Setelah berpamitan pada Mommy Raisa, Stella beranjak ke atas menyusul Leon.
Tanpa mengetuk pintu Stella langsung masuk, dan mendapati Leon tengah berbaring telungkup di kasur dengan pakaian yang sama seperti tadi. Bahkan sepatunya pun tidak ia lepas.Stella lebih dulu masuk ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat guna Leon mandi, biar tubuhnya terasa segar.
Selepas itu Stella melepaskan sepatu dan kaos kaki milik Leon."Mas," panggil Stella dengan tangan mengelus punggung lebar Leon.
"Mandi sana, udah aku siapin air angetnya. Biar badan kamu enakan," ujar Stella.
Merasa tak mendapat jawaban, Stella menduga jika Leon tertidur.
"Mas," panggil Stella lagi.
"Mas."
Bukannya mendapat jawaban, Leon malah langsung bangkit dan berjalan menuju kamar mandi tanpa sepatah katapun keluar dari bibirnya. Hal itu membuat Stella selain tambah bingung dengan sikap Leon yang tidak seperti biasanya.
"Apa dia marah? Marah karena apa?" tanya Stella pada dirinya sendiri.
Tak mau berlama-lama dengan pikirannya, Stella ke dapur untuk membuatkan wedang jahe untuk Leon mengingat ini sudah pukul sepuluh malam. Udara malam ini pun terasa lebih dingin dari pada malam sebelumnya.
Stella kembali ke kamar dengan segelas minuman itu, meletakkannya di atas nakas. Lalu Stella membuka tas yang dibawa Leon untuk di bongkarnya. Memisahkan yang bersih dan kotor. Jika masih bersih ia akan tetap mencucinya, tapi hanya membilasnya saja.
Saat Stella masih membereskan pakaian, Leon muncul dari kamar mandi dengan pakaian tidurnya yang berwarna hitam.
Ia langsung naik ke atas tempat tidur dan ber-gelung dibawah selimut tebalnya."Mas? Katanya dua hari kok udah sampe rumah?"
Hening.
Stella menoleh kebelakang, mendapati Leon yang sudah memejamkan matanya lelah. Gadis itu menggeleng maklum.
Selesai berkutat dengan pakaian, Stella beranjak dan duduk di ranjang sebelah Leon. Tangannya mengelus kepala Leon pelan, "Kamu kecapekan banget kayaknya Mas."
Stella terus menatap wajah Leon yang terlihat tenang di tidurnya. Tanpa di duga, Stella mengecup kening Leon dengan sayang.
"Aku nggak tau kamu kenapa Mas? Padahal baru siang tadi kamu bilang kangen banget sama aku. Tapi sekarang sampe dirumah malah cuekin aku. Aku ngira kamu kecapekan, tapi kayaknya enggak. Kalo kamu kecapekan, kamu malah nempel sama aku. Kamu marah? Marah karena apa? Aku merasa, aku nggak melakukan hal yang buat kamu marah." Stella masih terus mengelus kepala Leon.
"Kalo aku punya salah ataupun bikin kamu marah, aku minta maaf. Tapi aku bener-bener nggak tau kenapa kamu cuek banget. Dan satu lagi, buka mata kamu Mas. Aku tau kamu belum tidur."
Memang, Stella tahu jika Leon hanya pura-pura tidur saja. Sebab bola mata Leon terus bergerak dan Stella melihatnya dengan jarak dekat ini.
Karena ketahuan, Leon membuka matanya. Wajahnya berubah datar, lalu bergerak untuk memiringkan tubuhnya membelakangi Stella.
Dan Stella paham, jika Leon marah yang berujung ngambek.
Walaupun tidak tahu perbuatan apa yang membuat Leon ngambek, tapi Stella ingin rasanya tertawa karena Leon ngambek seperti anak kecil.
Stella mendekat, melingkarkan tangannya dipinggang Leon, dan satunya kembali mengelus kepala Leon. "Aku tau kamu ngambek atau marah. Maafin aku, aku nggak tau apa yang bikin kamu cuek kaya gini."
Mungkin juga karena efek kecapekan, Leon mulai memejamkan matanya. Apakah sedari tadi Stella terus berbicara, mungkin dia merasa jika Stella tengah mendongeng untuknya. Maka dari itu, kini Leon sudah tertidur.
"Selamat malam, sayang."
Sayup-sayup, Leon masih mendengar ucapan selamat malam itu yang membuat bibirnya sedikit tertarik ke atas membentuk lengkungan yang indah.
♣️▪️♣️
Stella ingin merubah posisi tidurnya, namun tidak bisa. Dan ia merasakan berat dibagian pinggangnya. Tangan Stella merabanya, ia merasakan tangan kekar yang memeluk pinggangnya.
Walaupun tahu orang itu siapa, Stella berbalik. Melihat Leon yang tertidur sembari memeluknya dari belakang.
Stella mengelus pipi Leon, "Selamat pagi, Mas!"
Stella juga mengecup kening Leon."Hm, pagi." Leon membalas dengan suara seraknya.
"Kok udah disini?"
Dengan mata yang masih tertutup, Leon menjawab. "Dari semalem."
Stella melihat jam di dinding, masih jam lima pagi.
"Kenapa semalem cuek banget, marah?" tanya Stella.
"Iya." Leon menjawab dengan jujur.
"Kenapa?"
"Kemarin, kamu pelukan di taman. Sama siapa?" Leon bertanya dengan santainya, bahkan matanya masih tertutup.
"Oh, sama Brian! Kenapa, ada masalah?"
"Ya jelas lah masalah! Kamu itu milik aku! Calon istri aku!"
"Iya, maafin aku. Aku udah anggep Brian adik aku kok," bela Stella.
Leon berdehem sebagai jawaban. Lalu memejamkan matanya untuk tidur kembali.Stella menatapnya dengan intens, wajah Leon benar-benar tenang. "Capek nggak Mas?"
"Banget," gumam Leon.
"Tidur gih," suruh Stella yang tak mendapat jawaban dari Leon, mungkin sudah tertidur.
Saat dirasa Leon sudah terlelap, Stella mencoba untuk bangkit dari tidurnya dengan perlahan. Hingga dia berhasil lepas dari kukungan Leon, barulah ia berdiri dan mulai melakukan ritual paginya seperti biasa.
Tbc.
Berikan tanggapan!👇
Aku mohon tolong, kalo semisal kalian nggak suka sama part ini/cerita ini, tolong komen dan kasih tau kekurangannya, biar aku tau alasan kalian nggak vote itu karena apa.
.... vote✓
.... komen ✓Assalamu'alaikum.
Minal aidzin wal Faidzin, mohon maaf lahir dan batin🙏.
Saya pribadi mengucapkan selamat hari raya idul Fitri💐.
Semoga kita bisa bertemu lagi di idul Fitri tahun depan💕💐☺️🙏.
Wassalamu'alaikum.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Random"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...