🍃22

3.7K 231 53
                                    

"Lo mau ikut gue pulang atau nggak?" tawar Agatha kepada Lia.

"Ya pasti ikutlah, lo pikir gue mau ngapain disini." tutur gadis itu galak.

"Maksud gue pulang ke rumah." terang Agatha.

"Kita nggak jadi ke Lyon?"

Agatha menggeleng sambil menyambar beberapa helai baju yang berserakan di atas sofa. "Ada urusan penting, jadi gue harus pulang sekarang juga."

"Kangen sama pacar lo misalnya?" tutur Lia sekenanya membuat Agatha mendelik garang kearah gadis itu.

"Terus apa?"

"Lo gausah banyak nanya, ikut atau nggak?" final Agatha.

Lia menghela napas berat lalu berkata, "Gue ikut sama lo aja."

"Good," gumam Agatha lantas mengangguk.

---ooo---

Seorang gadis mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang berebut masuk kedalam iris cokelatnya. Walau tempat duduk ini terbilang paling nyaman yang ada di pesawat namun Lia tetap menyukai  ranjangnya yang sembilan puluh persen lebih nyaman.

Kepalanya menoleh kesamping, dimana terdapat dua pemandangan yang cukup membuatnya takjub; langit senja dibalik jendela dan ekspresi Agatha ketika terlelap.

Demi Tuhan, padahal sudah beberapa hari ini mereka tidur seranjang dan Lia tak henti-hentinya memuji pahatan Tuhan yang terpatri sempurna di wajah Agatha.

Benar. Mereka memang tidur seranjang, namun hanya tidur dalam arti yang sebenarnya tanpa embel-embel hal menjijikan lainnya. Dan anehya kedua sejoli yang merupakan musuh bebuyutan itu sama sekali tidak ambil pusing untuk mempermasalahkan hal tersebut.

Kelopak mata lelaki itu bergerak-gerak membuat Lia buru-buru mengalihkan pandangannya. "Kita dimana?" lelaki itu bertanya dengan linglung padanya.

"Di pesawat bodoh," sahut Lia kesal.

"Santai dong lo!" seru Agatha. Cowok itu membuang muka dan kembali memejamkan matanya.

Agatha memang terlihat indah hanya ketika sedang tidur, batin Lia.

----ooo---


RUMAH INI TELAH DISITA OLEH PIHAK BANK 

Sebuah papan bertuliskan kalimat tersebut menyambut kami kala sampai di depan gerbang rumah Agatha. Rencananya Lia akan di antar oleh sopir taksi setelah Agatha karena jarak rumah lelaki itu terbilang lebih dekat dari bandara.

Dengan tergesa lelaki yang masih menggunakan sweater tebal itu berlari kearah gerbang rumahnya. "Pak, ada apa ini? Kenapa gerbang rumah saya di rantai begini?!" Tanyanya kepada salah seorang lelaki berjaket kulit yang berada di dalam pos keamanan rumahnya.

"Rumah Anda telah digunakan sebagai jaminan atas seluruh hutang LA Corp kepada pihak Bank dan Ibu Natali Lodge terlibat dalam kasus penggelapan uang perusahaan."

Agatha melotot tidak percaya dengan fakta yang ia dengan barusan. Mamanya? Korupsi? Tidak mungkin! Agatha sangat mengenal wanita yang telah mengasuhnya selama ini.

"Tolong buka 'kan. Saya mau mengambil barang-barang milik saya yang tertinggal didalam." titahnya kepada lelaki bertubuh besar tersebut.

"Tidak bisa! Rumah ini telah disita beserta dengan seluruh isinya. Termasuk mobil, perhiasan, dan barang-barang elektronik lainnya."

Mobil katanya?! Yang benar saja! Seluruh koleksi mobil mewahnya berada di dalam sana!!!

Beruntung Agatha tidak mempunyai riwayat penyakit jantung. Ia pun langsung mengambil ancang-ancang untuk menyambar sebuah kunci yang tergantung di celana jeans lelaki itu.

FLOW : Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang