🍃63

1.6K 159 31
                                    

Jangan lupa vote & komen❣

---ooo---

Dalam keheningan disambut semilir angin malam, kilauan deburan ombak di bawah hamparan langit berbintang seolah menjadi satu-satunya teman setia seorang gadis berparas cantik yang kini berdiri kaku sembari mencengkram erat pagar kapal.

Sorot manik kecokelatannya seolah menghantarkan awan kelabu. Berbanding terbalik dengan logikanya yang terus meneriaki bahwasanya yang ia ucapkan pada sang lelaki tadi benar-benar apa yang ia rasakan. Bukan semata-mata menutupi penantiannya yang konyol.

Hal itu membuatnya terbangun pada pukul tiga dini hari saat semua orang sudah memasuki alam mimpi. Kini Lia justru mendapati rasa ketidakpercayaan saat mimpi itu tiba ke dunia nyata. Segalanya bagai lautan yang membentang luas di depan matanya. Berbahaya dan sulit dikembara karena ketidakpastiannya mampu menenggelamkan siapa saja yang berani menerobos masuk.

Lia benci ketidakpastian.

Dan andai saja peristiwa beberapa jam yang lalu terjadi lebih cepat.

Andai.

Lirikan matanya terjatuh pada segelas gin murni di tangannya. Bulir-bulir air yang berasal dari dua bongkah es batu mengalir turun, menyentuh permukaan kulit jarinya yang hangat.

Lia menyesap cairan itu hingga tandas sebelum gelas itu ia lemparkan ke laut.

Apa yang harus ia lakukan sekarang?

Disatu sisi Lia tidak menginginkan euforia ini mengigiti setiap inci dirinya agar luluh dan menikmati. Namun di sisi lain ia tidak bisa menolak pesona lelaki itu.

Selama tiga tahun, Lia bohong jika tidak pernah merasa rindu. Hampir setiap hari ia mengecek socmed guna melihat perkembangan sang lelaki yang sama sekali tidak mungkin memikirkannya barang semenit. Bahkan Lia pernah bersikap konyol dengan menghubungi nomor Agatha yang sudah tidak aktif hanya untuk mendengar suaranya di voice mail.

Lia sempat merasa di puncak kekhawatirannya setelah suatu ketika Agatha menonaktifkan seluruh socmednya. Begitu pula dengan kekasih dan para sahabatnya yang tiba-tiba menghilang bagai ditelan buana. Meski tidak sampai menghapus akun seperti Agatha, mereka juga cenderung vakum seolah tengah menutupi sesuatu.

Rupanya sesuatu itu lah yang kini membuat Agatha menyesali perbuatannya. Sebenarnya Lia tidak pernah berencana menyingkap kejahatan Flo. Rasanya benar-benar masa bodoh jika semua orang membencinya kala itu ataupun sampai akhir hayatnya. Lia sudah bicara jujur dan apabila semua orang tidak mempercayai, itu urusan mereka.

Tetapi sepertinya Tuhan memiliki rencana yang lebih indah dari dugannya. Lia ingat betul, ia pernah sekali berdoa saat diatas kapal kargo dulu. Dan ternyata doa itu dikabulkan dengan cepat.

Lia merasa lega. Ia tersenyum. Tuhan sangat baik padanya.

Dan sekarang, sama-sama diatas kapal yang juga berada di tengah lautan, Lia ingin berdoa lagi. Gadis itu memejamkan matanya sembari menunduk. Oh Tuhan, tunjukan padaku jika pilihanku kali ini benar-benar tepat. Dan semoga tidak ada dusta dibaliknya. Amin.

"LIA!"

Lia dapat mendengar suaranya.

Apakah ini sebuah jawaban? Secepat dan senyata ini? Lia buru-buru membuka matanya. Ia bukan hanya mendengar suara panggilan, tetapi juga derap langkah berat yang cepat. Lia menoleh kebelakang tubunya, matanya melotot saat mendapati sebilah pisau tajam yang berkilauan teracung ke depan matanya.

Inikah saatnya?

Ia akan mati?

Tunggu, bukan ia yang akan mati.  "LIA, AWAS!"

Tetapi Lia tidak tahu pasti karena kegelapan itu mulai melingkupinya, menariknya ke dalam pusaran tak tertahankan begitu Agatha mendorong tubuhnya hingga kepalanya terbentur pagar kapal. Hal terakhir yang ia lihat malam itu ialah ekspresi terkejut Agatha yang terlihat...ketakutan.

---ooo---

TBC

Hai, apa kabar kalian?

Aku lagi demam nih:(((((

kalian jaga kesehatan yaaa.

Makan yang banyak dan istirahat yang cukup. Jangan begadang kaya aku huhu🥲

Btw...Maaf ya kalau sedikit, next part bakal ekstra panjang lagi kok

C u di update selanjutnya. . .

FLOW : Everything Has ChangedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang