Stella menarik tangannya, dan membenarkan baju Leon. Kemudian kembali mengelus perut Leon namun dari luar baju.
"Masih mual nggak?" Leon mengangguk pelan.
Stella pun menyentuh kening dan leher Leon, "Badan kamu tambah panas lagi."
"Masih lama ya, yang?" tanya Leon.
"Nggak tau sih, ini kayaknya kejebak macet. Emangnya kamu mau apa?"
"Dari tadi aku pengen muntah, tapi aku tahan."
Mendengar hal itu Stella malah panik, dia menekan tombol dan skat nya pun bergeser. "Pak Jon, apakah masih lama sampai mansion?" tanya Stella pada sopir.
"Masih Non, soalnya ini kejebak macet. Belum keluar dari daerah tadi."
Stella menghela nafas kasar, "Ada jalan lain nggak Pak?"
"Belum ada Non, adanya di depan sana. Tapi ini masih lumayan jauh, dari tadi mobilnya tidak berjalan."
"Yaudah, tolong lewat jalan yang cepat ya Pak."
"Baik Non."
Stella kembali menekan tombol skat. Pandangannya ia alihkan pada wajah Leon yang basah karena keringat dingin.
"Yang, mau muntah."
Stella langsung sigap mengambil plastik kresek di belakang, dan mengarahkannya pada mulut Leon. Seketika itu pula Leon mengeluarkan yang sedari tadi ia tahan.
Dengan sabar Stella memijat tengkuk Leon."Udah?" tanya Stella.
Leon mengangguk lemas dan menyandarkan tubuhnya pada Stella. Tubuhnya yang lemas membuat Leon semakin merapatkan tubuhnya pada Stella.
Stella meraih beberapa lembar tisu dan mengelap mulut Leon yang kotor, tak lupa juga mengusap keringat yang membasahi wajah Leon. Kemudian Stella memberikan Leon minum.
"Hikss."
Tiba-tiba Leon menangis dengan tak tau malunya, dia langsung menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Stella.
Stella terkejut, kenapa Leon menangis?
"Eh, kenapa nangis?" Stella mencoba menjauhkan kepala Leon dari ceruk lehernya, namun tidak mau.
"Hikss."
Stella mengelus punggung Leon sayang, "Kenapa nangis?"
"Sakit hikss."
"Iya aku tau kamu lagi sakit, Mas. Jangan nangis lagi ya, udah tua masa nangis."
Sebenarnya Stella mau tertawa, tapi suasananya tak pas, apalagi keadaan Leon yang tengah sakit, jadi tak tega untuk menertawainya.
Jari jemari Stella menyisir rambut Leon dari depan ke belakang, dengan posisi duduk yang tak enak, ditambah beban tubuh Leon yang sepenuhnya bertumpu padanya, membuat Stella sedikit pegal.
"Mansion kamu lebih jauh, kalo malam ini kamu nginep dirumah aku, nggak papa kan, Mas?"
"Kemanapun, asal sama kamu."
"Iya-in aja deh."
**
Kini, mobil baru saja berhenti di depan rumah milik Stella. Namun Stella belum beranjak untuk masuk kedalam, dikarenakan Leon yang tertidur di pelukannya.
Dengan susah payah Stella menekan tombol untuk menghilangkan skat nya.
"Pak, bisa bantuin saya? Tolong bantu angkatin Leon."
"Bisa Non."
Karena jam menunjukkan pukul sepuluh, dan Leon yang sudah tertidur pulas, Stella jadi tak tega untuk membangunkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Random"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...