"Mas, aku bacakan jadwal kamu besok ya?" Stella berdiri di depan meja suaminya.
Mereka berdua tengah berada di ruang kerja, tepat di sebelah kamar mereka. Lian sudah tidur mengingat ini sudah menunjukkan pukul sepuluh malam.Leon mengangguk, ia tengah fokus pada laptop yang menunjukkan grafik di depannya.
"Jam sembilan rapat mingguan sama direktur utama. Jam sebelas ada rapat sama PT Kerja Tepat. Jam dua belas ada makan siang bersama rekan bisnis dari Batam. Abis itu kamu baru free, mungkin stay di kantor."
Leon mengangguk paham, "Kamu ikut rapat, yang?"
Stella menutup map di tangannya, memasukannya kedalam tas yang sudah ia siapkan untuk bekerja besok. "Iya, cuma rapatnya aja. Kalo makan siang enggak. Oh iya Mas, itu baru rapat pentingnya ya, selebihnya bakal digantikan sama asisten pertama kamu."
Jika kalian mau tau, asisten seorang Leonard Zaleo tidak hanya satu dua, melainkan sembilan yang tetap stay di Leon. Dan mereka semua bekerja setiap harinya di ruangan khusus asisten.
"Kenapa nggak ikut makan siang?" tanya Leon.
Stella mengangkat bahunya acuh, "Nggak papa, mager aja. Mau di kantor."
"Ikut aja sih yang, nemenin aku."
"Engga ah, kamu sama salah satu asisten kamu aja."
"Kamu aja yang!"
"Aku nggak mau, Mas!"
"Yang—,"
"Sssttt! Dilarang protes. Yuk tidur!" Stella memegang lengan Leon, sedikit menariknya untuk mengajak tidur.
"Bentar, nyimpen nih."
Stella mendengus sebal. "Buat besok udah disiapin belum?""Udah dong!"
"Good Boss!"
💎•💎
Pagi pukul delapan, rumah sudah sepi. Hanya ada Stella dan Mbok Jul saja. Kebetulan, Mbok Jul sedang bersih-bersih diarea luar rumah, jadinya Stella menggunakan kesempatan ini untuk kembali ke kamarnya.
Sengaja, Stella melambatkan diri pergi ke kantor dengan alasan ingin mandi cantik dulu, akhirnya Leon dengan terpaksa berangkat sendiri.
Stella mengambil koper berukuran sedang dan mulai mengambil beberapa stelan baju yang dibutuhkannya. Tidak banyak, ia hanya membawa 6 pasang beserta dalamannya saja. Masih ada sedikit ruang di dalam koper, ia juga sudah menyiapkan 6 pasang baju milik Lian dan memasukkannya. Stella juga sudah membeli sebuah ponsel baru seharga lima juta yang sudah lengkap dengan kartu SIM nya, tak lupa sudah memasukkan beberapa nomor penting di dalamnya.Setelah itu, wanita tersebut mengeluarkan ponsel lamanya dan menelepon seseorang.
"Ambil di depan, aman."
Telepon di matikan, Stella segera keluar menyeret koper tersebut ke arah depan gerbang sambil membawa tas kerjanya.
"Mbok!" seru Stella memanggil Mbok Jul sembari berjalan keluar.
Mbok Jul yang sedang menyapu halaman lantas berbalik dan segera menghampiri Stella, "Ada apa Mbak? Kok teriak-teriak."
"Ini, nanti bakal ada yang kesini. Kalo dia bilang aman, Mbok serahin kopernya. Ini ya Mbok, aku nitip." Stella tersenyum ke arah Mbok Jul, senyum penuh arti. Dan Mbok Jul jelas mengetahuinya, ia sudah bersama Stella sejak lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
De Todo"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...