Chapter 19

95.4K 9.2K 106
                                    

Leon yang tengah memejamkan matanya nyaman langsung membuka matanya.

"Aku belum pernah punya anak."

"Bagaimana bisa? Jelas-jelas tadi ada Ibu Raisa bilang sambil marah-marah ke kamu. Kamu harus cari anak kamu sampai ketemu, kalo enggak kamu nanti di sunat." ujar Stella.

Leon sedikit meringis ketika Stella memijat tengkuknya, "Sshh! Bukan. Aku belum punya pernah punyak anak. Bikin aja belum pernah."

"Tapi kan Ibu Raisa bilang, kalo yang hilang anak kamu Leon." kata Stella meminta kejelasan.

Leon menghela nafas, niat hati ingin merilekskan tubuh dan pikiran malah ditanya-tanya tentang masalahnya.

Stella kembali mengeramasi rambut Leon dengan lembut, sesekali memberi pijatan juga agak Bos-nya itu rileks. "Singkatnya saja, dia itu bukan anak saya tapi sudah saya anggap sebagai anak. Dan dia memang keturunan Zaleo."

Walau sedikit tak paham, Stella mengangguk. "Aku mau tanya sekali lagi."

"Tanyakan saja."

"Waktu itu pas anda manggil saya ke suatu rumah, terus didalem hancur berantakan. Terus anda nangis, terus peluk saya pas saya dateng, itu kenapa?"

"Kebanyakan terus!"

"Udah lah, jawab aja!"

"Ya itu karena aja dapet kabar kehilangan anak saya!"

Stella mengangguk seraya membulatkan mulutnya. "Terus kalo insomnia anda?"

"Karena kejadian masa lalu yang bikin saya kayak gitu."

Kembali Stella mengangguk, "Yaudah. Udah kan keramas sama mijit nya? Saya mau pulang."

"Jangan, tugas kamu masih kurang satu."

Stella menghela nafas panjang, capek kayaknya.

"Kelonin saya, insomnia nih. Kalo sama kamu kan cepet tidurnya."

Detik itu juga Stella menjatuhkan rahangnya kebawah, dia melongo mendengar jawaban Bos gilanya itu.

♣️

"Ish! Banyak gerak banget sih lo!" sungut Stella kesal. Tentu saja kesal, dia belum bisa pulang sampai malam begini.

"Kok kamu gitu." bibir Leon melengkung ke bawah.

"Biarin! Abisnya lo nggak tidur-tidur!"

"Ya siapa suruh minta peluk nggak dikasih!"

"Ngelunjak ya lo! Kan udah gue temenin juga."

"Tapi Leon mau peluk...," rengek Leon dengan mata berkaca-kaca nya lagi.

Hal itu membuat Stella mendesah pasrah. Lalu gadis itu merebahkan tubuhnya disamping Leon dan menarik Leon ke dekapannya.

Barulah, tanpa disuruh Leon sudah membalas pelukannya lebih erat. Bahkan Leon langsung menempatkan wajahnya di ceruk leher Stella. Mengendus, mencium, dan menjilat leher Stella.

Stella diam, karena jika ditegur Leon akan marah, atau lebih parahnya menangis. Sebab Leon sedang dalam mode baby.

Salah satu tangan Stella digunakan untuk mengelus kepala Leon, sedangkan satunya untuk menepuk-nepuk pelan punggung Leon.

"Udah, cepet tidur. Udah gue peluk."

Dapat dirasakan Stella kalau Leon sedikit menggeleng.

"Sssttt! Tidur ya, gue nggak akan kemana-mana."

Lima menit kemudian dengkuran halus terdengar dan nafas teratur mengenai ceruk leher Stella.

Dengan perlahan Stella melepas pelukannya pelan-pelan.

Skip.

"Aduh Mbok, maaf yaa. Tadi Stella harus ngurusin Bos Stella." sesal Stella.

Kini gadis itu duduk di ruang tamu apartemennya bersama Mbok Jul dan Lian. Bocah itu duduk dengan nyaman dipangkuan sang Ibu.

Stella sudah bersih-bersih tadi, sekarang pakaiannya adalah baju tidur berwarna hijau muda.

"Nggak papa Mbak, kan Mbak kerja." jawab Mbok Jul.

"Ya Stella nggak enak aja Mbok, udah ngerepotin Mbok buat jagain Lian. Seharusnya Mbok udah pulang dan istirahat dari tadi dirumah. Tapi malah disini sampe malem." oceh Stella. Tangannya yang nganggur ia gunakan untuk mengelus kepala putra kesayangannya.

"Kan memang sudah tugas Mbok Jul, Mbak."

"Kalo gitu malam ini Mbok tidur disini aja. Jangan pulang, udah malem juga, takut Mbok kenapa-kenapa nanti dijalan."

"Aduh Mbak! Mbok pulang aja ya? Nanti rumah siapa yang jaga kalo Mbok disini."

Stell berdecak, "Mbok disini aja! Biar rumah nanti gampang Stella telfonin satpam komplek biar jaga rumah."

Mau tak mau Mbok Jul mengangguk mengiyakan, lalu beliau pun izin untuk istirahat dikamar dan dipersilahkan oleh Stella.

"Anak Mommy kok belum tidur?" tanya Stella.

"Nungguin Mommy dali tadi ngoblol telus."

Stella nyengir, "Maaf sayang. Malam ini gak jadi nonton ya? Udah malem, besok aja nontonnya gimana?"

"Tapi Lian mau nonton sekalang Mom!"

"Besok aja sayang, janji deh, seharian besok Mom sama kamu terus. Sekarang udah malem banget, jadi Lian harus tidur."

"Janji ya seharian?" tanya Leon memastikan.

"Iya sayang."

Lian pun bertepuk tangan riang, lalu dia bangkit dari pangkuan sang Ibu.
Tanpa di duga, Lian menciumi seluruh wajah Stella, membuat gadis itu tertawa tertahan atas serangan putranya.

"Lian sayang banget sama Mommy!"

"Mommy juga sayang banget sama putra kecil Mommy ini."



Tbc.

Hehe, double nih ..
Eh enggak deng, semalem aku abis update langsung tidur soalnya hehe.

Vomentnya~

12/03/21.

#semangatinakudong

SOMETHING [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang