Dua bulan kemudian.
Stella telah kembali ke rutinitas awal, yaitu bekerja. Masih menjadi sekretaris di perusahaan, mengatur tentang segalanya untuk Bos sekaligus suaminya.
Pekerjaannya bukannya berkurang setiap harinya, malah terus bertambah. Untungnya beberapa hari ini ia dibantu oleh sekretaris yang masih magang disini. Dia masih anak kuliahan, tapi lumayan membantu keberadaannya.
"Bu, yang ini harus direvisi semuanya?" tanya anak magang itu. Fana namanya, ceria dan penyayang. Wajahnya manis dengan wajah khas orang Jakarta. Katanya, dia blasteran Jawa-Bali.
"Iya, kamu revisi semua terus dikasih ke Pak Bos lagi. Padahal kemarin udah direvisi," ujar Stella. Ia menatap pintu menuju ruangan suaminya dengan tenang.
"Pak Bos kejam banget 'kan ya, Bu," bisik Fana. Dia belum tahu jika Stella sudah sah menjadi istri dari Pak Bos-nya, yang ia tahu Pak Bos hanya akan luluh dan menurut jika berhadapan dengan Stella.
Stella mengangguk saja sebagai respon, "Tapi dia nggak galak kalo sama saya," balas Stella berbisik.
"Kenapa kalian bisik-bisik?!"
Suara dari seseorang membuat keduanya menentang ditempat. Siapapun pasti tahu suara siapa ini, tentu saja suara dari Pak Bos kita. Leonard Zaleo.
"Tidak Pak." jawab keduanya tegas.
Mata tajam nan dingin milik Leon seakan laser yang menusuk manik Stella, "Di perusahaan saya tidak boleh ada gosip-menggosip."
"No gosip, no life, Pak!"
"Kamu?!" Leon semakin menatap Fana dengan tajam, hal itu membuat gadis tersebut menunduk semakin dalam. Tatapan Leon sangat menakutkan.
"Sudah-sudah, ada apa Bapak kesini?" tanya Stella mengalihkan perhatian.
Terlihat Leon menghela nafas pelan, "Fana, tolong panggilkan direktur setelah istirahat siang ke ruangan saya. Sekarang, tugas kamu adalah menghandle kantor sebentar. Saya akan pergi bersama Stella, jika ada apa-apa hubungi Stella segera!"
Fana sedikit membungkukkan tubuhnya, "Baik Pak. Saya laksanakan dengan penuh tanggung jawab."
"Harus!"
Lalu pria itu berlalu dari ruangan itu. Stella segera meraih tas nya dan menyusul suaminya itu. Tak lupa ia melambaikan tangannya pada Fana yang dibalas dengan kalimat semangat dari gadis itu.Begitu Stella memasuki lift, tubuhnya langsung di dorong sampai membentur dinding lift. Pelakunya tak lain adalah Leon. Kemudian, dengan rakus Leon menghirup aroma tubuh Stella dari lehernya. Leon memeluk istrinya dengan sangat erat.
Stella dengan sabar mengelus punggung suaminya, "Kenapa Mas? Ada yang menganggu pikiran kamu?" tanya Stella perhatian.
"Miss you, honey."
"Kita setiap hari ketemu, kalo kamu lupa."
Setelah lelah menghirup aroma tubuh Stella, Leon menyandarkan kepalanya di bahu sempit Stella. "I miss you," bisiknya pelan.
Senyum kecil tersungging di bibir Stella, "Miss you too, husband." Stella mengecup pipi suaminya.
Perlakuan itu membuat Leon semakin tersenyum dengan lebar. Ia merapatkan tubuhnya pada istrinya, dan merengek manja.
"Kenapa sih, hm?" Salah satu tangan Stella membelai lembut pipi milik Leon. Sedangkan salah satu tangannya melingkar di pinggang Leon.
"Pengen tidur, kayak gini...."
"Pulang yuk, atau mau tidur di apart? Atau mau kembali ke ruangan mu?"
"Ayo jemput Lian, aku tidur di mobil aja," balas Leon. Ia menarik tangan Stella dengan lembut menuju mobilnya.
Lift memang langsung turun menuju basemant, jadi tak perlu berjalan jauh lagi setelah keluar lift.
"Jo!" panggil Leon.
Beberapa detik kemudian pria tinggi berbadan kekar datang memberi hormat pada Leon dan Stella. Leon melempar sebuah kunci mobil pada pria yang dipanggilnya itu. "Sopir, ke sekolah Lian."
Pria itu mengangguk, membukakan pintu untuk Tuan dan Nyonya nya. Setelah itu ia mengitari mobil dan masuk ke dalam kemudi. Mobil pun melaju dengan pelan menuju sekolah Lian.
Pria itu bernama John Frey, kerap disapa Jo oleh Leon. Jo ini baru bekerja beberapa Minggu ini, jadi masih tergolong anak baru. Namun walau begitu, Leon sangat puas dengan kinerja Jo yang bisa diandalkan selain Stella.
"Kamu yakin mau tidur disini, Mas?" tanya Stella sembari membantu melepas jas yang melekat ditubuh Leon.
"Aku nggak tau yang, aku pengen aja tidur di mobil."
Stella mengernyit heran, "Ini juga masih satu jam lagi dari jam pulangnya Lian?"
"Enggak yang. Hari ini kan Lian pulang lebih awal karena gurunya ada acara," sanggah Leon.
"Iya Mas, Lian pulang jam sebelas 'kan? Ini masih jam sepuluh." Stella mengusap wajahnya kesal.
"Yaudah, Jo kita keliling taman kota dulu. Pokoknya mobil jangan sampai berhenti, jalan terus. Setelah itu kita ke sekolah Lian." Leon merebahkan tubuhnya di pangkuan Stella yang terbengong. "Ngapain sih Mas keliling kayak gitu? Berkas di kantor numpuk loh." Stella tak habis pikir dengan Leon, ada apa dengan suaminya ini?
Bukannya menjawab, Leon malah mengatakan hal lain. "Yang, aku pengen telur gulung. Nanti cariin ya Jo!"
"Siap Tuan!"
Apalagi ini? batin Stella.
"Yang, elusin kepalanya!" perintahnya. Stella menghela nafas dan mengelus kepala suaminya yang hari ini aneh.
Dengan menutup matanya, Leon membuka sesi curhatnya. "Aku capek tau yang, dari tadi kerja terus. Duduk di depan laptop, bolak-balik kertas, tanda tangan, revisi, bikin laporan, liat perkembangan, capek pokoknya."
"Itu kan kerjaan kamu setiap hari, Mas."
"Nggak tau! Pokoknya hari ini aku capek banget." Stella memalingkan wajahnya ke arah jendela, ia membuka jendela sampai setengah.
Setelah mengecup pelipis Leon, Stella membuka ponselnya. "Kamu tidur aja ya."
Leon mengangguk dengan senyum lebar, ia mengeratkan pelukannya.
"Yang, kalo aku selingkuh gimana?" tanya Leon tiba-tiba.
Stella menatap Leon yang masih memejamkan matanya dengan aneh, "Ngapain kamu tanya kayak gitu?" tanya Stella balik.
"Tanya aja, emang gak boleh?"
"Tanya itu boleh, tapi pertanyaan kamu itu."
"Gak kok yang, aku cuma nanya aja."
"Bagus."
Jo yang tengah mengemudi, menyeringai mendengar obrolan keduanya.
Leon nggak mungkin tanya kayak gitu aja, pasti ada apa-apa. Awas aja kamu Leon! batin Stella menggeram marah. Matanya tak sengaja melihat Jo yang tengah menyeringai.
Ada apa ini?
Tbc.
Berikan tanggapan!👇
Aku mohon tolong, kalo semisal kalian nggak suka sama part ini/cerita ini, tolong komen dan kasih tau kekurangannya, biar aku tau alasan kalian nggak vote itu karena apa.
Bagaimana part ini?
Ada yang mau disampaikan ke Leon?
Stella?
Atau Jo?
[8/8/21]
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Random"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...