-16- MACAN PRADIPTA.

6.8K 801 26
                                    

Sebesar apapun perasaanmu padanya, tetap jaga harga dirimu. Karena kemungkinannya ada dua, dia akan menerimamu, atau kamu di permalukan karena nyatanya hati dia bukan memilih kamu.

***

"GIBRAN, Airel, Gib!"

Gibran menautkan alisnya ketika mendengar suara khawatir dari Darrel di sebrang telepon. Di tambah, nama Airel juga terpaut disana. "Airel? Kenapa?"

"Tadi ada anak Asgard iseng main ke kelab biasa, disana ada Airel. Dia keliatannya mabuk banget."

Gibran membulatkan matanya mendengar hal itu. Setelah sekian lama Airel tidak pernah menginjakkan kaki di kelab malam lagi, namun malam ini cewek itu menginjakkan kakinya disana.

"Jangan bercanda!"

"Gue nggak bercanda! Lebih baik lo kesana, gue cuman takut dia kenapa-kenapa di jalan pulang."

Gibran langsung mematikan sambungan teleponnya, lalu melepaskan sarung tangan olahraga yang membungkus tangannya. Di pakainya lagi kaus putih serta jaket hitam yang tergantung di pintu dan tidak memperdulikan keringat yang menetes di kening dan tubuhnya.

"Jangan salahin Papa kalau kamu pulang pintu di kunci." Gibran yang baru akan menuju pintu utama kini berhenti dan menoleh kebelakang, mendapati Malvin yang masih berkutat dengan laptopnya. Gibran sangat meruntuki hal itu, mengapa di tengah malam seperti ini Malvin masih saja bekerja.

"Aku.. aku mau ambil buku--"

"Papa nggak terima alasan."

Gibran mengusap wajahnya kasar. "Terserah Papa. Lakuin apapun yang Papa mau."

Tanpa mengatakan sepatah kata lagi, Gibran segera pergi darisana menggunakan motor sportnya. Ingin membawa mobil, namun itu tidak mungkin karena semua kunci mobil di ambil alih oleh Malvin.

Gibran menaikkan kecepatan motornya, membelah jalan malam yang nampak sepi. "Rel, gue nggak akan maafin diri gue kalau sampai ada yang nyentuh lo disana." gumamnya di balik helm fullfacenya.

***

Gibran mendorong pintu dengan keras. Dentuman musik memenuhi indra pendengarannya. Lampu-lampu diskotik langsung menyambut penglihatannya. Bau alkohol pun membuat jiwa Gibran ikut menggebu. Matanya menatap sekeliling, mencari sosok perempuan yang sedari tadi membuat dirinya merasa waspada.

"Woi, ada cewek udah tepar nih. Mending kita gilir aja gimana?!" Gibran menoleh kesamping, mendengar suara teriakan segerombolan laki-laki yang mengelilingi sofa merah di pojok ruangan.

Mata Gibran menyipit, lalu segera menghampiri gerombolan tersebut. "Minggir!"

Betapa terkejutnya ia ketika melihat Airel kini sudah terbaring tak berdaya di atas sofa. Matanya masih mengerjap, namun sepertinya kesadaran cewek itu sudah sepenuhnya di kuasai oleh alkohol.

"Rel! Airel! Bangun!" Gibran menepuk beberapa kali pipi Airel, namun cewek itu hanya menggumam saja.

"Rel! Kita pulang sekarang."

"Bunuh gue.. gue nggak mau hidup lagi." racau Airel membuat Gibran terkejut mendengarnya.

"Woi, minggir. Cewek ini kita duluan yang dapet." Cowok berambut gimbal menyela, cowok itu memegang bahu Gibran dan menyuruhnya untung minggir.

"Jangan ganggu dia." titah Gibran menatap nyalang kearah lima orang laki-laki yang berdiri di belakangnya.

"Wah songong nih bocah."

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang