EXTRA PART III

7.3K 355 0
                                    

EXTRA PART III

Erlan yang dulunya belum bisa mengucapkan R dengan jelas, sekarang ia sudah bisa mengucapkan R dengan begitu jelas. Perkembangan Erlan begitu cepat sampai saat ini ia tumbuh sangat tampan. Walaupun umurnya masih 4 tahun tapi ia sudah memiliki wajah yang begitu tampan.

Diumur Erlan yang ke-4 tahun Naura berniat ingin memasukkan Erlan ke paud, ia ingin anak nya memiliki teman diluaran sana. Bukan hanya itu ia juga ingin Erlan lebih aktif dan mengenal dunia kekanakan diluar sana.

Dengan senyum yang lebar Erlan berlari keluar dari gerbang sekolahnya menuju Arga dan Naura yang sudah menunggunya didepan gerbang. Saat sudah berada didepan Arga dan Naura, Erlan langsung memeluk kaki keduanya.

"Gimana hari pertama sekolah, suka?" Tanya Naura membuka suaranya.

Erlan melepaskan pelukannya, menatap wajah kedua orangtuanya lalu mengangguk dengan senyum yang lebar.

"Seru banget, mah. Erlan jadi punya banyak teman!" Jawab Erlan dengan wajah senangnya.

Arga berjongkok didepan Erlan lalu mengelus rambut anak itu, "Bagus dong, jadi Erlan nggak kesepian lagi." Ucap Arga dan Erlan mengangguk cepat.

Arga mengangakat tubuh Erlan kedalam gendongan nya, dan mencium rambut Erlan. Erlan yang rambutnya dicium oleh Sang ayah hanya bisa tersenyum.

"Tadi belajar apa?" Tanya Naura.

"Menghitung," balas Erlan.

"Emang Erlan bisa menghitung?" Tanya Arga seraya membukakan pintu mobil untuk Naura dan Erlan. Saat Arga sudah berada dikursi pengemudi Erlan menjawab pertanyaan Arga dengan polosnya.

"Nggak, tadi Bu guru nanya sama Erlan. Kalau Erlan punya kue 8 terus Erlan makan 3 sisanya berapa, terus Erlan jawab jadinya kenyang karena udah Erlan makan. Tapi waktu Erlan jawab begitu Bu guru malah ketawa." Balas Erlan seraya menghadap belakang, menatap wajah Naura.

Arga terkekeh lalu menggelengkan kepalanya, ada-ada saja jawaban Erlan yang mampu membuat orang lain tertawa.

"Salah ya, mah?" Tanya Erlan seraya menatap wajah Naura.

"Nggak kok," jawab Naura seraya membetulkan posisi Erlan yang berada di pangkuannya.

"Tapi kok Bu guru ketawa?" Heran Erlan.

"Nanti malam papa ajarin kamu menghitung, jangan tidur dulu sebelum belajar." Arga melirik sebentar lalu kembali fokus pada jalanan didepan nya.

"Susah nggak sih, mah. Kalau menghitung?" Tanya Erlan pada Naura.

Naura tersenyum hangat pada sang putra lalu menggeleng, "Kalau Erlan niat ingin belajar, nggak susah kok." Balas Naura.

Erlan mengangguk, lalu menyandarkan kepalanya pada dada Naura. Erlan menatap jalanan didepan nya. Sampai mata nya menangkap sebuah gerobak penjual Arum manis.

"Papa stop," pekik Erlan membuat Arga mengerem mobilnya secara mendadak, tubuh Arga dan Naura hampir terbentur bagian depan mobil kalau saja mereka tidak memakai seat belt.

"Erlan kamu apa-apaan sih, kita hampir saja celaka." Bentakan itu langsung keluar dari mulut Arga, Erlan menghadap Naura lalu menenggelamkan wajahnya di dada Naura.

"Udah, mas. Erlan kenapa teriak?" Tanya Naura seraya mengelus rambut Erlan.

"Maaf, pah." Lirih Erlan didalam dekapan Naura.

Arga mengatur nafasnya, dikarenakan kaget Arga refleks membentak Erlan. Arga melepaskan seat belt miliknya lalu mengangkat tubuh kecil Erlan kedalam pangkuannya.

Erlan mengalihkan pandangannya kesamping, menatap Naura yang juga menatapnya. Erlan merentangkan kedua tangannya didepan Naura agar ia kembali duduk dipangkuan sang ibu.

"Mama,"

"Coba lihat papa dulu, papa mau ngomong." Kata Naura mendapat gelengan cepat dari Erlan, rupanya anak laki-laki tersebut merasa takut saat mendengar suara tinggi sang ayah.

"Mama," panggil Erlan dengan mata yang sudah ber-air.

"Gapapa, coba lihat papa dulu." Ucap Naura meyakinkan Erlan.

Erlan memberanikan diri menatap Arga yang juga sedang menatapnya dengan tatapan bersalah. Arga mengelus rambut Erlan lalu menciumnya.

"Maaf, papa nggak sengaja." Ujar Arga.

"Erlan yang salah karena teriak tadi" sahut Erlan.

"Erlan kenapa teriak tadi?" Tanya Arga.

Erlan menunjuk kebelakang, Arga dan Naura refleks memutar wajahnya menghadap belakang. Dari kaca bening belakang mobil dapat Arga dan Naura lihat Erlan menunjuk sebuah gerobak penjual Arum manis yang berada di tepi jalan.

"Arum manis?" Beo Arga menatap Erlan.

Erlan mengangguk lalu tersenyum, "Erlan pengen itu." Ucap Erlan.

Naura terkekeh kecil, sebegitu penginnya Erlan makan Arum manis Sampai teriak didalam mobil dan hampir saja tubuh nya terbentur bagian depan mobil hanya untuk Arga memberhentikan mobilnya.

"Biar mama yang beliin," ujar Naura seraya melepaskan seat belt miliknya lalu keluar dari mobil.

"Lain kali jangan teriak lagi, emang kamu mau kita kecelakaan?" Tanya Arga pada Erlan.

"Nggak," Balas Erlan membuat Arga tersenyum.

Setelah beberapa menit Naura kembali dengan membawa dua bungkus plastik berisi Arum manis berwarna merah muda dan hijau ditangannya. Naura menyerahkan dua bungkus plastik Arum manis pada Erlan lalu memasang kembali seat belt miliknya.

"Makasih, mah." Ucap Erlan dengan senyum manisnya.

"Sama-sama," balas Naura seraya mengangkat tubuh Erlan agar kembali duduk di pangkuannya.

Setelah Erlan berada dipangkuan Naura, Arga memasang kembali seat belt miliknya lalu menyalakan mesin mobil dan menjalankannya menuju rumah.

****

Dosenku suami ku (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang