🍃58

2.7K 255 115
                                    

Happy satnight. Jangan lupa voment

Malam demi malam berlalu. Namun Agatha masih memikirkan bagaimana ia akhirnya bangun di sebuah kamar hotel. Seingatnya...tidak, tidak, ia yakin sekali jika kedua orang yang menyerempetnya semalam membawa Agatha kedalam mobilnya sebelum ia pingsan.

Dan bukannya terbangun di rumah sakit atau klinik, ia malah terbangun disini dengan kepala yang masih terasa pening. Sekujur tubuhnya tidak ada yang lecet. Aman. Ia menyimpulkan sakit kepalanya pasti karena alkohol. Entah berapa gelas yang ia teguk semalam.

Agatha beranjak dari ranjang lalu berjalan gontai kearah jendela besar di sisi kiri kamar itu. Untuk memastikan dimana kah ia berada sekarang. Atau jangan-jangan ia korban penculikan? Tapi penculik mana yang membawa korbannya ke sebuah suites mewah.  Bukankah itu pemborosan?

Holyshit.

Netranya melebar saat berhasil menyingkap korden yang menutupi jendela raksasa itu. Ia pikir akan berada di wilayah antah berantah. Ternyata hotel mewah ini terletak di depan Central Park. Yang artinya hanya beberapa blok dari klub yang ia kunjungi semalam.

Hal pertama yang ia lakukan setelah itu adalah datang ke resepsionis dan bertanya bagaimana ia bisa sampai kemari. Namun, Agatha tak kunjung mendapat jawaban.

Pihak hotel justru mempersulitnya, mulai dari resepsionis yang berbeda shift, Agatha mengatakan sanggup untuk menunggu hingga resepsionis yang berjaga di malam itu tiba. Tapi sama saja. Jawaban yang resepsionis itu berikan sama sekali tidak masuk akal.

Ia mengatakan jika Agatha datang kesini seorang diri dan memesan kamar menggunakan uang cash. Pihak hotel memberi bukti dengan datanya dan juga kartu identitasnya.

Sial.

Itu tidak mungkin. Agatha tidak pernah membawa uang cash sebanyak itu. Ia lebih menyukai kartu kredit karena  simple dan aman.

Lalu saat ia meminta rekaman CCTV, pihak hotel tidak mau memberikannya dengan alasan macam-macam.

CCTV hanya boleh dibuka saat ada kejahatan yang terjadi. Dan dalam kasus Agatha pihak hotel menganggap hal itu wajar karena tidak sedikit orang mabuk yang check-in lalu tiba-tiba hilang ingatan di pagi harinya.

Lagi-lagi sial.

Dan akhirnya Agatha pergi dari sana dengan perasaan dongkol karena tidak mendapat jawaban yang sebenarnya.

---ooo---

"Beneran kali, lo lagi mabuk," komentar Axel tepat saat Agatha menutup ceritanya.

"Gue sadar, Xel! Gue sadar saat di tabrak mobil. Lalu mereka turun dan nolongin gue."

"Lo minum berapa banyak?" tanya Axel. Agatha berkedip lalu menatap langit-langit.

"Lo nggak inget?"

"Gue lupa," ungkapnya.

Axel menghela napas lalu kembali duduk di kursinya yang tepat berada di samping kiri Agatha. "Yaudah berarti apa yang dikatakan sama pihak hotel itu benar kalau lo memang datang kesana sendiri dalam keadaan jackpot."

Agatha menggertakan gigi, Ternyata Axel tidak percaya pada ceritanya. Atau memang ia sangat mabuk sampai berhalusinasi seperti ini?

Sungguh, rasanya benar-benar tidak mungkin.

"Lo kenapa bisa sampai mabuk begitu? Nggak kaya biasanya," gumam Axel sambil bertopang dagu meliriknya.

"Lo lagi mikirin dia?" tambah Axel lantaran Agatha enggan menjawabnya.

FLOW : Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang