Stella merasa, ranjang di sebelahnya terus bergerak. Dia jadi tidak bisa tidur dengan tenang. Apalagi disertai dengan ringisan tidak jelas.
Memang, Stella tidur memunggungi Leon, karena ia masih sebal dengan Leon yang tidak mau mendengar nasihatnya. Lagi sakit juga tetep aja keras kepala.
Kenapa Leon tidak tidur sendiri? Jawabannya adalah tidak mau.
"Ck. Diem!" sentak Stella. Dia capek dan ingin tidur.
"Engh, huek!"
Stella langsung duduk mendengar Leon muntah, dilihatnya Leon yang menundukkan kepalanya ke arah lantai. Dengan sigap Stella memijat tengkuk Leon.
Hal itu membuat Leon semakin mengeluarkan semua yang ada diperutnya.
"Udah belum, Mas?" tanya Stella dengan nada khawatir.Leon tak menjawab, dia terus mengeluarkan semuanya. Badan Leon sudah basah karena keringat, nafasnya pun ngos-ngosan.
Kemudian Leon menegakkan tubuhnya dirasa sudah selesai mengeluarkan semuanya. Wajahnya bahkan sampai memerah dan matanya berkaca-kaca.
Stella meraih beberapa lembar tisu diatas nakas, lalu mengelap mulut dan sekitarnya dengan telaten tanpa jijik sekalipun.
Leon langsung menubrukkan tubuhnya ke arah Stella, menyimpan kepalanya di ceruk leher Stella dan menangis disana.
"Hikss."
Dengan sabar Stella mengelus punggung Leon, "Kenapa Mas?"
"Lemes hikss, perutnya sa-kit hikss, pusing...."
Jika sudah begini Stella tak tahu harus bagaimana lagi. "Udah ya jangan nangis, kamu tiduran dulu. Biar aku bersihin semuanya, terus tidur ya?"
Leon mengangguk dengan lemah, dia dibantu oleh Stella merebahkan tubuhnya kembali. Setelah memastikan Leon sudah dalam posisi nyaman, Stella bangkit dan bergegas untuk membersihkan muntahan Leon.
Bau sih, tapi mau bagaimana lagi. Tengah malam begini, dia tidak tega untuk menyuruh Mbok Jul. Lagipun, ini juga bekas dari calon suaminya.
Setelah bersih dan tidak bau lagi, Stella mengambil minyak kayu putih, minum, dan kaos bersih untuk Leon. Stella membantu Leon untuk mengganti bajunya yang sudah basah dengan keringat.
Stella mengelap sisa air mata Leon, mengecup keningnya lama. "Jangan nangis ya, nurut sama aku biar cepet sembuh."
Leon mengangguk patuh, lalu berbaring kembali. Stella menyingkap baju Leon, dan mengolesi perut serta dada pria itu dengan minyak kayu putih yang tadi dibawanya. Bukan minyak kayu putih, melainkan minyak telon.
Perempuan itu juga mengoleskan pada pelipis dan tengkuk Leon sampai merata.
Stella POV On.
Setelah aku mengoleskan pada bagian tertentu, aku merebahkan tubuhku disamping nya. Membawanya ke pelukanku, dan dia langsung menempatkan wajahnya di dada ku.
Kali ini ku biarkan dia seperti itu, namun lain kali jangan harap.
"Yang, pijitin." katanya memerintah.
Tanpa banyak tanya atau memprotes, aku memijat lehernya pelan. Sesekali aku mendengar ringisan dari kekasihku ini. Sebenarnya aku malu untuk menyebutnya kekasih mengingat umurku yang sudah tak mudah lagi.
"Mas, Lian gimana?" Aku mendengar dia berdecak, sudah bisa ku tebak bahwa dia akan ngomel setelah ini.
"Aku lagi sakit! Jangan pikirin Lian terus! Kamu itu calon istri aku! Aku lagi sakit, malah kamu mikirin yang lain! Ngertiin nggak sih?!"
Aku menghela nafas panjang, orang sakit ya gini, emosian terus. Apapun yang dilakukan selalu salah di matanya. "Aku tadi udah janji, Mas."
"Ya tapi kamu nggak liat aku lagi kayak gini?! Aku baru aja selesai muntah, yang! Lagian di mansion Lian ada Daddy sama Mommy!"
Aku mengecup puncuk kepalanya, "Iya, udah jangan-jangan terus. Katanya sakit."
Leon tak menjawab lagi, melainkan menaikkan sebelah kakinya ke atas tubuhku. Dia memelukku seperti guling, namun lagi-lagi aku hanya diam saja.
Sekarang aku memijat kepalanya, keningnya, dan pelipisnya. Dia nampak nyaman menikmati itu.
"Yang," panggilnya manja.
Aku berdehem sebagai jawaban, pikiranku terus tertuju pada Lian.
"Kapan kita nikah?" tanyanya tiba-tiba.
Lagi, aku mengecup puncuk kepalanya. "Aku ngikut kamu, tapi aku nggak mau terburu-buru. Nunggu kamu siap lahir dan batin aja."
Aku memukul punggungnya pelan saat dengan sengaja Leon menduselkan wajahnya di dada ku. "Mesum banget sih! Untung lagi sakit kamu, Mas."
"Emangnya kenapa kalo aku lagi sakit?"
"Aku tendang kamu!"
"Hm." Leon malah terus mendusel kembali.
"Udah nggak pusing kan?"
"Udah mendingan, makasih ya yang!" ucapnya girang.
"Anggap aja latihan ngurus suami."
Ku dengar dia terkekeh, aku pun ikut tertawa.
"Mas, tidur gih. Udah jam setengah satu."
"Males, aku mau cuddle aja."
Baiklah, untuk kali ini aku menurutinya. Aku sedikit membenarkan posisiku menjadi setengah duduk sembari bersandar di kepala ranjang.
Leon pun membenarkan posisinya, namun dia malah duduk diatas pahaku baru menyandar di tubuhku. "Astagfirullah Mas, badan segede gini mau dipangku? Kamu nggak kasian sama aku? Badanmu gede loh."
"Ish! Aku ringan ya yang!"
"Bisa geseran dikit nggak? Kamu berat!"
Leon menggelen keras, "Enggak! Mau gini!" pintanya kekeuh.
Yaudah, aku kembali mengalah. Posisi nya yang seperti koala membuatku tertawa pelan. "Kamu ini kayak anak TK, Mas."
Leon tak menggubris ku, dia malah asik menduselkan wajahnya di belahan dadaku.
Tak ambil pusing, aku membelai kepalanya."Empuk banget," gumam Leon yang dapat di dengarku.
"Iya, ini buat sumber nutrisi calon anakmu besok." Aku tertawa sendiri mendengar ucapanku barusan.
"Aamiin, yang."
"Yang yang! Tepukin pantat aku yang...," rengeknya.
Aku memutar bola mataku malas, rewel banget dia malam ini. "Kayak anak kecil aja!"
"Tepukin...," rengeknya.
Aku pun menepuk-nepuk pantatnya pelan, seperti menidurkan bayi saja aku ini. Apalagi melihat wajah polosnya yang mulai terlena ke alam mimpi.
"Sayang banget!" Aku mengecup pelipisnya."
Stella POV Off.
Tbc.
Berikan tanggapan!👇
Aku mohon tolong, kalo semisal kalian nggak suka sama part ini/cerita ini, tolong komen dan kasih tau kekurangannya, biar aku tau alasan kalian nggak vote itu karena apa.
520 vote ✓ [Lebih]
101 komen ✓ [Tidak harus, tapi diusahakan]Udah manja kan?
Full part Leon-Stella, chap depan mau gimana?
22/04/21.
#Leonmanjalagi
Aku minta maaf, di chap sebelumnya tidak membalas komen kalian semua, dikarenakan tadi aku sibuk nugas. Maaf sekali lagi🙏😭.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Random"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...