Sudah enam hari Leon di Inggris. Dan selama itu Stella merasa sepi. Jelas saja, tidak ada yang selalu menyuruhnya ini itu. Tidak ada yang mengajaknya lembur, dan tidak ada tingkah manja atasannya itu.
Sepertinya Stella merindukan atasannya itu. Gue rindu bener dah ama tingkah si Bos!
Dia lagi apa ya? Sama siapa? Udah makan belum ya? Dia baik-baik aja kan?
Batin Stella terus berucap menanyakan perihal Leon seorang. Pesona Leon yang memang sangat luar biasa membuat Stella jatuh hati dengan atasannya itu.
"YaAllah, semoga cepet dilamar."
"Eh?" dia menyadari sendiri perkataannya barusan. "Gila aja si Bos ngelamar gue, nggak mungkin lah!"
"Tapi sedikit ngehalu gapapa kan ya? Hehe."
"Ngehalu itu apa Mom?" Tanpa di duga, si bocah kecil nan menggemaskan datang dan bertanya. Stella mengelus dadanya karena merasa terkejut dengan pertanyaan putranya yang tiba-tiba.
"Bukan apa-apa sayang." Stella membawa Lian ke pangkuannya. "Tapi Lian pengen ngelti apa itu ngehalu," ujar Lian.
"Menurut Mommy, ngehalu itu kaya Mommy nikah sama si Bos. Nggak mungkin terjadi!"
"Apa Mommy? Lian nggak paham sama apa yang Mommy bilang balusan."
"Lian masih kecil, mana paham!" Stella mencubit kedua pipi gembul milik Lian.
"Makanya Lian dikasih tau bial paham!" balas Lian.
Perempuan itu terkekeh pelan, "Jangan lah! Kalo Lian udah besar aja."
"Tapi Lian udah besal!" sanggah Lian.
Stella tertawa, "Besar dari mana? Kecil gini dibilang besar." Dia mengangkat tubuh Lian yang kecil itu.
Namanya juga anak kecil, pasti kecil lah!
Lian tertawa, bibirnya tersenyum lebar dengan lesung pipit yang tidak terlihat jelas. Wajah putra kecil Stella itu benar-benar tampan dan manis.
Anaknya aja udah tampan plus manis, gimana sama ayahnya....
"Lian, Mommy lapar hehe." kata Stella.
Lian mengangguk membenarkan, sebab dirinya mendengar bunyi perut Stella yang sepertinya cacing kelaparan. "Sama Mommy, Lian juga lapal sekali."
Perempuan itu sedikit berfikir. Sekarang akhir bulan, dan dia belum sempat berbelanja tadi untuk bahan-bahan dan lainnya. Entah tersisa apa di dapur. "Kayanya bahan disini habis deh Lian," ujar Stella membuat bocah kecil itu mengembungkan kedua pipinya kesal.
"Telus Lian makan apa? Lian sudah lapal Mommy...," rengek Lian.
Dia membopong Lian dan membawanya ke dapur. Didudukkannya Lian diatas meja pantry. "Tunggu sebentar sayang, Mommy cek dulu ada makanan apa nggak."
Lian mengangguk kecil, di dalam hatinya terus berdoa supaya ada sedikit makanan untuknya.
Mata Stella menelisik isi melihat lemari kecil tempatnya menaruh makanan. Tadi di kulkas sudah ia lihat, hanya tersisa dua butir telur dan beberapa sosis. Di lemari hanya terdapat satu mie instan dan empat lembar roti.
Stella mulai berfikir ia akan membuat apa dengan bahan seadanya itu. "Lian, kamu mau makan nasi atau apa?" tanyanya.
"Lian tidak tahu Mommy, tapi Lian mau, sedikit makan nasi aja." jawab Lian.
"Okay baby!"
Stella mulai membuat makanan yang akan ia makan bersama putra kecilnya. Lian menatap Mommy nya dengan kagum yang bergerak lincah dan tidak kesusahan sama sekali.
Hingga tiga puluh lima menit kemudian Makanan sudah jadi. Hanya mie instan dengan telur, dan roti yang digoreng didalamnya terdapat sosis dengan tepung panir sebagai luarnya.
"Itu apa Mommy?" tanya Lian menunjuk roti goreng tersebut.
Stella menggeleng pelan, "Mommy tidak tau namanya, tapi Mommy sering menyebutnya roti goreng. Lian mau?"
"Mau Mommy! Sangat mau!"
Perempuan itu memberikan sepiring roti goreng ke depan Lian, "Ini makannya pelan-pelan ya. Kalo mau nasi bilang sama Mommy, biar Mommy suapin pake mie." Lian mengangguk patuh.
Stell mulai menyantap mie instan itu dengan nasi. Rasanya enak, namun tak baik untuk kesehatan. Tapi mau bagaimana lagi? Dia lapar dan disini sudah tidak ada apa-apa lagi. Hanya sisa. Salahkan dirinya yang tadi tidak belanja bulanan terlebih dahulu.
Dia makan dengan nikmat. Tentu saja, mie instan dengan telur menjadi salah satu jajaran makanan favorit dari Auristela Chalondra.
"Mommy, Lian mau nasi, aaaaa~." Lian membuka mulutnya. Dengan cepat Stella menyuapi sesendok nasi dengan potongan telur di dalanm kuah mie tersebut. "Enak nggak Lian?"
"Enak banget Mom! Menu makanan hari ini enak banget. Kapan-kapan bikinin ini lagi ya Mom!"
"Iya baby boy, sekarang habiskan."
Mereka bedua fokus memakan makanan itu. Sekelebat pertanyaan hinggap di pikiran Stella.
Apakah Leon sudah makan?
Stella pun menggelengkan kepalanya. Buat apa dia memikirkan atasannya itu? Bukannya itu urusan Leon sendiri? Entahlah, Stella bingung memikirkannya.
Selepas menghabiskan makanan, Ibu dan anak itu duduk didepan televisi dengan santai. Lian sedikit mengelus perutnya yang buncit, "Mommy, perut Lian buncit." adunya sembari menunjuk perut miliknya sendiri.
Stella terkekeh, lalu mengangkat Lian ke pangkuannya. Tangannya bergerak mengelus perut putranya itu, "Mommy seneng liat Lian perutnya buncit. Itu tandanya Lian kenyang dan nggak kekurangan makanan sayang."
Lian mengangguk menyetujui, kepalanya menjadi bersandar di tempat biasanya, dada Stella. "Mommy, kenapa milik Mommy dan Oma dadanya besar? Sedangkan milik Opa dan Daddy tidak?"
"Gini sayang, tugas seorang wanita itu adalah mengandung, melahirkan, dan membesarkan. Misalnya, Mommy yang mengandung Lian, terus Mommy juga yang melahirkan Lian, dan Mommy juga harus menyusui Lian. Dada milik wanita itu besar karena ada kelenjar susunya. Di sini, ada susu nya sayang."
"Sedangkan milik laki-laki seperti Lian dan Daddy Lian, itu memiliki puting kan? Nah tapi tidak tumbuh besar kaya punya Mommy kan? Hal itu karena tidak terdapat kelenjar susunya sayang. Paham?"
Walau sedikit tak paham dan hanya beberapa kata yang diserap, Lian tetap mengangguk. Lian masih terlalu kecil untuk mendapatkan pelajaran seperti itu.
"Mommy, Lian ngantuk." ujarnya lirih.
Dengan cekatan, Stella membawa Lian ke gendongan koala nya dan dibawanya menuju kamar.
Perempuan itu merebahkan Lian yang sudah menutup matanya ke kasur, disusul dirinya yang tiduran disebelahnya. Tanpa diberitahu atau aba-aba, Lian memeluk Stella dan menyembunyikan wajahnya didada Stella.
Masih kecil aja tau tempat enak..
Gimana gedenya?Astagfirullah..
Stella mengelus punggung Lian memberikan kenyamanan. Sesekali terkekeh saat Lian menggeliat pelan mencari kenyamanannya sendiri.
__________
Silahkan sadar diri untuk vote dan komen.
Maaf, kemarin sempet bilang mau up sore, tapi aku emang gak pegang hp dan lagi sibuk bantuin ini itu. Lagi ribet soalnya.
Jeongmal Mianhae💕
14/12/20.
Thanks,
Mouse.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Random"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...