"Mas, kenapa nggak tidur-tidur sih?" tanya Stella kesal. Pasalnya ini sudah malam, dan Stella masih ada satu pekerjaan yang harus di selesaikannya.
Leon menggeleng, "Aku nggak ngantuk." balasnya dengan lirih.
"Yaudah ini lepas, aku mau beresin baju kamu! Besok kamu kan harus pergi!"
"Kenapa kamu nggak ikut aja sih yang?"
Pertanyaan itu semakin membuat Stella kesal, karena tidak hanya sekali dua kali Leon bertanya dengan pertanyaan sama tapi banyak kali. Stella sampai jengah, dari awal pun jawabannya tetap sama, "Tidak!"
Leon menaikkan salah satu kakinya untuk menindih kaki Stella, wajahnya semakin ia tenggelamkan di dada Stella. "Aku butuh kamu disana," ucap Leon teredam.
"Sedangkan Lian disini lebih butuh aku," jawab Stella. Tangannya membelai punggung Leon.
"Aku juga butuh kamuuuu," rengek Leon, pelukannya ia eratkan.
"Di sana kan ada banyak orang, ada asisten kamu di sana. Lagian kamu pasti banyak yang ngelayanin di sana tuh. Sedangkan Lian harus sama keluarganya, iya kalo Daddy sana Mommy di rumah, kalo enggak?"
Percayalah bahwa apa yang dikatakan Stella baru saja adalah bohong.Stella hanya tidak mau untuk terbang ke Batam, dia capek dan ingin mengistirahatkan tubuhnya di rumah bersama putra kecilnya.
"Alah, kamu bohong ish!" Leon kesal.
"Ngapain aku bohong?" Stella mencoba menarik kepala Leon untuk menjauh, supaya bisa melihat wajah Leon.
"Sendiri ya? Aku siapin keperluan kamu," ujar Stella, dia menatap lembut pada Leon.
Seakan terbius dengan tatapan Stella, Leon terus membeku tak mengalihkan pandangannya. "Mas?" Leon langsung terkejut dan kembali memeluk Stella.
"Kamu tidur cepet, biar aku langsung beresin bajunya."
"Ish, aku nggak mau lepas pelukannya!" rajuknya.
"Terus maunya gimana?" Stella bertanya jengkel, lama-lama dia kesal sendiri dengan Leon. Kenapa Leon sekarang menjadi manja seperti ini? Padahal dulunya sering sekali menyebalkan.
"Maunya kamu ikutttt," rengek Leon yang membuat Stella jengah.
"Astagfirullah Mas! Kasian Lian!" Stella mengusap wajahnya kasar. Entah dengan apa lagi dia membujuk Leon agar pergi sendiri.
"Yaudah, ajak Lian aja kesana sekalian liburan." Leon berkata dengan santainya, sampai rasanya Stella ingin menabok mukanya.
"Kalo ngomong enak banget! Kasian Lian masih kecil diajak pergi buat nemenin ayahnya kerja. Lagian kalo aku ikut disini siapa yang handle kerjaan kamu hah?!"
"Kan ada yang lain," elak Leon.
Stella menghembuskan nafas panjang nya, "Mau tidur nggak? Kalo enggak aku tinggal, Mas!"
Leon langsung menggeleng panik dan memeluk gadis itu lebih erat. "Iya, tapi jangan tinggalin," cicitnya.
"Hm."
**
Karena ada urusan berdua, akhirnya Stella mengajak Lian ke kantor sekalian menjaganya. Dikta dan Raisa ada acara kondangan katanya. Jadilah mereka berdua pergi tanpa membawa Lian—karena Stella yang menahan Lian.
"Mommy! Daddy belapa hali pelgi?" tanya Lian. Anak itu tengah berjalan bergandengan tangan bersama Stella di pinggir jalan.
Tadi, mereka berdua akan ke kantor dengan menaiki taksi online. Namun, ditengah jalan ban mobil taksi online tersebut bocor, jadilah mereka berjalan. Untungnya jarak menuju kantor hanya tinggal satu kilometer saja.
"Paling dua hari sayang, tapi bisa juga lebih. Kenapa emangnya? Kangen sama Daddy?" jawab sekaligus tanya Stella.
Bibir Lian mencebik lucu, "Enggak lah! Lian malah seneng kalo Daddy pelgi, jadinya Mommy cuma buat Lian."
Stella menggeleng pelan, anaknya ini terkadang tingkahnya membuat gadis itu bingung. Tidak persis dengan Leon, tapi anehnya wajah nya agak mirip sama Leon.
Tin tin!
Serentak, Stella dan Lian menatap orang yang membunyikan klakson motor tersebut. "Selamat pagi Kak! Kenapa Kakak jalan?"
Wajahnya tidak terlihat karena orang itu tidak menurunkan kaca helm nya, tapi Stella bisa mengenali dari suaranya. Dia Brian.
"Pagi Brian! Lama nggak ketemu ya? Mau berangkat ke kantor ya?"
"Iya Kak, Kakak kenapa jalan kaki? Sama Lian juga?"
"Tadi ada kendala di jalan, pake taksi online sebenernya. Tapi bentar lagi juga nyampai, jalan kaki aja." Stella menjelaskan.
Lian hanya menatap orang itu, "Om Blian bukan?" tanyanya.
Brian mengangguk dengan semangat, "Lian tumben ikut ke kantor?"
"Iya, Lian nggak mau di lumah sendili, Lian juga mau sama Mommy telus!" Bocah kecil itu sangat antusias sekali.
"Oh ya? Lian mau nggak naik motor sama Om?" tanya Brian. Mendengar hal itu mata Lian langsung berbinar senang, "Lian naik motol?" pekiknya kesenengan.
"Iya, naik yuk sama Om?!"
"Mau Om Mau!!" Lian loncat-loncat saking senangnya. Stella tertawa kecil melihatnya.
"Yaudah, ajak gih Mommy nya."
Lian menatap Mommy nya, "Ayo Mom!"
Stella menggeleng pelan, "Enggak ya, Lian aja sama Om Blian."
Bukan karena apa, pasalnya motor yang digunakan oleh Brian adalah motor ninja. Dia tak yakin akan menaiki motor setinggi itu. Lagi pun dia mengenakan rok span panjang, pasti akan susah.
"Yah," ujar Lian lesu.
"Kenapa Kak?" tanya Brian yang juga merasa sedih.
"Liat tuh motor kamu, ketinggian, Kakak nggak bisa naik."
"Brian bantuin Kak," bujuk Brian.
"Enggak, kamu kalo mau ajakin Lian gapapa. Nanti tungguin Kakak di loby," kata Stella.
"Jauh loh Kak," kata Brian menakut-nakuti.
"Iya Mom, Mommy sama Lian ikut Om aja." Lian mendukung Brian.
Stella menggeleng pelan, "Jauh dari mana sih?! Tuh kantor keliatan tinggi banget di depan, ini mah tinggal beberapa meter aja. Lebay deh, lagian banyak barengannya. Kamu sama Lian aja sana."
Brian cengengesan, memang jaraknya tinggal sedikit lagi. Lobby kantor pun sudah kelihatan dari ini. Lalu pria muda itu mengangkat Lian dan ia dudukkan di depannya.
Lian bertepuk tangan dengan girang begitu duduk. Dari wajahnya sangat senang sekali. Stella tersenyum melihat itu."Duluan ya Kak!" seru Brian dengan Lian yang melambaikan tangannya semangat.
Stella tersenyum tipis, "Hati-hati, awas lecet!"
"Bahagia banget, kayaknya lebih cocok Brian jadi bapaknya Lian." Stella bergumam pada dirinya sendiri dengan senyum yang ia tahan.
Tbc.
Berikan tanggapan!👇
Aku mohon tolong, kalo semisal kalian nggak suka sama part ini/cerita ini, tolong komen dan kasih tau kekurangannya, biar aku tau alasan kalian nggak vote itu karena apa.
Maafkan aku yang telat up(
Chap depan mau kayak gimana?
03/05/21.
KAMU SEDANG MEMBACA
SOMETHING [END]
Rastgele"Auristela!" "Buatkan saya kopi!" "Siapkan keperluan saya!" "Elus-elus kepala saya!" "Temani saya tidur!" Bukan dunia SMA, melainkan dunia perkantoran. Dia suka seenaknya. Tapi diam-diam suka. Dia juga suka iri sama anaknya. Apalagi gengsinya yang s...