Setelah kejadian tadi, sekarang bocah kecil itu duduk dipangkuan Auristela dengan nyamannya. Tidak memperdulikan dua pasang mata yang menatapnya penuh tanda tanya.
"Nama orang tua kamu siapa, sayang?"
Bocah itu mendongak, menatap Auristela yang dipanggilnya dengan sebutan Mommy. Matanya mengerjap lucu dan membuat dua pasang mata yang memperhatikannya sedari tadi terkekeh gemas.
"Daddy Leon." jawabnya singkat.
Tunggu! Siapa tadi, Leon? Apa benar orang tua bocah ini adalah----?
Pasti tidak mungkin! Anak ini tidak ada kemiripan dengan atasannya yang menjengkelkan itu."Nama Mommy siapa?"
"Auristela sayang, panggil Kakak Ela, oke?"
"No! You're my Mom!"
"Baiklah baiklah."
Auristela mengkode kepada Mbok Jul untuk membuatkan susu untuk bocah ini. Dan Mbok Jul pun langsung bergerak cepat sesuai perintah anak majikannya yang sudah dianggap sebagai cucunya.
Bocah kecil yang belum diketahui betul oleh Auristela itu asik dengan dunianya sendiri. Menonton televisi yang bertemakan kartun, dengan kepala bersandar nyaman diatas dada Auristela.
Sebenarnya Auristela agak heran, bahasa bocah ini aneh. Seperti orang luar sana, tapi bahasa Indonesia nya lancar sekali.
"Kamu sudah sekolah?" Auristela menerima segelas susu yang diberikan padanya. Lalu ia minumkan pelan-pelan pada bocah dipangkuannya ini.
"Bukan kamu! Tapi Lian!"
Auristela menghela nafas panjang, "Baiklah. Lian sudah sekolah?"
"Belum. Lian balu saja sampai di Indonesia."
Salah satu alis Auristela terangkat. "Baru sampai?" beonya.
"Iya Mom! Lian tinggal di Pelancis. Dan tadi balu sampai. Tapi Lian tidak tahu, bangun-bangun sudah sama Om jahat tadi."
Gadis itu mengangguk kecil. Ia paham jika bocah kecil yang imut ini diculik. Sekarang yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya ia menemukan orang tua anak ini. Kasihan juga orang tuanya yang khawatir jika mencarinya.
"Yaudah tidak apa. Lian mau tidur? Atau makan dulu?"
"Lian lapal," jawab bocah itu.
Auristela membawa bocah menggemaskan tersebut ke meja makan. Menyuapinya dengan telaten. "Mommy tau tidak?"
"Tau apa?" tanya Auristela bingung.
"Lian belum pelnah disuapi sama Mommy. Balu kali ini, dan Lian bahagia!" ungkap Lian dengan wajah yang tadinya sendu berubah ceria.
"Memangnya Ibu Lian kemana?"
"Lion tidak tahu. Kata Daddy, Ibu Lian pergi jaauuhh dan gak bisa ketemu lagi."
Auristela menatap Lian dengan sedih. Bocah menggemaskan ini begitu polos dan lucu. Ia menjadi sedikit tak rela bila bocah ini kembali ke orang tuanya.
"Sudah, sekarang tidur. Besok Mo-mommy harus bekerja." Sedikit kaku saat mengucapkan dirinya sendiri dengan Mommy. Tapi, ia sendiri juga nyaman dengan panggilan itu.
Lian mengangguk lucu, kemudian memeluk Auristela dan mengusakkan wajahnya di dada Auristela. Gadis itu tak marah, ia hanya sedikit terkejut dan selanjutnya membelai punggung bocah itu.
♣️
Auristela melirik ruangan atasannya dengan gelisah. Raut wajah khawatir sangat kentara sekali dari wajahnya. Ia begitu mengkhawatirkan atasannya. Tidak biasanya dia hilang tanpa kabar seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Random"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...