80 - LUKA DATANG (LAGI)

3.1K 453 1.9K
                                    


Jangan lupa vote sebelum membaca biar nggak lupa!

■■■

Untukmu yang selalu mendapat banyak masalah hidup, jangan pernah berkata bahwa Tuhan membencimu. Karena nyatanya, itu adalah cara Tuhan untuk mengingatkanmu padanya.

■■■

"Ajakan Alvaro beneran mau kita terima, bos?" tanya Aryo ke arah Gibran yang tengah melayangkan tinjuannya bertubi-tubi ke arah samsak merah yang tergantung disana.

Keringat Gibran menetes di sekujur tubuhnya, terlihat mengkilap dengan bagian atas tubuhnya yang di biarkan tanpa pakaian. Ototnya terbentuk jelas, di bagian lengan dan juga perut, sangat pas dengan perawakannya yang tinggi tegap serta punggung lebarnya. Rambut jambulnya itu bergoyang seiring dengan ia memukul. Cowok itu fokus pada objek di depannya, seakan-akan apa yang di pukulnya adalah orang yang berniat menghancurkannya.

"Takut? Jangan ikut. Gue nggak butuh pengecut," balas Gibran sekenanya.

Kini, mereka semua berada di aula latihan tinju. Ada inti Asgard, dan juga beberapa anak senior, dan anggota baru yang tersisa. Setelah Alvaro mengibarkan bendera perang, mereka memutuskan untuk memperkuat pertahanan. Gibran mengintruksikan semua anggotanya untuk berkumpul, membicarakan strategi untuk melawan Alvaro dan menyeleksi siapa yang akan ikut datang ke arena pertarungan.

"Badan jangan gede doang, Yo. Liat gue, walaupun kerempeng gini tapi nyalinya jangan di ragukan," timpal Gavin lalu mengangkat lengannya, menunjukkan ototnya yang masih sedikit.

"Kemarin di cubit Momon langsung guling guling di koridor apa kabar?" tanya Mario lalu duduk di samping Sean, meneguk air mineral hingga tandas.

"Lo nggak ngerasain sih, Mar. Lo tau kagak? Kulit tangan gue langsung ngelupas, sampe rumah biru-biru. Emang ya, tuh sekolah banyak setannya." Gavin menunjukkan lengannya yang masih membiru, kulitnya juga memerah. Kemarin, ia adu mulut dengan Momon dan berakhir dnegan cubitan keras.

"Alah Vin, Vin.. Malu-maluin nama Asgard lo. Ngomong doang jago tapi kalau di ajak ribut langsung ngumpet ketek Gibran," ujar Johan, geleng kepala.

"Kalau Gibran bisa, kenapa harus gue. Yoi nggak, Bos!?" seru Gavin menaik turunkan alisnya sembari tersenyum penuh kemenangan.

"Pih, kok badan lo masih wangi, sih!? Si Aryo aja udah bau ikan asin nih gue cium-cium!" ujar Gavin mengendus badan Sean lalu bergantian pada badan Aryo. Terdapat perbedaan yang sangat jauh. Wangi badan Sean masih konsisten dari awal, wangi woody dan citrus yang begitu memabukkan. Dari berjauh-jauh kilometer pun semua orang bisa mencium wangi khasnya.

"Sembarangan! Lo cium ketek lo sendiri sana, bau spiteng bangga bener. Gue sih dari tadi ninju samsak, keringetan, lah lo joget tiktok doang mana rasa!?" balas Aryo yang tak terima dengan ejekkan Gavin.

"Jangan main-main ama anak tiktok, bre! Lo bisa nggak ngapalin dance tiktok dalam lima menit terus satu kali take!? Nih, gue juaranya! Gak ada tandingan!" Gavin mengepalkan tangannya dan menepuknya pada dada, merasa sangat bangga.

"Alah, gampang! Lagian cuman ngewoah ngewoah doang kan? Kecil!" Aryo menunjukkan gerakan 'woah' ala Tiktok yang biasanya Gavin peragakan di depan kamera. Namun, di balas gelak tawa oleh teman-temannya. Karena badan Aryo yang bongsor,  membuatnya tampak aneh dan kaku saat memperagakan itu.

"Lo ngewoah apa cosplay patung, Yo!? Kaku amat kayak kanebo kering! Kalau nggak pro diem aja dah! Yang cuman bisa goyang papale papale mending mundur." ujar Gavin mengibaskan tangannya meremehkan.

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang