79 - TANTANGAN ALVARO.

2.4K 465 2.5K
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca biar nggak lupa!

■■■

"Jangan bilang lo jago kalau belum lawan gue pakai tangan kosong!"
-Gibran Algebara.

■■■■


Gibran menginjakkan kaki di koridor sekolah dengan tatapan dingin. Semua orang memandangnya aneh, bahkan yang sebelumnya mengagumi Gibran seketika ragu pada pendirian cowok itu. Namun, semua tak ada artinya lagi untuk Gibran. Penilaian semua orang pada dirinya, sama sekali tak berguna. Biasanya ia menebarkan senyum manis khasnya, kini hanya ada raut kegelapan dalam wajahnya.

Gibran yang sebelumnya hangat, kini berubah menjadi kaku dan tak tersentuh. Sakit pada hatinya membuatnya menjadi hilang arah, bahkan tak tahu harus melakukan apa. Tapi yang pasti, ia tak mau lagi menjadi apa yang orang tuntut, ia tak mau diam lagi.

Darrel membuat semua anggotanya perlahan pergi, kemarin ia hanya diam, tapi sekarang tidak lagi. Bahkan ia berniat meninju cowok itu agar membuatnya sadar apa yang telah di lakukannya. Gibran yang keji, Gibran yang tak pernah ingin kalah, Gibran yang pemberontak, ketika teman-temannya menjadi taruhan. Kini, ia akan kembali.

Alisnya bertaut ketika menatap seorang perempuan berdiri di antara kerumunan. Cewek itu hanya menunduk, memegang erat buku di tangannya sembari mendengarkan beberapa orang yang berteriak kepadanya.

"Selama ini lo miskin? Terus lo ngaku jadi anak orang kaya buat apa? Penipu lo!"

"Kalau miskin ya miskin aja! Cantik tapi nggak ada etika!"

"Terus lo kerja jadi pelacur? Gila. Busuk banget hati lo!"

"Percuma pinter kalau penipu! Lo pikir keren begitu? Jijik najis!"

"Sok sokan jadi orang kaya! Terus semua outfit lo di Instagram, semuanya nyolong!?"

"Malu banget, ngaku ayahnya punya perusahaan padahal ayahnya cuman supir!"

"Selebgram jalur nipuu!!"

"Benci sifatnya, jangan orangnya. Jangan bawa-bawa ayahnya, beliau nggak salah sama sekali," tegur Gibran membuat semua perempuan yang sibuk menghardik itu menoleh, terkejut melihat cowok itu. Gibran memang terkenal benci pembulian, semua orang tahu itu, jika cowok itu mengetahuinya, maka pelakunya tak bisa hidup tenang.

"Dia salah, tapi buli dia di depan banyak orang juga bukan hal yang benar. Kalau gitu, lo semua sama busuknya kayak dia." Gibran menatap datar ke arah Darlena yang memandangnya seperti memohon pertolongan. Walaupun cewek itu sangat menyakiti hatinya, namun melihat pembulian ini bukan hal yang ia inginkan.

Berita kebohongan Darlena langsung dengan cepat menyebar keseluruh antero sekolah. Sudah di pastikan Sabrina pasti menceritakan ini kepada banyak orang, cewek itu seperti sangat tak terima mengetahui bahwa Darlena sudah menipu semua orang di sekolah.

"Ngapain belain dia sih, Gib? Dia yang main api, pantes lah dia dapet hujatan orang-orang! Makanya jangan nipu!" teriak Reina, teman sekelas Darlena.

"Manfaat lo buli dia apa? Dapet pahala? Dapet uang? Nggak guna. Lo boleh maki-maki dia, kalau lo yakin diri lo suci dari dosa," balas Gibran membuat semua orang disana langsung bungkam, tak berani membalas karena tahu mereka akan kalah telak.

Gibran meraih tangan Darlena, lalu menariknya hingga berdiri di sampingnya. "Kalau gue liat ini lagi, berurusan sama gue." Semua meneguk ludah, lalu membiarkan Gibran pergi dengan Darlena di cekalannya.

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang