🍃12

4.2K 268 16
                                    

Ruangan Bu Elis tertutup rapat, berdasarkan informasi yang ia dapat, Bu Elis sedang ada tugas luar untuk dua hari kedepan. Usahanya untuk melenyapkan perjanjian itu jadi tertunda.

Padahal nanti sore ia sudah berjanji kepada Flo akan mengunjungi pameran wisata mancanegara di salah satu pusat perbelanjaan di ibu kota. Sebenarnya ia agak sangsi apakah rencananya akan berjalan mulus kali ini? Ia sudah bersikap seperti cowok yang labil di depan Lia dengan membatalkan ikut olimpiade itu, namun siapa peduli! Itu haknya untuk berubah pikiran bukan?

Ia akan membayar seluruh dendanya nanti jika memang surat perjanjian itu mengikatnya. Agatha juga akan bertanggung jawab atas sanksi yang akan di berikan untuk Lia nanti, bukan kah itu sudah cukup? Lia kan juga awalnya menolak ikut olimpiade ini. Tapi kenapa cewek itu kelewat marah padanya tadi?

Agatha memutuskan bolos pelajaran siang ini, ia belum siap bertemu Lia. Bukannya takut, ia hanya tidak mau berdebat lagi dengan cewek itu untuk saat ini.

Ia sudah mengirimkan pesan pada semua sahabatnya untuk datang ke studio. Dia butuh teman curhat sekarang juga.

Sreekk...

"Cuma kalian berdua?" tanya Agatha ketika hanya melihat si kembar yang sedang duduk di sofa studio band.

"Gue disini." sebuah tangan melambai-lambai dari balik sofa yang menghadap kearah tembok.

"Lo ngapain disitu, Dy?"

"Baterai gue abis, kabel chargernya ga nyampe kalo gue disana." jelas Rady, cowok itu keluar dari game yang sedang ia mainkan, karena lebih memilih untuk berkumpul dengan sahabatnya.

"Anaknya James Bond kemana?" Agatha ikut duduk di sofa besar itu.

Ardo menggeleng tanda tak tahu.

"Ga tau, gue juga udah chat dia, tapi no answer." jelas Rady.

"Sibuk kali ya." gumam Andre pelan.

"Spada!!!" pucuk di cinta Aska pun tiba. Dia membawa kresek putih besar, dan menumpahkan seluruh isinya di atas meja depan sofa.

"Sorry, gue abis ke mini market." ucapnya dengan cengiran sambil menata beberapa snack dan minuman di meja itu.

"Ngerti aja lo gue laper." Rady merebut kripik kentang yang berada di tangan Aska. Cowok itu menggerutu sebal lantas mengambil snack yang lain.

"Gue tadi lihat kelas lo di laboratorium, tumben lo bolos pelajaran itu." Aska duduk di samping Agatha, cowok itu tau jika sahabatnya sangat tergila-gila pada pelajaran itu sama seperi tergila-gilan kepada Florence.

"Pikiran gue lagi kacau."

Aska penepuk bahunya pelan. "Ada apa? Cerita sama kita-kita."

"Dan sialnya Bu Elis lagi tugas ke Bandung sampai dua hari kedepan." ujar Agatha menutup alur ceritanya.

"Lo bener-bener udah gila." gumam Aska sambil menggeleng tak percaya.

Agatha menoleh, memberikan tatapan tajamnya kepada Aska. "Maksud lo?"

"Lo ga tau?" tanya Aska memastikan, cowok itu meneguk soda kaleng di tangan kirinya.

"Tau apa, sih?" Agatha mengernyit kesal.

"Kalau sampai lo melanggar perjanjian itu..kalian berdua bisa di drop out."

Gezzz!

Semua anak manusia yang ada di dalam studio bergeming, lantas menatap Agatha yang sudah mengacak rambutnya kasar. Cowok tujuh belas tahun itu terlihat gusar..ia seperti merasa bersalah.

FLOW : Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang