56 - YOU'RE MY HOME.

2K 409 857
                                    

Tidak semua yang lama singgah di hidupmu bisa menjadi rumah. Ini bukan tentang siapa yang lama singgah, tapi tentang siapa yang selalu ada di saat kamu membutuhkannya.

***

Gibran Ganteng.
Gue minta maaf soal kemarin, bisa dateng ke Jalan Cempaka sekarang? Gue mau ngomong.

Airel yang baru akan memejamkan matanya kini duduk dari posisi berbaringnya. Ia menatap jam yang bertengger, pukul 11 malam. Gibran mengirimkan pesan itu semalam ini membuat Airel bingung di buatnya.

Namun, isi pesan tersebut membuat Airel berpikir untuk segera berangkat. Mengapa ia selemah ini? Padahal kemarin jelas ia berkata bahwa tak akan mendekati Gibran lagi. Namun keinginannya untuk tahu apa yang akan Gibran bicarakan membuat ia beranjak dari kasur. Ia mengganti pakaiannya dengan hoodie hitam dengan jas belel kesukaannya. Airel pun keluar dari rumah, tanpa izin kepada ibunya yang sudah tertidur lelap.

Kaki Airel kini menginjak tempat yang sudah Gibran janjikan. Cewek itu menatap sekeliling, tak ada siapapun. Suasana malam gulita dan sepi itu membuat atmosfernya jadi semakin menakutkan. Namun Airel tak akan pernah takut, cewek itu memanggil Gibran, memastikan cowok itu ada disana.

"Gibran?" panggilnya.

Tak ada jawaban.

"Gib? Keluar jangan bikin gue bingung!"

Tangan Airel meraih ponselnya ketika tak terdapat jawaban apa-apa. Cewek itu memutuskan untuk mendial nomor Gibran, menyuruhnya untuk segera menemui.

"Halo?" tanya Gibran dingin dari sebrang sana.

"Halo, Gib. Lo dimana? Gue udah tunggu di jalan yang lo suruh."

Gibran menautkan alisnya bingung. "Maksud lo apaan?"

"Kok tanya balik? Lo ngechat gue suruh ke Jalan Cempaka, kan? Sekarang gue disini."

Gibran yang mendengar penuturan itu langsung tersadar. Airel dalam bahaya. Ini pasti ulah Alvaro! Dugaannya benar, bahwa Airel adalah orang yang pertama kali di incar.

"Jangan kemana-mana. Gue dateng."

Sambungan terputus.

"Nungguin abang Gibran, ya?" Airel terkejut ketika Alvaro muncul dari balik gang. Cowok itu tersenyum smirk, merasa rencananya berhasil untuk menjerat Airel.

"Ngapain lo disini?"

"Ngapain? Gue orang yang ngechat lo."

Mata Airel membulat, terkejut. Bahkan ia sama sekali tak berpikiran bahwa itu adalah Alvaro. Mengapa bisa?

"Maksud lo apa?!" Pantas. Gibran tadi seperti orang yang tak tahu apa apa.

"Gue hack handphone Gibran, buat jerat lo kesini. Ternyata lo bodoh juga, ya?" Alvaro tertawa kecil.

"Jangan macem-macem. Mau apa lagi lo?!"

"Menurut lo? Nggak mungkin kan gue mau ngajak lo damai."

"Pecundang ya lo main malem-malem gini?" tanya Airel marah.

Alvaro mengangguk puas. "Kenapa emang? Takut? Nggak bakal ada yang nolongin lo, kan?"

"Jangan maju atau lo habis sama gue!" Airel mundur ketika Alvaro maju mendekatinya.

"Ayo. Mau berantem sekarang?" tawar Alvaro tersenyum senang.

Alvaro maju beberapa langkah, lalu mengusap pipi Airel pelan. "Kasian ya lo, Gibran benci sama lo. Siapa yang bakal nolong lo sekarang?"

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang