, Lian adalah anak yang penurut, jadi tidak banyak menuntut.

"Deket apart aja, aku mau tidur di apart." Leon menjawab.

Stella terus mengusap kepala Leon, "Yaudah, tidur ya Mas."

Pria itu memejamkan matanya, mencoba untuk tertidur dengan usapan lembut di kepalanya. Sampai akhirnya nafasnya teratur, pertanda bahwa Leon sudah tertidur.

•••

"Mas, bangun Mas!" Stella menepuk-nepuk pelan pipi Leon untuk membangunkannya.

Leon langsung terbangun dengan terkejut, "Hah?" tanyanya.

"Ini warung jual soto deket apart. Mau makan, jadi nggak?"

Leon bernafas lega, dan kembali menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
Pria itu mengangguk pelan, dan Stella dengan setia mengusap pipinya.

"Nih minum dulu, mau makan di mobil apa turun?" tanya Stella.

Leon menatap warung itu, terlihat ramai oleh pengunjung lain. Mungkin dikarenakan cuaca sedang dingin, jadi orang berlomba-lomba untuk memakan yang hangat?

"Disini aja yang," lirihnya.

"Yaudah, kalo gitu aku turun ya pesenin dulu. Kamu disini apa ikut?"

"Mau disini aja yang," ujar Leon. Tangannya meraih salah satu lengan Stella, dan dipeluknya. Stella tertawa kecil, "Manja nggak tau tempat." ledeknya.
Sebelum memesan soto, Stella menyempatkan untuk mengecup kening Leon terlebih dahulu. Membuat pria itu tersenyum manis dan merasa begitu disayangi.

Beberapa menit kemudian, Stella kembali dengan semangkuk soto. Ia membuka pintu mobil dan duduk di tempatnya tadi.

"Nih Mas, dimakan. Mumpung masih anget," ucap Stella menyerahkan semangkuk soto.

"Kok cuma satu? Kamu enggak?"

"Enggak Mas, masih kenyang. Nanti aku bikin mie gelas aja di apart."

Leon menyantap sotonya dengan lahap, selain karena lapar, cuaca dingin ini membuat Leon memakan sotonya dengan semangat sebab bisa menghangatkan tubuhnya.

Stella sendiri memainkan ponselnya, bertukar pesan dengan Raisa untuk menanyakan tentang Lian tentu saja.

Setengah jam berlalu, mereka berdua sudah sampai di apart. Terlebih dahulu seperti biasa, Stella akan singgah di apart Leon untuk menemaninya tidur.

Cup!

Stella mencium pelipis Leon yang sudah tertidur. Dia akan balik ke apart nya. "Tidur yang nyenyak, Mas."







Tbc.

Berikan tanggapan!👇

Aku mohon tolong, kalo semisal kalian nggak suka sama part ini/cerita ini, tolong komen dan kasih tau kekurangannya, biar aku tau alasan kalian nggak vote itu karena apa.

899 vote✓
101 komen ✓

Part diatas aku buat sambil senyum-senyum sendiri, hehe.

Oh iya, part depan lamaran. Tapi rahasia untuk lamaran resmi/pribadinya. Udah aku ketik kok part selanjutnya.

Menurut kalian, lamaran resmi/pribadi?

[16/5/21]

SOMETHING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang