81 - WAR ASGARD!

2.8K 484 1.9K
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca biar nggak lupa!❤

■■■

Jika dengan menghilang sementara tak membuatnya sadar, maka hilanglah selamanya.


■■■

Dua pasang mata saling bertatap tajam seakan melayangkan ucapan 'mati lo sama gue'. Dadanya naik turun, mengatur deru napas yang tak keruan. Tubuhnya hanya diam, namun pikirannya melayang pada taktik yang akan di jalankan untuk mengalahkan lawannya. Tangannya saling mengepal, menahan emosi yang sudah lebih dulu memuncak dengan melihat wajahnya saja.

Dua kubu besar sedang berhadapan, Asgard dan Alvaro-gabungan dari kubu Venom pula. Di atas tanah tandus yang luas dan kosong, tak banyak di jamah orang karena memang tak ada objek menarik apa pun. Ratusan motor besar terparkir tak jauh dari sana, membuat siapa pun yang melihat pasti tau hal apa yang akan terjadi.

Gibran, sang ketua Asgard berdiri di barisan paling depan. Bandana abu-abu terikat di lengan kanannya, jaket parasut hitam dengan lambang harimau serta tulisan Asgard melekat di tubuhnya dan semua anggotanya. Rambut yang sudah mulai memanjang ia biarkan di sugar ke belakang. Tatapan tajam bak elangnya itu selalu ia layangkan, membuat yang melihatnya sudah tahu semarah apa cowok itu.

Gibran ketika di atas koridor dengan di atas medan tempur sangat berbeda. Cowok itu bisa menjadi pribadi yang lain di setiap situasinya. Semua orang bisa mengenal Gibran sebagai dewa pelindung, namun di saat yang bersamaan juga mereka mengenal Gibran si singa pemberontak ketika kenyamanannya sudah di rusak. Bagi Gibran, berkelahi adalah salah satu cara membalas orang yang sudah menghancurkan dunianya.

Inti Asgard yang lain berdiri di samping ketuanya, dengan tampilan yang tak kalah menyeramkan. Rata-rata badan mereka tinggi besar drngan tampang sangar. Hal ini yang membuat semua orang ngeri duluan ketika melihat mereka jika sudah menjadi satu. Jika ada satu bermasalah, maka semua akan ikut turut andil.

Namun, alis Gibran menaut karena tak melihat Darrel ada disana. Hanya ada anak Asgard yang sudah mengundurkan diri berdiri di belakang kubu Alvaro.

"Nyali lo gede juga, masih berani dateng. Lo mau ngorbanin temen-temen lo sekarang?" tanya Alvaro dengan senyum menyungging remeh.

"Sebelum lo lawan anggota gue, langkahin dulu mayat gue." balas Gibran dengan suara lantang seakan perkataan Alvaro sama sekali tak menggoyahkan dirinya.

"Kalau jagoan, satu lawan satu. Berani nggak lo? Jangan cuman jago ngerendahin orang doang! Jangan cuman ngumpet di ketek antek-antek lo. Ketua apa babu!?" lanjut Gibran dengan semangat menggebu-gebu.

"Lo pikir gue takut? Dulu lo masih bisa ngalahin gue, tapi sekarang, nggak ada ampun lagi buat lo!" Alvaro maju beberapa langkah hingga berhadapan dengan Gibran. Matanya menyorot penuh kebencian, ada dendam terpendam yang belum ia balaskan.

"Emang gue minta ampun? Ngeliat pasukkan lo sebanyak itu nggak buat gue takut, yang ada gue malah miris, sampe segitunya lo butuh backingan? Segitu mirisnya hidup lo sampe nggak bisa nyari pasukkan sendiri dan nyolong punya gue?" Gibran tertawa hambar. "Najis. Kasian banget hidup lo."

"Jadi orang jangan jahat makanya. Itu semua anggota lo di sogok apa sampe mau jadi budak lo? Duit? Atau lo ancem sampe babak belur? Nggak gitu bro cara mainnya. Kalau mau punya temen, ya jadi orang baik. Kalau begini, gue yakin mereka di pihak lo karena terpaksa, bukan karena solidaritas." ujar Gibran membuat Alvaro mengepalkan tangannya menahan amarah. Kata-kata Gibran selalu mampu menyulut emosinya.

Alvaro tanpa aba-aba menarik kerah jaket Gibran, membuat teman-temannya di belakang langsung bergerak maju. Tapi, Gibran mengangkat tangannya, tanda tak perlu ikut campur. Gibran sudah mengisyaratkan kepada teman-temannya untuk tidak turun tangan sebelum dirinya meminta pertolongan.

DEAR US (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang