VOTE DAN KOMEN YAAA.
Hujan deras pagi itu menyebabkan jalanan menuju kampusnya macet parah. Orang-orang yang seharusnya naik kereta seperti biasanya beralih menggunakan transportasi pribadi karena tidak ingin kerepotan apabila pakaian mereka basah kuyup saat menuju stasiun.
Jam sudah menunjuk pukul delapan dan jarak ke kampusnya tidak terlalu jauh lagi. Itu artinya ia masih memiliki satu jam lebih sebelum kelas pertama.
Agatha mencengkram setirnya erat sambil bersenandung mengikuti alunan lagu yang berasal dari radio mobilnya.
It's you, it's you, it's all for you
Everything I do
I tell you all the time
Heaven is a place on earth with you
Tell me all the things you wanna do
I heard that you like the bad girls
Honey, is that true?It's better than I ever even knew
They say that the world was built for two
Only worth living if somebody is loving you
And, baby, now you do"Is it true?"
"What's true?" Agatha menoleh dengan raut bingung pada Axel karena tidak mengerti apa yang dia maksud. Lelaki itu duduk di kursi penumpang sambil menyesap kopi.
"Now you do. You love her."
Agatha menghela napas. Lalu kembali menatap jalanan karena mobil di depannya mulai bergerak.
"Gue nggak tahu, Xel."
"Lo-"
"Gue apa? Bodoh?" tembak Agatha lagi. Entah sudah berapa kali Axel mengatainya bodoh setelah bertemu Lia kemarin. Lelaki itu tidak habis pikir padanya. Seorang gadis seperti Lia mendapat penolakan dua kali. Axel katakan sekali lagi. Dua kali!
"Gue herman sama lo, Ga. Bisa-bisanya lo mencampakan cewek seperti Esthalia Jones!" Axel mengguncang bahunya lagi. Kini lelaki itu tengah berjalan mondar mandir di sekitar taman semantara Agatha lebih memilih duduk lantaran masih tidak percaya dengan apa yang ia temui barusan.
"Lo bodoh tahu nggak?!"
"Lo bego, Ga."
"Sama aja setan!"
Kini gantian Axel yang menghela napas, "Terus sekarang apa? Lo mau cari dia lagi?"
Agatha terlihat berpikir sejenak, kemarin ia kehilangan jejak Lia karena posisi parkir mobilnya yang terhalang oleh mobil-mobil lain. Sialan memang!
"Kita bicara sama Profersor Langdon."
Axel tersedak espressonya, "What? No way! Lo udah gila, Ga. Gue pikir kita jangan bawa-bawa urusan ini ke profesor segala."
"Kenapa? Bukankah itu satu-satunya cara untuk mengetahui apakah cewek kemarin itu benar Lia atau bukan?" ujar Agatha memastikan, meski dirinya betul-betul yakin jika yang ia lihat kemarin seratus persen gadis yang sama dengan yang selama ini ia rindukan.
Saran Agatha tidak terdengar baik, namun mau tidak mau harus mereka lakukan demi mendapat kebenaran.
"Lalu setelah lo tahu jika dia memang Lia.." Axel menggantung ucapannya membuat Agatha menoleh sekilas dengan alis yang terangkat. "Apa yang akan lo lakukan, Agatha?"
"Lo pikir apa yang bakal gue lakuin saat ketemu orang yang gue kira udah meninggal ternyata selama ini masih hidup?! Jujur...gue belum tahu, Xel," jawab Agatha pelan. Ia sendiri belum memiliki rencana ingin berbuat apa mengetahui gadis yang selama ini ia anggap telah tiada tiba-tiba muncul begitu saja.
Apakah Lia masih seperti dulu?
Lia yang......mencintainya?
Rasanya tidak begitu mungkin. Agatha sendiri kurang yakin jika setelah tiga tahun berlalu perasaan Lia padanya masih tetap sama. Namun Agatha tidak menampik jika ia berharap sebaliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOW : Everything Has Changed
Teen Fiction(17+) AGATHA RICHIE HILLARIO Berbekal kehidupan yang serba glamor dan tanpa peran seorang Ayah dalam hidupnya membuat dia menjadi siswa paling terpandang di Liberty High. Terpandang dalam artian buruk. Seperti sombong, penuh kekuasaan, dan pembully...