48 - SABRINA DAN KECEWA.

2.3K 396 99
                                    

Real friend itu dateng waktu lo lagi jatuh-jatuhnya, bukan waktu lo lagi jaya-jayanya aja. Itu sih dateng karena memang ada maunya.
—Gibran Algebara.

***

BRAK!

Airel yang tengah menaruh buku-bukunya di loker pun terkejut ketika seorang perempuan menggebrak pintu loker di sampingnya. Cewek itu menyadari keberadaan Sabrina di sana dengan tatapan tajamnya, sedangkan Airel hanya memutar bola matanya malas. Pasti Sabrina akan kembali ngamuk-ngamuk tidak jelas dan membawa pasukannya untuk ikut menyerang.

"Eh, Jamet! Lo apain pacar gue kemarin!?" bentak Sabrina. Airel yang mendengar itu hanya diam, kembali melanjutkan aktivitasnya tanpa ingin membalas sama sekali.

"Liat gue! Takut lo?!"

Airel menoleh, manatapnya santai. "Oh, jadi dia nyuruh lo juga buat nyerang gue?" Ia tertawa kecil. "Pengecut."

Sabrina sontak menjambak rambut Airel hingga kunciran cewek itu mengendur. "Lo jadi cewek jangan sok jagoan, ya. Lo pikir lo siapa hah?! Gue nggak terima lo nonjok cowok gue kemarin!"

Airel meringis kesakitan, cewek itu mencekal pergelangan tangan Sabrina memaksanya untuk berhenti. Kini semua orang yang berlalu-lalang berhenti di sana, tak mau melewatkan moment-moment langka ini.

"Lepas, Sabrina! Pacar lo duluan yang nyerang temen gue!" teriak Airel membela dirinya.

Sabrina menatap kerumunan yang menonton dirinya. "JANGAN ADA YANG PANGGIL GIBRAN SAMA TEMEN-TEMENNYA KESINI ATAU LO SEMUA KENA SAMA GUE!" hardik Sabrina.

"Terus kenapa lo ikut campur? Ini bukan urusan lo! Ini urusan Venom sama Gibran!"

Airel tertawa miris, masih berusaha menahan sakit yang menjalar di kepalanya akibat tarikan itu semakin kuat. "Urusan Gibran urusan gue juga!"

"Lo itu cuman bisa nyusahin! Urusin aja diri lo sendiri dan nggak usah ikut campur! Keluarga lo aja belum bener nggak usah sok jadi pahlawan buat Gibran. Lo itu sampah di mata dia!"

"GUE BILANG LEPAS!" Airel lantas mendorong tubuh Sabrina hingga cekalan di rambutnya lepas. Cewek itu menatap tajam dan memotong jaraknya dengan Sabrina.

"Kalau mau main-main jangan sama gue, lo nggak sepadan. Jangan mancing emosi gue atau lo bakal babak belur." ancam Airel tepat di telinga Sabrina.

Semua orang terkejut ketika Sabrina menampar wajah Airel keras hingga tanda merah tercetak jelas di pipinya. "Lo pikir gue takut? Gue juga bisa bikin lo mati sekarang!" teriak Sabrina yang juga sudah sangat kesal.

"Terus gue peduli? Nggak. Gue males ngeladenin orang nggak ada otak kayak lo. Ngabisin waktu." Airel menutup lokernya kencang lalu melangkah pergi.

Namun, sebelum Airel benar-benar pergi, Sabrina menarik seragam cewek itu dan membenturkannya ke loker hingga kini tersungkur di lantai. Punggung Airel sakit bukan main ketika tulang-tulangnya berbenturan keras dengan loker-loker besi itu.

Sabrina menghampit kedua pipi Airel dengan jari-jarinya. "Gue bakal terus ngincer lo sampai lo minta ampun sama gue!"

Tanpa sepatah kata, Airel langsung bangkit menyudutkan Sabrina hingga menabrak loker. Cewek itu mengeluarkan tatapan sengit, tak terima di perlakukan semena-mena.

"Denger gue," Airel menekan kedua bahu Sabrina hingga tak bisa bergerak. "Lo pecundang sebenernya. Kalau berani, sendiri, jangan rame-rame." bisik Airel di telinga Sabrina terdengar menyeramkan.

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang