Lanjutan part kemarin. . . . . .
Jangan lupa vomentAndre terkejut saat membuka ruang santai dan menemukan Agatha terkapar disana. Ia sendiri baru saja selesai menjalani sidang untuk memberikan kesaksiannya atas kejadian tersebut. Dan saat ini giliran Ando yang tengah menghadap kepala sekolah.
"Ga-" sebelah tangan Agatha terangkat keudara, menginstruksikan agar Andre berhenti bicara.
Andre berjalan mendekat dan ikut duduk di sofa samping Agatha. Ia menatap prihatin wajah Agatha yang masih berdarah dan lebam-lebam, "Lo ngapain kesini? Lo harusnya ke UKS."
Agatha membuang napasnya sembari menyandarkan kepala di sandaran sofa, wajahnya terlihat begitu lelah dan gusar, "Kata Viktor, kali ini gue nggak akan selamat."
Andre sebenarnya tidak terkejut bila Viktor masih memiliki dendam pribadi terhadap Agatha, ya siapa yang tidak dendam jika orang tersebut telah membuat puteranya masuk rumah sakit dan koma selama dua hari.
"No, gue akan ngomong sama Om dan Tante gue, atau sama Kakek gue sekalian kalau bisa," ujar Andre menenangkan. Ia tidak ingin jika Agatha benar-benar dikeluarkan dari sekolah ini. Sementara Agatha tidak yakin jika usulan Andre akan berhasil, pasalnya Viktor sudah sangat membenci dirinya. Memberi kesempatan yang kesekian kalinya untuk Agatha sangatlah impossible.
"Gak perlu, Ndre," tolak Agatha seolah tabah oleh masalah yang sedang menimpanya, "Gue memang pantas dikeluarin."
"No, you don't. Lo salah satu siswa paling berprestasi yang dimiliki sekolah ini, gue yakin mereka masih bisa mempertimbangkan keputusan ini dan memaafkan lo."
"Dan siswa yang paling nakal," koreksi Agatha lalu keduanya tertawa ringan.
"Ahhh, sialan!" ringgis Agatha sembari menyentuh ringan tulang rahangnya yang terasa ngilu ketika ia tertawa dan membuat Andre mendapat serangan panik.
"Nah kan, ayo ke UKS! Kita obatin luka lo dulu. Setelah itu baru kita pikirkan bagaimana caranya," bujuk Andre sembari menarik lengan Agatha agar bangkit namun lelaki itu enggan untuk berdiri.
"Nyokap gue mau kesini, Ndre. Gue nggak mau bikin dia kepikiran dengan melihat kondisi gue yang kacau kayak gini," keluh Agatha sembari memperhatikan luka-lukanya yang cukup mengerikan lewat kamera ponsel. Bahkan ia merasa jika kelopak matanya sangat nyut-nyutan pasca terkena hantaman Aska.
"Makanya obatin dulu supaya nggak tambah-" ucapan Andre terhenti saat pintu ruang santai mereka tiba-tiba dibuka lebar oleh seseorang.
"Loh, Ga? Bukannya lo disuruh ke UKS??" celetuk Ando saat mendapati Agatha masih dalam kondisi yang mengerikan.
"Dia nggak mau ke UKS karena takut papasan sama nyokapnya," jelas Andre.
"Lah?" Ando melonggo sembari menggaruk lehernya, "Terus gimana?"
"Mending lo panggil salah satu yang jaga dan suruh kesini. Cepet sana," Andre mengibaskan sebelah tangannya menyuruh Ando segera pergi yang lagi-lagi membuat saudara kembarnya mengeluh kesal karena selalu ia yang disuruh-suruh.
"Iya iya," balas Ando pasrah, menuruti kata Andre.
---ooo---
Netra Andre membulat saat yang muncul dari pintu adalah seorang dokter bukan anak PMR. Ia pun berkedip kearah saudara kembarnya guna meminta penjelasan namun Ando hanya menggeleng seraya menggedikan bahu seolah tidak mengerti maksud dari kode kakak kembarnya.
"Selamat sore..."
"Sore dok," Agatha membalas sapaan dokter tersebut lalu menegakan posisi duduknya. "Kalian ngapain masih disini?" tanyanya galak kepada si kembar.
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOW : Everything Has Changed
Fiksi Remaja(17+) AGATHA RICHIE HILLARIO Berbekal kehidupan yang serba glamor dan tanpa peran seorang Ayah dalam hidupnya membuat dia menjadi siswa paling terpandang di Liberty High. Terpandang dalam artian buruk. Seperti sombong, penuh kekuasaan, dan pembully...