Lia masih sangsi dengan fakta yang baru ia ketahui beberapa menit yang lalu. Dirinya pun sudah berada di titik dimana tidak ada seorang pun yang dapat ia percaya di muka bumi ini. Bahkan keluarganya sendiri. Catat, keluarga.
Suasana hatinya makin tak karuan ketika gerbang rumahnya yang cukup tinggi sudah mulai terlihat dari ujung jalan.
"Rumah paling ujung, Pak." katanya pada supir taksi.
"Baik, nona.."
---ooo--
Seorang lelaki tampan dengan senyum secerah mentari menyambutnya ketika Lia memasuki ruang makan. "Kamu baru pulang ya? Kenapa nggak pernah telepon?" tanya Mike yang baru saja bangkit dari kursi lantas menghampiri Lia yang masih bergeming di ujung pintu.
Plak!
Sebuah tamparan keras telah ia layangkan kepada Mike, kakaknya sendiri.
"Apa-apaan ini? Kenapa kamu menamparnya?!" seruan tersebut berasal dari granny-nya yang sedang duduk di kepala kursi dan langsung menginterupsi suasana tegang disana.
Tatapan mata Lia menatap Mike kosong dan ada guratan kekecewaan disana. Sementara itu, Mike menatapnya tidak mengerti sambil memegang bekas kemerahan dari tamparan Lia.
"Katakan apa salahku." tanya Mike se-tenang mungkin, walau perasaannya mengatakan hal yang sebaliknya.
Dia ingat betul, sebelum ke Paris keadaan mereka baik-baik saja. Malahan keduanya sudah berbaikan dan telah berjanji untuk melupakan kejadian di masa lalu.
"Gue punya satu pertanyaan, di rumah sakit mana lo praktik?" suara gadis itu benar-benar se-dingin es dan mampu membuat atmosfer di ruangan ini menjadi beku.
Semua orang di meja makan mendadak bisu, dan terlihat saling melirik satu sama lain. Hal itu membuat Lia semakin yakin jika mereka semua adalah tokoh antagonis dalam alur hidupnya.
"Rumah sakit Amaris. Dua kilo meter dari sini."
"You're liar!!!" Sanggah Lia langsung.
"I'm not Lia! Whats happen with you?" Mike melangkah maju, menepis jaraknya kepada Lia. Sebelah tangannya yang akan mendarat di pelipis gadis itupun ditepisnya kasar.
"Jangan pernah sentuh gue, Mike." ujar Lia memperingatkan. Gadis itu tidak habis pikir, kakaknya masih senantiasa menutupi kebusukannya.
"Kenapa... kenapa kalian membunuhnya?" tanya Lia dengan suaranya yang mulai terdengar pelan dan serak. Air mata gadis itu sudah meluruh bersamaan dengan rasa kecewanya yang meluap-luap. Ditatapnya seluruh anggota keluarga, termasuk Ibunya yang tengah menyaksikan drama kolosal yang teramat menyedihkan bagi si pemain yaitu Lia dan sangat menghibur bagi sang sutradara.
Mereka semua bergeming dan membisu, tidak ada sepasang mata yang berniat meliriknya sama sekali. Keluarga macam apa yang ia miliki sebenarnya?"Apa kalian tau, dengan membunuhnya itu sama saja dengan mengirim siksaan penuh derita untukku seumur hidup?"
"Hei, kamu bicara apa?" tanya Mike dengan sejuta kebingungan.
"Lo diam!" bentak Lia pada kakaknya.
"Dia tidak bersalah disini. Dia hanyalah seseorang yang kebetulan selalu disisi ku pada saat itu. Dan bukan berarti dia ikut campur dalam masalah ini."
![](https://img.wattpad.com/cover/161151112-288-k793197.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
FLOW : Everything Has Changed
Roman pour Adolescents(17+) AGATHA RICHIE HILLARIO Berbekal kehidupan yang serba glamor dan tanpa peran seorang Ayah dalam hidupnya membuat dia menjadi siswa paling terpandang di Liberty High. Terpandang dalam artian buruk. Seperti sombong, penuh kekuasaan, dan pembully...