75 - RETAK.

2.8K 474 1.8K
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca, biar nggak lupa!❤

Siapin hati ya. Lest go!

■■■

Baginya,
Hadirmu tak pernah di nanti. Kedatanganmu tak pernah di hargai. Cintamu tak pernah berarti.

■■■

GIBRAN meneguk semua air mineral yang terdapat pada botol di genggamannya. Setelah habis, ia langsung melemparnya pada tempat sampah di sampingnya. Mata cowok itu menatap tajam seorang perempuan yang tengah mengobrol dari samping lapangan. Jam pulang sekolah sudah usai, dan Gibran memutuskan untuk duduk di tribun lapangan outdoor, melihat para adik kelas yang melaksanakan ekstrakulikuler paskibra.

Semua orang yang melewati Gibran kini saling tatap lalu berbisik. Cowok itu tahu persis bahwa yang mereka perbincangkan pasti rumor yang tengah hangat beredar di sana. Bahkan tak jarang Gibran mendapatkan cuitan buruk tentang dirinya di media sosial.

"Liatin apa? Kalau mau hujat sini di depan gue. Gue dengerin. Di belakang nggak seru, kurang nampol." cerca Gibran agak keras membuat mereka semua yang menatap Gibran langsung di buat ketakutan dan berakhir pergi.

"Woi, bos!" Gavin datang bersama Mario dan Sean langsung mengambil alih duduk di dekat Gibran.

"Nggak pulang, bos? Apa ngumpul di Basegard dulu?" tanya Gavin lantas merangkul temannya itu.

Gibran menggeleng cepat. "Nggak. Jangan ada yang kumpul di Basegard dulu, situasi nggak aman. Bilang sama anggota lain, semua langsung pulang."

"Anak-anak bilang dia ngeliat Alvaro berkeliaran di sekitar sekolah." ujar Sean membuat Gibran lalu menegangkan rahangnya.

"Kawal terus anak-anak, gue nggak mau ada korban sebelum kita perang sama bajingan itu." titah Gibran lalu di angguki oleh teman-temannya.

"Lo tenang aja, kita udah bilang sama Aryo dan yang lain buat mastiin anak-anak pulang selamat."

"Darrel gimana?" tanya Gibran teringat akan cowok itu yang tak ada di sana.

"Tadi gue liat dia pulang sama Meysa. Kelakuannya tambah parah, udah nggak mau ngomonh sama kita." ujar Mario.

"Gila tuh cewek uler, lebih berbisa dari Sabrina. Bisa-bisanya dia naklukin titan kayak Darrel." Gavin geleng-geleng, menggeram kesal mengingat kelakukan Meysa.

"Emang bangsat, gue sih tinggal tunggu tanggal main aja. Kelakuannya ke bongkar gue maki habis-habisan." gertak Mario.

"Gimana Darlena?" tanya Sean ikut mengikuti arah kemana Gibran menatap. Di tengah lapangan ada Darlena berdiri di samping Bara, yang tengah mengatur barisan anak Paskibra.

Gibran mengangkat bahunya. "Dia juga nggak percaya sama gue."

Mario tertawa renyah. "Dia yang lo maksud pacar lo? Disaat kayak gini harusnya dia rangkul lo, bro. Bukan malah sama si anjing itu."

"Coba pikir, cewek yang sekarang masih sama lo siapa? Masih bantu lo buat bangkit? Masih setia percaya sama lo? Airel, kan? Emang dasarnya orang asing nggak pernah bisa gantiin orang yang udah lama singgah di hati." lanjut Mario mantap.

"Cantik sih, malah jujur cantikkan Darlena dari pada Nyai. Tapi yang namanya cantik bisa pudar kalau sifatnya busuk, bos. Coba liat Nyai, walaupun sederhana dan nggak sepopuler Darlena, tapi cantik paras sama hatinya nggak pernah pudar." timpal Gavin.

Gibran mengangguk, mau bagaimana pun semua ucapan temannya adalah suara hatinya yang terdalam. Melihat selama ini Airel lah yang selalu ada di sampingnya, bahkan tak ragu untuk membela cowok itu.

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang