🍃4

6.3K 340 75
                                    

Thank you for reading
Give me comment please? 😉

---ooo---

"Mau kemana lagi kamu?" sebuah seruan sinis menyapanya kala ia tengah mengikat tali sepatu di ujung anak tangga.

"Keluar sebentar." ucapnya singkat tanpa menatap mata lawan bicaranya.

"Anak gadis harusnya dirumah bukan malah keluyuran tidak jelas malam-malam begini." omelan perempuan tua itu selalu membuatnya jengah setengah mampus. Kenapa juga dia harus ikut pulang kerumah ini jika kerjanya hanya untuk mengomentari urusan pribadinya.

"Aku tidak mengizinkanmu untuk pergi."

"Aku tidak meminta izin siapapun." ucapan terakhirnya itu membuat muka ibu tiri dari ayahnya berangsur merah padam. Perempuan enam puluh tahunan itu menyambar paksa sebuah kunci mobil yang ada di saku jaket Esthalia.

"What are you doing granny?!"

"Kau benar-benar tidak punya etika, Lia. Bisa-bisa nya membentak granny-mu sendiri. Kau tetap dirumah! Tidak boleh kemana-mana!" final Liz dengan nada membentak.

"Terserah saja." dengan tak acuh Esthalia berangsur pergi dari rumah itu tanpa berniat pamit kepada granny-nya.

"Lia! Kau benar-benar cucu kurang ajar!!!"

Dengan langkah pasti, Esthalia keluar dari pekarangan rumahnya tanpa mau repot-repot untuk meladeni perempuan tua itu lagi. Udara semakin dingin kala ia berjalan menjauh dari tempat singgahnya selama ini. Walau tempat itu tidak benar-benar sehangat yang seharusnya.

Keluarga harmonis..hanya cerita fiksi baginya.

Semua ini kesalahan granny-nya, ia jadi harus menunggu taksi yang tak kunjung datang. Butuh waktu tiga puluh menit naik taksi menuju kediaman Agatha.

Jarum jam menunjukkan tepat pukul sembilan malam, Esthalia menghela nafasnya lagi, dirinya harus siap-siap kena semprot Agatha karena datang terlambat. Hal ini tidak akan terjadi jika ia tidak tidur siang dan baru terbangun pukul delapan malam.

Sial memang..

Rumah Agatha bagai istana. Sejujurnya ia tidak sebegitu kaget melihat bagaimana gaya hidup cowok itu selama ini. Tetapi rumah Agatha benar-benar indah. Seluruh pepohonan dan berbagai jenis tanaman terlihat rindang dan sangat terawat. Taman-taman kecil yang berada di kedua sisi rumah itu juga sangat menyejukkan indera-nya. Suara air mancurnya juga terdengar sangat menenangkan jiwa siapapun yang baru pertama kali kesini. Seperti dirinya...

"Silahkan masuk nona." lelaki penjaga pintu gerbang yang mengantarkannya tadi mempersilahkan ia masuk setelah membuka pintu ganda rumah Agatha. Esthalia mengucapkan terima kasih sambil tersenyum ramah lalu ada seorang perempuan empat puluh tahunan yang tiba-tiba datang menghampirinya dan langsung menuntun ia kesebuah pintu ruangan yang terletak di sayap kanan rumah ini. "Tuan Agatha menunggu Anda di dalam."

Menungguku? Heh.. Yang benar saja.

Tatapan kusut Agatha menyambutnya kala ia membuka pintu ganda bercat putih tersebut. Oh, mungkin maksud pelayan tadi Agatha sedang menunggu untuk bersiap mencibirnya lagi.

"Lo niat gak sih sebenernya?" celetuk Agatha sedetik setelah ia ikut duduk bergabung bersama enam orang lainnya.

"Sorry. Gue tadi ada urusan mendadak." ujarnya asal.

"Ck. Harusnya lo tau dong kalau ada tugas gini harus jadi prioritas utama lo, bukan malah seenaknya lari dari tanggung jawab dan ngebebanin temen-temen lo yang lain."

FLOW : Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang