Pukul tiga sore, pekerjaan Stella telah selesai. Dia membereskan mejanya hang berantakan, lalu menyampirkan tas nya di pundak. Setelah itu berjalan menuju ruangan Brian untuk menjemput putra kecilnya itu.
Begitu Stella membuka pintunya, langsung disuguhkan dengan Lian yang berdiri dengan wajah semangatnya. "MOMMY!" pekiknya kencang.
Stella berjongkok dan tersenyum manis, "Apa sayang?"
"Ayo kita jalan-jalan Mommy!"
Stella membelai puncuk kepala Lian, "Udah sore. Pulang yuk, pasti capek."
"No Mom! Lian mau jalan-jalan, sama Om Blian juga!"
Stella mendongak, menatap Brian yang berdiri di belakang Lian dengan senyum manisnya. "Kamu sibuk Bri?" tanya Stella.
Pasalnya, tidak mungkin jika Stella menolak keinginan putra kesayangannya."Enggak Kak, kalo mau jalan-jalan ayo aja. Tapi aku ajak adikku ya?"
"Iya, gapapa sih. Yaudah ayo," ajak Stella menggandeng tangan Lian.
Brian mengikutinya dari belakang, menatap keduanya dengan senyum tipis dan menenangkan. Tak lupa ia mengabari suster yang menjaga adiknya untuk ketemuan di taman.
...
"ABANG!"
Teriakan dari sebelah barat membuat Stella menoleh dengan cepat. Di dapatkannya seorang bocah laki-laki yang kira-kira berusia 10 tahun datang menghampiri Stella dan Brian.
Sampai di depannya, Brian langsung memeluk pria kecil itu. "Hey, mana susternya? Kok ditinggal?" tanya Brian lembut.
Stella menatap keduanya dengan senyum manis, melihat Brian yang nampak lebih dewasa dari biasanya membuatnya bangga.
"Suster nya lama Bang, jadi aku tinggal." Pria kecil itu menampakkan gigi putih susunya dengan mata menyipit.
"Kamu ni, bandel." Brian menjawil hidung adiknya lalu berdiri.
"Kak, ini Bian. Adik aku," ujar Brian memperkenalkan.
Bian, anak itu menatap Stella dengan berbinar. "Kakak cantik! Mau nggak jadi pacar Bian?" tanya Bian dengan senyuman menggoda.
Brian terkekeh kecil melihat adiknya, tangannya mengacak pelan rambut adiknya. "Kak Stella nggak mau sama kamu, dek!"
Stella berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Bian, lalu mengecup pipi Bian pelan. "Kamu kelas berapa?" tanya Stella lembut.
"Kelas enam Kak!"
"Wow! Udah besar ya," ujar Stella sembari mengelus kepala Bian.
Bian tersenyum manis, dengan Stella dia merasa kasih sayang, pikirnya."MOMMY!"
"JANGAN AMBIL MOMMY LIAN!!!"
Tiba-tiba Lian datang dan memeluk Stella, dia merasa bahwa Bian akan merebut Mommy-nya, padahal tidak.
"Kenapa sayang? Nggak ada yang ambil Mommy kok," ucap Stella.
"Dia mau ambil Mommy!" Lian menunjuk Bian.
"Hey! Aku tidak mengambilnya!" Bian tak terima.
"Sudah-sudah, Mommy nggak diambil sama dia Lian. Kenalin, ini adiknya Om Brian, namanya Bian. Panggil dia Kakak atau Abang, okay?"
"Yes Mom!"
"Abang, kenalin. Aku Lian, salam kenal Bang Bian." Lian menampilkan senyum cerianya sembari mengulurkan tangan.
Bian membalas uluran tangan dari Lian dan tersenyum tak kalah ceria. "Aku Bian, salam kenal juga Lian!"
"Ayo Bang! Kita main sama yang lain!"
Lian membawa Bian untuk main bersama temannya yang lain, meninggalkan Stella dan Brian berdua ditempat yang agak sepi itu. Stella menarik Brian untuk duduk dikursi belakang mereka.
"Bian seneng banget keliatannya," lirih Stella menatap pergerakan Bian dan Lian.
"Aku kadang merasa kasihan Kak, Bian selalu main sendirian. Sedangkan aku jarang punya waktu buat dia." Brian menunduk menyesal.
Stella mengusap bahu Brian, "Nggak papa. Setelah ini kamu boleh nitipin Bian ke aku, atau kalo nggak nginep juga gapapa. Biar Lian juga ada temennya."
"Makasih Kak." Brian tersenyum manis.
"Iya, jangan sungkan kalo sama aku ya Bri."
Karena senangnya Brian langsung memeluk Stella dengan erat, kepalanya ia tumpukan di bahu Stella. Akhirnya ada orang yang begitu baik padanya. "Terimakasih banyak Kak," lirihnya.
"Hahaha, sama-samaa." Stella mengelus punggung lebar Brian.
Jujur saja, sebenarnya Stella sayang pada Brian. Tapi hanya sebagai adik. Entah dengan Brian.
Tanpa mereka berdua sadari, ada seseorang yang mengambil gambar saat mereka berpelukan. Orang itu menggunakan baju serba hitam.
♣️▪️♣️
"Gimana Ela? Kapan keluargamu siap untuk kedatangan kami?"
"Belum tau Mom, soalnya disana juga pada sibuk banget. Nanti aku tanyain waktu yang pas, yang pastinya keluarga besar ada semua."
"Bagus, harus semua keluargamu hadir ya?"
"Iya Mom."
Di ruang tamu mansion Zaleo ini, hanya ada Stella dan Raisa dimalam ini. Sedangkan Dikta dan Lian sudah tidur di kamarnya masing-masing.
"Gimana pekerjaan kamu?" tanya Raisa.
"Aman aja Mom, kerjaan Leon juga aman. Tapi nggak tau kalo disana," balas Stella.
"Syukur deh, kira-kira kapan ya Leon balik?"
Stella nampak berpikir, "Kalo disana dua hari berarti besok Mom. Tapi mungkin bisa jadi juga malam ini."
Tiba-tiba orang yang mereka bicarakan melewati mereka berdua dengan santainya, menghiraukan keberadaan mereka berdua.
"Leon! Nggak sopan ya kamu sama orang tua!" pekik Raisa.
Stella berpikir, ada yang menganggu pikiran Leon atau Leon kecapekan, atau Leon marah padanya.
Tiga kemungkinan itu yang paling cocok adalah yang kedua. Itu menurut Stella.
Menurut kalian kemungkinan yang apa? Dan karena apa?
Tbc.
Berikan tanggapan!👇
Aku mohon tolong, kalo semisal kalian nggak suka sama part ini/cerita ini, tolong komen dan kasih tau kekurangannya, biar aku tau alasan kalian nggak vote itu karena apa.
560 vote ✓ [Lebih]
102 komen ✓ [Tidak harus, tapi diusahakan]
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Random"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...