85 - WAKTU UNTUK BERKORBAN.

3K 472 1.2K
                                    


Vote sebelum membaca biar nggak lupa!❤

■■■

Yang namanya berkorban, harus ada salah satu yang pergi, bukan? Biar aku yang melakukannya.

■■■

"Sabar, Rel. Gibran pasti baik-baik aja. Lo tau dia nggak bakal nyerah gitu aja, kan?" Darrel memegang pundak Airel yang tengah menatap ke arah jendela besar, menunjukkan indahnya bangunan-bangunan kota di tengah malam.

Disana sudah ada inti Asgard, kecuali Gavin, yang masih harus menjalani pemulihan. Tadi, ia ingin ikut, namun semuanya melarangnya karena kondisinya yang tak memungkinkan. Disana juga ada Aryo, Marco, Sinyo, dan Samudra.

Samudra belakangan ini selalu ikut mengawal, membatu inti Asgard ketika ada kesulitan. Kemarin, ia mencegah Asgard bubar, namun Asgard harus tetap si bubarkan untuk menjaga keselamatan semua orang. Karena, ancamannya adalah DO dari sekolah.

Tapi, Samudra tanpa semuanya sadar, setiap hari ia selalu datang ke ruang guru dan Kepala Sekolah untuk membujuk agar memberikan izin. Karena Samudra terkenal anak yang pintar, dan kesayangan guru-guru, sarannya masih di terima. Namun, belum ada keputusan sampai sekarang.

Disana juga duduk Malvin, Renata, dan Nathan. Airel juga sempat meminta maaf, mengakui bahwa ini adalah kesalahannya. Awalnya Malvin sempat marah mendengar kondisi Gibran, namun kini semua memilih untuk menunggu kabar dari dokter.

"Gue bawa malapetaka ya, Rel? Karena gue, Gibran jadi begini. Andai tadi gue nggak sejahat itu, pasti semuanya nggak bakal terjadi," balas Airel menyalahkan dirinya sendiri.

"Jangan salahin diri lo sendiri, Rel. Ini namanya takdir. Manusia nggak bisa menghindar dari takdir Tuhan. Justru, lo sekaramg tau kan sesayang apa Gibran sama lo?" tanya Darrel menbuat Airel bungkam.

"Gibran tuh sayang banget sama lo, Nyai. Sayaaaang bangeeeet. Kalau di suruh robohin candi buat lo, pasti juga bakal di lakuin sama tuh orang," ujar Aryo meyakinkan Airel.

"Lebay amat lo, Yo. Jangan gitu perumpamaannya, candi terlalu berat. Ibarat bulan, kalau di suruh ambil bulan, si bos juga mau," timpal Marco lalu mendapat toyoran dari Aryo.

"Sama aja goblok! Mana ada orang yang bisa ambil bulan! Kebanyakan nontonin kartun sih lo!" balas Aryo gemas sendiri.

"Kenapa sih kisah percintaan lo berdua rumit banget? Yang satu udah mau, yang satu ragu, gitu aja terus sampe Kak Ros nikah sama Tok Dalang!" seru Marco.

"Yeee si anying! Masa Kak Ros nikung neneknya sendiri, sih!" balas Aryo.

"Lah, emang neneknya mau nikah lagi?"

"Ya kagak sih, tapi kabarnya gitu. Gue setiap buka youtube, isinya gitu semua. 'Nenek Upin-Ipin menikahi Tok Dalang' atau 'Kak Ros hamil anak Uncle Muthu'. Pasti kerjaan adik gue nih!" keluh Aryo kesal.

"Terus, kolom percarian youtube gue isinya absurd semua. 'Cara dapat nomor blackpink' 'Cara jadi Rose Blackpink' 'Cara ketemu Blackpink tapi gratis' 'Cara jadi adik Blackpink' dan satu lagi yang bikin gue emosi," ujar Aryo lalu melanjutkan, "Bagaimana cara membunuh abang agar tidak ketahuan. KAMPRET BENER ADEK GUE!"

Semua tertawa ngakak, terkecuali Airel dan Sean. Kalau Airel, pikirannya masih di penuhi tragedi tragis ketika Gibran tergeletak lemas. Sedangkan Sean, memang seperti itu. Kata orang senyum dan ketawa Sean itu mahal. Mau di bayar berapa pun, tak akan pernah ada yang bisa membelinya. Hanya orang tertentu yang bisa menerbitkan senyum itu.

"Kalau gue jadi adik lo, gue bakal ngelakuin hal yang sama, sih. Buat apa punya abang cuman jadi beban, mana bucin banget," beo Mario.

"Sialan lo, Mar!"

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang