🍃34

3.4K 217 9
                                    

minta tolong di vote dong👉👈🥺

---ooo---

Lia terbangun karena seseorang penepuk pipinya lumayan keras, sekujur tubuhnya terasa nyeri dan kebas. Gadis itu mendesis kesakitan lantaran kepalanya terasa berat ketika diangkat. Namun, kesadarannya kembali penuh kala penglihatannya semakin fokus pada siluet kokoh di hadapannya.

Lia terkantuk di kepala ranjang sebab terkejut mendapati Agatha yang shirtless duduk dipinggiran ranjangnya.

Wait..

Ranjangnya?

Lia bahkan tak yakin sedang berada dimana.

Angannya seakan dé javu pada saat ia masih di tanah Eropa.

Agatha mengernyitkan dahinya melihat Lia menepuk-nepuk pipinya sendiri. "Lo nggak papa kan?"

"Gue nggak mimpi." gumam Lia pada diri sendiri.

"Hello?" Agatha mengibaskan tangannya kedepan muka Lia.

"Kenapa ... kenapa gue ada disini?" finally, ia berani bertanya pada Agatha.

Sementara Agatha tengah dilanda kebingungan untuk mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.

Membawa Lia kemari adalah keputusannya.

Sial, bukan itu!

Sekarang ganti Lia yang mengernyit.

"Semalem lo-" Agatha menghentikan ucapannya ketika jemari Lia yang terasa bagai sengatan listrik menelusuri bekas kemerahan di garis tulang selangkanya. Tak hanya disitu, bekas itu juga berada di leher dan ada beberapa di sekitar dada bidangnya.

"Apa ... apa gue yang lakuin ini?" tanya Lia sangsi. Agatha menghela napas sebelum akhirnya mengangguk. Hal itu membuat Lia menemas jarinya sendiri keudara. Tak lama kemudian Lia juga baru sadar jika baju yang ia kenakan ternyata bukan miliknya.

Shit.

Lia ingin menangis sejadi-jadinya.

"Lo beneran nggak inget apa-apa tentang kejadian semalem?" Agatha bertanya karena gadis itu terlihat lingung.

"Kejadian?" Lia melotot. Sesuatu memang telah terjadi apalagi melihat tanda-tanda yang tercetak jelas di tubuh Agatha. Kepalanya sangat pening, Lia seharusnya marah, syok, atau bahkan menangis tapi semuanya seolah berhenti di detik ini. Lia tak bisa mengingat atau bahkan berpikir.

"Lo di kelab malam sendirian." mendengar itu sekelebat ingatan menghampiri otaknya perlahan.

Lia kembali duduk di meja bar setelah kepergian Aska. Lagi-lagi ia ditinggalkan karena gadis itu.

Betapa beruntungnya the queen of dramatic itu sampai ada dua lelaki yang sangat mencintainya bahkan rela mati untuknya. Lia tak habis pikir, jika ia seorang lelaki maka gadis seperti Flo tidak akan pernah masuk dalam qualifications-nya.

Flo memang cantik, penampilannya juga jauh lebih dewasa daripada remaja seusianya. Tapi dia tipe gadis manja, menyebalkan, pembohong, penindas, dan attitude-nya nol besar.

Entah apa yang dipikirkan oleh kedua lelaki itu.

Sial, kenapa tiba-tiba Lia sewot sendiri pada gadis itu?

Buang-buang waktu gue aja mikirin nenek lampir itu.

Lia menoleh kesana kemari, mendapati suasana kelab yang makin ramai. Terlihat lautan manusia berdesakkan di lantai dansa, semua orang terlihat memiliki teman atau pasangan. Tapi tidak dengan dirinya, Lia seperti bocah nyasar yang salah kostum. Ah sialan Aska yang membawanya ke tempat ini.

FLOW : Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang