🍃63 A

1.6K 154 24
                                    

Part ini pendek dulu yaa..aku bakal lanjutin di part 63 B

Kamar yang ia tempati kini lebih luas dengan interior keemasan yang mewah. Furniturnya juga lengkap seperti kamar hotel berbintang. Agatha tidak menyangka mengetahui bahwa Lia masih berbaik hati padanya sehingga menukar kamar Agatha yang lebih mirip kamar pelayan dengan yang seperti ini.

Beberapa menit setelah kepergian Lia, seorang pengawal berbadan besar masuk kedalam kamarnya. Agatha mengira ia akan diusir dari sini. Entah dibuang ke laut atau bagaimana. Namun ia cukup terkejut karena pengawal tersebut mengantarnya kesini. Ia juga diberi baju ganti dan perlengkapan lainnya lantaran Agatha naik ke kapal ini tanpa persiapan apapun hanya baju yang menempel dibadannya.

Walau kamar ini terbilang sangat nyaman sekalipun, netra Agatha tidak dapat terpejam sejak tadi. Tubuhnya sangat lelah namun pikirannya tidak berhenti bekerja, kata-kata terakhir Lia terngiang-ngiang di dalam sana.

Gadis itu sudah tidak menganggap serius ucapannya.

Meski Agatha sangat kecewa karena Lia tidak mempercayai kata-katanya, namun ia tidak menyalahkan gadis itu sedikitpun. Toh Agatha harusnya sudah bisa menebak. Dulu ia mengutarakan bahwa ia membenci Lia lalu sekarang tiba-tiba datang dan menyatakan cinta. Orang bodoh sekalipun tidak akan langsung percaya pada kata-katanya.

Untuk itu, Agatha sudah siap pada bagian terburuknya.

Ia sudah benar-benar kehilangan Lia selamanya.

---ooo---

Malam ini begitu terang benerang meskipun posisi kapal berada ditengah lautan. Tatapan Agatha sejak tadi terpaku pada lautan bintang yang menghiasi cakrawala. Dirinya benar-benar tidak bisa tidur setelah dua jam berusaha hingga membuat kepalanya pening. Lalu ia pun memutuskan keluar untuk mencari udara segar. Mungkin malam ini ia tidak akan tidur, entah karena pikirannya terlalu kacau atau ia belum meminum susu strawberry kesukaannya. Kendati demikian, setidaknya ia berada di atas kapal pesiar bukan di apartemennya yang membosankan.

Berpegang pada teralis besi di pinggiran geladak membuatnya ikut merasakan badan kapal yang bergerak mengikuti irama arus laut dibawah sana yang cenderung tenang. Agatha berdesir saat angin mulai menyapu setiap inci kulitnya. Rupanya malam ini semakin dingin, Agatha butuh sesuatu untuk menghangatkan tubuhnya.

Ketika Agatha membalikan tubuh karena ingin mengambil minuman, netranya menyipit saat ia melihat punggung seorang gadis yang berjarak lima puluh meter darinya. Agatha tidak dapat melihat wajahnya karena posisi sang gadis menghadap laut.

Mulanya Agatha ingin menghampiri gadis itu lantaran ia terlihat sendirian di sudut geladak yang luas dan temaram, namun langkahnya terhenti ketika gadis itu terlihat melempar sesuatu ke laut. Agatha mengernyit, ia mengurungkan niatnya. Gadis itu tampaknya sedang menyendiri dan ia tidak mau mengganggunya.

Agatha baru akan melanjutkan langkahnya memasuki bar yang terletak satu lantai di atas, tetapi matanya mendapati seorang pria tinggi berpakaian gelap lengkap dengan topi baseball yang menyamarkan wajahnya. Agatha sempat berpikir jika pria itu salah satu petugas keamanan yang berjaga tetapi firasatnya merasa ganjil apalagi pria itu berjalan mengendap-endap seperti ada yang tidak beres dengannya.

Agatha pun memutuskan untuk mengikutinya secara diam-diam lewat sisi kapal yang berseberangan dan tidak tersorot lampu agar ia tidak terlihat. Entah apa yang terjadi padanya sehingga Agatha merasakan perasaan tidak enak itu semakin menggerogoti benaknya ketika sang pria mendekati gadis yang ia amati tadi.

Apakah dia mengenalnya?

Jika benar, kenapa gerak-geriknya sangat aneh?

Pria itu mempercepat langkahnya begitu pula Agatha. Dan ketika jaraknya semakin menipis, Agatha dapat melihat wajah gadis itu dari samping. Meski tengah menduduk, ia sangat yakin jika gadis yang berdiri di sudut geladak adalah Lia.

Keterkejutannya membuat pria asing tadi mengetahui sosok Agatha. Dia pun makin mempercepat langkahnya kearah Lia yang posisinya membelakangi mereka. Karena panik, Agatha ikut menghampiri mereka dengan berlari.

"LIA!"

Agatha berteriak karena ternyata pria itu membawa sebilah pisau dan tengah mengacungkannya kearah Lia. Astaga, gadis itu dalam bahaya!!!

Kakinya bergerak sangat cepat saat Lia membeku menatap si penjahat yang akan membunuhnya. Jantungnya pun seperti mau meledak karena Agatha menyadari jika jaraknya terlalu jauh dengan mereka. Namun ia berusaha fokus mempercepat langkahnya lantaran yang ada dipikirannya saat ini hanyalah menyelamatkan Lia. Apapun caranya.

"LIA, AWAS!" Dan tanpa perhitungan seperti dugaannya, ia refleks mendorong tubuh Lia sehingga kepalanya terbentur pagar kapal bertepatan ketika punggungnya terasa nyeri dan ngilu.

"Li-lia.." Agatha berusaha menggapai gadis itu meski kenyataannya ia tidak mampu barang melangkah sekali. Tubuhnya seakan tertarik kebawah, kaki-kakinya mendadak lemas. Namun disisi lain penjahat itu masih berada di sini dan dia akan menyakiti Lia apabila Agatha lumpuh. Dengan sisa-sisa tenaga yang ia miliki, Agatha berbalik dan tanpa pria itu duga, Agatha berhasil memukulnya tepat mengenai rahang bawah.

"TOLONG!!!!" Agatha berteriak sekeras-kerasnya saat pria itu jatuh tersungkur. Agatha ingin menghajarnya lagi namun tubuhnya seolah mengkhianati dan malah jatuh terjembab di lantai kapal. Ia sudah kehabisan energi, napasnya pun tersenggal-senggal. Kesempatan itu di manfaatkan pria asing tadi. Dia bangkit dan dengan mudahnya mencekik leher Agatha hingga tubuhnya melayang. Agatha hanya bisa menendang-nendang dengan kakinya yang bebas, namun itu bukan apa-apa bagi sang pria.

Kepalanya sangat pening, telinganya berdengung dan napasnya hampir habis, ia pasti tidak akan sadar beberapa detik lagi. "Tolong...lepas..."

"LEPASIN GUE BANGSAT!!!"

Agatha tidak mengira pria itu ternyata melepaskan cekikannya dan Agatha langsung menghirup napas sebanyak-banyak sebelum akhirnya tubuh Agatha jatuh ke air.

Pria itu membuangnya ke laut.

Agatha pasti mati kali ini. Entah karena tenggelam napas atau kehabisan darah.

Agatha gagal. Ia tidak bisa menyelamatkan Lia. Pria itu pasti tengah menjalankan rencananya kali ini.

Sekelebat memori di antaranya dan Lia mulai berlewat memenuhi kepala. Inikah yang dinamakan sesaat sebelum menemui kematian?

Agatha beringsut lambat mengangkat lengannya agar terjamah oleh mata. Meski gelap, Agatha tahu jika gelang pemberian Lia masih disana. Kesadarannya perlahan mulai menghilang, sedikit demi sedikit ditelan laut yang sangat sunyi. Dadanya sakit, ia akan kehabisan napas dan membiarkan air mengisi paru-parunya dengan cara yang paling menyakitkan. Agatha bahkan mendengar detak jantungnya yang mulai melemah. Barangkali jika keduanya tidak selamat, Agatha berharap mereka dipertemukan diatas sana.

Sebelum semuanya gelap, Agatha mengingat jika ia pernah membaca sebuah kisah dua orang yang saling mencintai namun berakhir tragis. Kata-kata terakhir dalam buku itu membuatnya ikut merasakan pedih.

"Till dead do us part, Ya."

"Till dead do us part."

---ooo---

Haii, apa kabar guys??
Semoga kalian semua selalu dalam perlindungan Tuhan ya :)

Sorry aku telat update lagi
mana udah sebulan lebih huhuu...
Semoga masih ada yaa yang menunggu cerita ini🥲
Aku mau sedikit cerita nihh..jadi pas bulan juli tuh mama sama my bro positif covid guys + bulan agustus ini aku udah harus sidang. Jadi fokus aku terbagi-bagi antara bimbingan sama dosen yg suka ghosting dan ngurusin mama aku:((

Btw... doain yaa semoga sidangku bln ini lancar dan aku lulus jadi bisa fokus buat nulis cerita lagi deh:)))

See yaa di update selanjutnya..dan jangan lupa vote part ini:)

FLOW : Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang